قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا
(qulil haqqa wa in kaana murran)
Kalimat "katakanlah yang benar walaupun itu pahit" dalam bahasa Arab adalah "Qulil haqqa walau kana murran".
Kalimat ini merupakan prinsip yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Islam. Artinya, kebenaran harus tetap diterapkan walaupun ada celaan dan ada yang tidak suka.
KATAKAN KEBENARAN SEKALIPUN ITU PAHIT
Dalam satu kesempatan sahabat Abu Dzar Rodhiyallahu anhu diberikan beberapa wejangan oleh Nabi Sholallahu ‘alaihi wa Salaam, diantara isi wejangannya adalah :
قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا
“Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit”.
Takhrij Hadits :
Haditsnya diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam “Syu’abul Iman” (no. 4737) dari jalan Abdul Malik Ibnu Juraij dari ‘Athoo’ dari ‘Ubaid bin Umair Al-Laitsi dari Abu dzar Rodhiyallahu anhu : “dalam hadits yang panjang”.
Semua perowinya tsiqoh, hanya saja Ibnu Juraij seorang yang mudallis dan disini ia meriwayatkan dengan ‘an’anah.
Imam Ibnu Hibban dalam “Shahihnya” (no. 362), Imam Al Qodho’I dalam “Al Musnad” (no. 610), Imam Thabrani dalam “Makarimul Akhlaq” (no. 1), Imam Al Ajuriy dalam “Al Arba’iin” (no. 44) dari jalan Ibrohim bin Yahya bin Yahya dari Bapaknya dari Kakeknya dari Abu Idriis Al Khoulaaniy dari Abu Dzar Rodhiyallahu anhu : “juga dalam hadits yang panjang”.
Ibrohim, Bapaknya Hisyam dan kakeknya Yahya, semuanya dinilai tsiqoh oleh Imam Thabrani dan Imam Ibnu Hibban. Imam Abu Hatim menilainya “Sholihul hadits” dalam “Jarh wa Ta’dil (no. 270). Abu Idriis adalah Aidzullah bin Abdullah adalah salah seorang Imam Tabi’in.
Status Hadits :
Berdasarkan keterangan diatas hadits ini shahih atau shahih lighoirihi, jika kita katakan sanadnya Ibrohim adalah hasan dan menjadi shahih dengan penguat sanadnya Ibnu Juraij.
Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al Hakim sebagaimana dinukil oleh Imam Al Albani dalam “Shahih Targhib wa Tarhiin”, lalu dishahihkan juga oleh Imam Ibnu Hibban, karena memasukkan hadits ini dalam kitab shahihnya, kemudian juga oleh Imam Al Albani sendiri dalam beberapa kitabnya. Imam Al Albani dalam “Silsilah Ahadits Shahihah” (no. 2166) telah mentakhrij hadits wasiat Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa Salaam kepada Abu Dzar Rodhiyallahu anhu, namun lafadznya :
و أمرني أن أقول بالحق و إن كان مرا
“dan Beliau Sholallahu ‘alaihi wa Salaam memerintahkanku untuk berkata benar, sekalipun itu pahit”.
Imam as-Sakhowiy dalam “Maqoosidul Hasanah” (no. 778) berkata :
وفي الباب عن جابر مرفوعا: ما من صدقة أفضل من قول الحق، وقيل: أنه عن أبي هريرة مرفوعا أيضا، ولفظه: ما من صدقة أحب إلى اللَّه من قول الحق، أخرجهما البيهقي، وشواهد هذا المعنى كثيرة، وكذا على الألسنة: قل الحق ولو على نفسك، وإليه يشير قوله تعالى {يا أيها الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ} .
“dalam bab ini dari Jabir Rodhiyallahu anhu secara marfu’ Nabi Sholallahu ‘alaihi wa Salaam bersabda : “tidak ada kejujuran yang lebih utama daripada ucapan kebenaran”. Dikatakan juga diriwayatkan dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu anhu secara marfu’ dengan lafadz : “tidak ada kejujuran yang lebih dicintai oleh Allah daripada ucapan kebenaran” (HR. Baihaqi). Penguat untuk makna hadits ini sangat banyak, demikian juga telah masyhur di lisan-lisan manusia : ‘katakan kebenaran sekalipun itu terhadap dirimu sendiri”. Hal ini mengisyaratkan kepada Firman Allah Azza wa Jalla : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang menegakkan keadilan yang menjadi saksi untuk Allah, sekalipun terhadap diri-diri kalian atau kepada kedua orang tua dan karib kerabatnya”.
Kanti Suci Project