BILA SUATU PERKARA DISERAHKAN PADA ORANG YANG BUKAN AHLI
AMANAH TUNGGU KEHANCURANYA
إِذَا
ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
قَالَ
كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ
إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظِرْ
السَّاعَةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada
seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi
menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancuran itu." (BUKHARI – 6015)
Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa
sallam di atas. "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran
terjadi." Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia ialah amanah
ketaatan kepada Allah, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta
dengan segenap isinya. Manusia hadir ke muka bumi ini telah diserahkan amanah
untuk berperan sebagai khalifah yang diwajibkan membangun dan memelihara
kehidupan di dunia berdasarkan aturan dan hukum Yang Memberi Amanah, yaitu
Allah subhaanahu wa ta’aala.
إِنَّا
عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ
وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا
وَأَشْفَقْنَ
مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ
إِنَّهُ
كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”(QS Al-Ahzab 72)
Amanat ketaatan ini sedemikian beratnya sehingga
makhluk-makhluk besar seperti langit, bumi dan gunung saja enggan memikulnya
karena khawatir akan mengkhianatinya. Kemudian ketika ditawarkan kepada
manusia, amanat itu diterima. Sehingga dengan pedas Allah ta’aala berfirman:
“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Sungguh benarlah Allah
ta’aala…! Manusia pada umumnya amat zalim dan amat bodoh. Sebab tidak sedikit
manusia yang dengan terang-terangan mengkhianati amanat ketaatan tersebut.
Tidak sedikit manusia yang mengaku beriman tetapi tatkala memiliki wewenang
kepemimpinan mengabaikan aturan dan hukum Allah ta’aala. Mereka lebih yakin
akan hukum buatan manusia –yang amat zalim dan amat bodoh itu- daripada hukum
Allah ta’aala. Oleh karenanya Allah hanya menawarkan dua pilihan dalam masalah
hukum. Taat kepada hukum Allah atau hukum jahiliah? Tidak ada pilihan ketiga.
Misalnya kombinasi antara hukum Allah dengan hukum jahiliah.
أَفَحُكْمَ
الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ
وَمَنْ
أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ
حُكْمًا
لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS Al-Maidah 50)
Dewasa ini kita sungguh prihatin menyaksikan bagaimana
musibah beruntun terjadi di negeri kita yang berpenduduk muslim terbanyak di
dunia. Belum selesai mengurus dua kecelakaan kereta api sekaligus, tiba-tiba
muncul banjir bandang di Wasior, Irian. Kemudian gempa berkekuatan 7,2 skala
richter di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Lalu tiba-tiba kita dikejutkan
dengan erupsi gunung Merapi di Jawa Tengah. Belum lagi ibukota Jakarta dilanda
banjir massif yang mengakibatkan kemacetan dahsyat di setiap sudut kota, bahkan
sampai ke Tangerang dan Bekasi. Siapa sangka banjir di Jakarta bisa terjadi di
bulan Oktober, padahal jadwal rutinnya biasanya di bulan Januari atau
Februari..atau sunami di Aceh, Pangandaran, Pulau Nias, sunami di Jepang, gempa
Jogya atauyang dahsyat air bah jamannya nabi NUH AS.
Lalu bagaimana hubungan antara berbagai musibah dengan
pengabaian hukum Allah?
Simaklah firman Allah ta’aala berikut:
فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا
يُرِيدُ
اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ
ذُنُوبِهِمْ
وَإِنَّ
كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
“Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS Al-Maidah 49)
Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa Allah mengancam
bakal terjadinya musibah bila suatu kaum berpaling dari hukum Allah. Dan
tampaknya sudah terlalu banyak dosa yang dilakukan ummat yang mengaku beriman
di negeri ini sehingga musibah yang terjadi harus berlangsung beruntun. Dan
dari sekian banyak dosa ialah tentunya dosa berkhianat dari amanah ketaatan
kepada Allah ta’aala. Tidak saja sembarang muslim di negeri ini yang
mengabaikan aturan dan hukum Allah, tetapi bahkan mereka yang dikenal sebagai
Ulama, Ustadz, aktifis da’wah dan para muballigh-pun turut membiarkan
berlakunya hukum selain hukum Allah. Hanya sedikit dari kalangan ini yang
memperingatkan ummat akan bahaya mengabaikan hukum Allah.
Dan yang lebih mengherankan lagi ialah kasus banjir
Jakarta. Sudahlah warga Jakarta dipaksa bersabar dalam menuntut janji kosong
pak Gubernur -sang “Ahli” yang mengaku sanggup mengatasi banjir tahunan
tersebut- tiba-tiba kita semua dikejutkan dengan tersiarnya kabar bahwa Fauzi
bowo justeru terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Serikat Kota dan
Pemerintah Daerah Asia Pasifik. Sebagaimana diberitakan di Media Online Pemprov
DKI Jakarta http://www.beritajakarta.com:
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo akhirnya terpilih
sebagai Presiden Serikat Kota dan Pemerintah Daerah Asia Pasifik atauUnited
Cities and Local Goverments Asia Pasific(UCLG ASPAC). Bang Fauzi, begitu biasa
ia disapa, terpilih secara aklamasi dalam kongres ke III, UCLG ASPAC yang
berlangsung di ACT City, Hamamatsu, Jepang, 18-22 Oktober kemarin. Dalam
kongres tersebut, sebanyak 200 delegasi pemerintah daerah dari negara se-Asia
Pasifik seperti, Jepang, China, Korea Selatan, India, Taiwan, Australia,
Thailand dan negara lainnya memilih Fauzi Bowo sebagai Presiden UCLG ASPAC yang
akan menjalankan tugasnya hingga tahun 2012 mendatang. “Gubernur Fauzi Bowo
terpilih secara aklamasi,” ujar Hasan Basri, Asisten Perekonomian dan
Administrasi Sekdaprov DKI Jakarta, Senin (25/10).
Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa
sallam "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancuran itu."
TUNGGULAH KEHANCURANNYA
“Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya,
maka tunggu saat kehancurannya” (HR. Bukhari).
Geger artis porno/cabul dan pezina mencalonkan diri jadi
pemimpin membuat kita teringat pada beberapa hadist Rosulullah saw yang menjadi
panutan kita. Pertama sabda Rosulullah saw: “Tunggu saat kehancuranannya,
apabila amanat itu disia-siakan!” Para sahabat serentak bertanya, “Ya
Rasulullah, apa yang dimaksud menyia-nyiakan amanah itu?” Nabi SAW menjawab:
“Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggu saat
kehancurannya” (HR. Bukhari).
Jelas artis-artis seronok ini tidak punya kapabilitas
untuk mengatur urusan umat yang merupakan hal utama dalam politik. Seorang
pemimpin politik haruslah mengerti apa yang menjadi masalah masyarakat dan
paham solusinya. Bukan hanya itu, dalam Islam, solusi yang diberikan, bukanlah
sembarang solusi, tapi haruslah berdasarkan kepada syariah Islam.
Bagaimana artis-artis cabul ini menyelesaikan masalah
kemiskinan, kebodohan, sementara selama ini mereka tidak pernah hirau dalam
urusan ini.
Apalagi berharap mereka akan menyelesaikannya berdasarkan syariah
Islam ?
Bukankah yang mereka bicarakan selama ini hanyalah persoalan hiburan,
gaya pakaian sensual yang mengundang nafsu, gaya panggung memikat yang
mengumbar aurat ? Bukankah selama ini justru mereka menjadi pelaku maksiat yang
banyak melanggar syariah Islam. Kalau kepemiminan politik ini diserahkankepada
mereka tunggu saja kehancurannya !
Saat ini bukti kehancuran itu sudah terjadi di depan
mata. Ketika umat Islam dipimpin oleh orang yang maksiat, yang tidak mau
berhukum pada hukum Allah SWT. Lebih tunduk kepada hukum kufur, tunduk kepada
penjajah kufur dan mengikuti arahan mereka dalam mengatur kehidupan masyarakat.
Tunduk kepada imperialis Amerika dengan perangkat sistem sekuler dan organisasi
– alat penjajahannya- seperti PBB, IMF dan Bank Dunia. Lihatlah nasib umat
Islam yang semakin terpuruk.
Yang kedua adalah hadist Rosulullah saw tentang munculnya
ruwaibidhoh. Sabda Rosulullah saw : “Akan datang kepada manusia tahun-tahun
yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang
jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah
justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada
yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?“. Beliau menjawab, “Orang bodoh
yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah)
Hal ini pun sudah terjadi. Banyak orang bodah yang
memimpin umat . Mereka disebut bodoh karena menerapkan sistem yang bodoh
(jahiliyah), tidak mau menjalankan syariah Islam. Bodoh , karena sudah tahu
sistem sekuler danlibarel yang ada tidak akan membawa kepada kebaikan , malah
membawa kehancuran, namun tetap saja dipertahankan. Bodoh, karena tidak mau
mendengar pada kebenaran Islam untuk menerapkan syariah Islam.
Dan terbukti, saat ini penuh dengan penipuan. Yang
tadinya berpakaian seksi , menipu ummat dengan, pura-pura berbusana muslim.
Berjanji akan memperhatikan rakyat, setelah memimpin malah memiskinkan dan
menambah derita rakyat. Bicara mempertahankan kedaulatan negara, pada
realitanya malah menjual negara kepada asing, dengan menyerahkan kekayaan alam
yang seharusnya untuk rakyat, dirampok oleh penjajah asing. Namun , sayangnya,
masih ada masyarakat yang menganggap mereka sebagai orang yang amanah, bukan
pengkhianat. Sebaliknya, yang menyerukan syariah Islam yang berasal dari Allah
SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang , justru dituduh mengancam negara.
Namun yang jelas , maraknya artis maksiat mencalonkan
diri menjadi pemimpin , tidak bisa dilepaskan dari sistem demokrasi yang kita
anut sekarang ini. Inilah yang menjadi pangkal kehancuran sistem politik kita.
Dalam sistem demokrasi dimana sekulerisme menjadi asasnya, persoalan agama
dianggap merupakan persoalan pribadi. Sehingga syarat-syarat agama, tidak
menjadi penting dan tidak bisa jadi ukuran .
Ditambah dengan prinsip liberalisme yang memberikan
kepada siapapun kebebasan atas nama suara rakyat untuk dipilih menjadi
pemimpin. Seperti yang dikatakan Gary Hart, calon presiden AS (1988) yang
ketahuan selingkuh : Let the people decide, biarkan rakyat memilih, menjadi
slogan demokrasi. Tanpa perlu melihat ketaqwaan dari sang pemimpin.
Sampai-sampai Amin Rais mengatakan : meskipun yang terpilih adalah setan
gundul.
Padahal ketaqwaan menjadi hal yang sangat penting dalam
Islam. Hancur atau tidaknya sebuah negara , bangsa, dan rakyatnya tergantung
pada ketaqwaan masyarakat , tergantung kepada keterikatan mereka pada syariah
Islam. Kalau mereka bertaqwa Allah SWT akan membukakan pintu barakoh dari
langit dan bumi (QS al A’raf : 96). Sebaliknya kalau mereka menyimpang dari
aturan Allah swt mereka akan ditimpakan dengan kehidupan yang sempit dengan
berbagai penderitaan (QS Thoha: 123-126).
Ketaqwaan disini bukanlah sekedar ketaqwaan personal dari
pemimpin , tapi juga sistem yang dijalankan oleh sang pemimpin. Artinya, kita
bukan hanya butuh pemimpin yang terikat pada syariat Islam secara individu,
tapi sistem yang diterapkan untuk mengatur kehidupan masyarakat dalam
berpolitik, ekonomi, pendidikan, dan masalah mua’amalah lainnya haruslah
berdasarkan syariah Islam. Jangan berharap itu akan terwujud selama sistem yang
diterapkan adalah sistem demokrasi, sistem kufur yang menyerahkan sumber kedaulatan
hukum kepada manusia, bukan kepada Allah SWT semata-mata.
Brarti harus ada revolusi total
BalasHapusSetuju
BalasHapus