Al Qur'an dan Hadits Ditulis 200 - 300 Tahun Setelah Muhammad Wafat & Sejarah Mushaf Al Qur'an
Sejarah Al-Quran, kitab suci umat Islam adalah rentang waktu dari awal diturunkannya Al-Quran pada masa hidup Muhammad (diyakini menerima Al-Quran melalui wahyu antara tahun 610 dan 632 M), hingga kemunculan, transmisi, dan kanonisasi salinan tertulisnya . Sejarah Al-Quran merupakan fokus utama dalam bidang studi Al-Quran .
Dalam tradisi Sunni , diyakini bahwa khalifah pertama Abu Bakar memerintahkan Zayd ibn Thabit untuk menyusun Al-Qur'an tertulis , mengandalkan pada fragmen tekstual dan ingatan orang-orang yang telah menghafalnya selama masa hidup Muhammad, dengan rasm (teks Arab tanpa titik) secara resmi dikanonisasi di bawah khalifah ketiga Utsman ibn Affan (memerintah 644–656 M), yang menyebabkan Al-Qur'an seperti yang ada saat ini dikenal sebagai kodeks Utsman. Beberapa Muslim Syiah percaya bahwa khalifah keempat Ali ibn Abi Thalib adalah orang pertama yang menyusun Al-Qur'an tak lama setelah Muhammad meninggal. Proses kanonisasi diyakini sangat konservatif, meskipun sejumlah evolusi tekstual juga ditunjukkan oleh keberadaan kodeks pendamping seperti manuskrip Sanaa
Al-Qur'an disusun setelah Nabi Muhammad wafat, tepatnya pada masa Khalifah Abu Bakar dan Utsman bin Affan :
- Masa Khalifah Abu Bakar: Pada masa ini, para sahabat mengumpulkan lembaran mushaf Al-Qur'an.
- Masa Khalifah Utsman bin Affan : Pada masa ini, Al-Qur'an dibentuk menjadi satu naskah yang rapi dan berurutan. Khalifah Utsman bin Affan juga membentuk tim untuk membukukan Al-Qur'an, yang beranggotakan Zaid bin Tsabit, Said bin Al-As, dan Abdurrahman bin Al-Harits.
- Al-Qur'an mulai diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadhan tahun 610 dan disebarkan secara bertahap hingga 632 M. Penulisan Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW, dengan cara dihafal dan ditulis.
Sebab Mushaf Al-Qur'an Tak Dibukukan di Zaman Rasulullah
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah melalui Malaikat Jibril sekaligus menjadi mukjizat terbesar. Saat itu, teks-teks Al-Qur'an masih tersimpan kuat dalam ingatan para sahabat dan belum tersusun seperti sekarang karena masih tersebar di pelapah kurma, tulang, kulit, dan sebagainya. Lalu mengapa di zaman Rasulullah ayat-ayat Al-Qur'an tersebut tidak dikodifikasi atau dibukukan dalam satu mushaf ?
Syaikh Ali As-Shabuni menjelaskan bahwa setidaknya ada 5 hal yang menjadi penyebab tidak ada kodifikasi Al-Qur'an di zaman Rasulullah. Hal ini sebagaimana ia jelaskan dalam Kitab Attibyan Fi Ulumil Qur'an (1985:58-59) yaitu :
- Pertama, Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah tidak sekaligus melainkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Kondisi ini tentu tidak memungkinkan untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an dalam satu mushaf sebelum ayat-ayat itu turun secara keseluruhan.
- Kedua, ada sebagian ayat Al-Qur'an yang ter-mansukh. Hal ini juga tidak memungkinkan untuk mengumpulkan ayat Al-Qur'an dalam satu mushaf kecuali sampai semuanya turun dengan sempurna. Dalil mengenai nasikh-mansukh ini sebagaimana termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 106:
مَا نَنْسَخْ مِنْ اٰيَةٍ اَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَآ اَوْ مِثْلِهَا
Artinya: Ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya.
- Ketiga, susunan surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur'an tidak berdasarkan waktu diterimanya wahyu oleh Rasulullah. Ada kalanya surat atau ayat diturunkan di awal tapi dalam susunannya ditempatkan menjelang akhir, seperti surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang turun di awal namun dalam penempatannya ada di surat ke-96.
Syaikh Ali As-Shabuni menjelaskan, ada 2 pendapat mengenai wahyu terakhir yang diterima oleh Rasulullah. Pendapat pertama adalah Surah Al-Baqarah ayat 281:
وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗ ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
Artinya: Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).
Sedangkan pendapat kedua adalah Surat Al-Maidah ayat 3:
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
Artinya: Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.
Syaikh Ali As-Shabuni sendiri lebih setuju dengan pendapat pertama karena Surah Al-Baqarah ayat 281 diterima pada 9 hari/malam sebelum wafatnya Rasulullah. Sedangkan Surat Al-Maidah ayat 3 turun saat menunaikan ibadah haji wada. Rasulullah sendiri wafat 81 hari setelah haji wada.
- Keempat, selisih waktu antara ayat yang terakhir diterima dengan waktu wafatnya Rasullullah terbilang singkat, yakni sekitar 9 hari sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Waktu yang cukup singkat tersebut dinilai tidak cukup untuk membukukan Al-Qur'an dalam satu mushaf.
- Kelima, tidak ada pihak yang mendorong untuk melakukan kodifikasi Al-Qur'an karena kultur masyarakat Arab saat itu lebih mengarahkan perhatiannya pada hafalan sehingga banyak melahirkan hafidz-hafidzah yang mampu menjaga kemurnian ayat-ayat Al-Qur'an.
Quran Tertua Ditulis 20 Tahun Setelah Wafat Nabi
Manuskrip Quran tertua yang ditemukan. |
Para ahli baru-baru ini telah mempelajari tiga sampel dari manuskrip Al Qur'an. Manuskrip tersebut diketahui telah berada di Perpustakaan Universitas di Tübingen, Swiss sejak akhir abad ke-19.
Kesimpulan mereka menyatakan, manuskrip Al Quran itu ditulis pada periode antara 649 -675 Masehi atau 20 hingga 40 tahun setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW.
Manuskrip Al Quran yang ditulis dengan huruf Kufi itu, mencatat rekor manuskrip Al Quran tertua yang pernah ditemukan. Penelitian mengenai waktu penulisan itu melalui melalui metode uji karbon C14 di laboratorium.
Penelitian ini didanai oleh German Research Society (DGF) dan sebuah lembaga Perancis. Proyek itu bertujuan mempelajari Al Qur'an sebagai objek material. Selain itu, proyek itu sebagai studi teknis kajian ilmu palaeograf.
Naskah Al Quran kuno itu kini telah tercatat di Universitas Tubingen dengan daftar perpustakaan Ma VI 165. Daftar perpustakaan itu memiliki koleksi lebih dari 20 fragmen Qur'an.
Al Quran dengan tulisan kuno dengan huruf Kufi tersebut merupakan salah satu bentuk tulisan tertua dari penulisan Bahasa Arab atau yang disebut gaya tulisan Hijaz. Tulisan itu menarik perhatian para ilmuwan karena gayanya yang khas.
Namun, dimensi tulisan huruf Kufi di naskah Al Quran itu cukup kecil dibandingkan dengan manuskrip huruf Kufi yang ditemukan pada umumnya. Para ilmuan juga sempat dibuat terkejut dengan hasil penelitian, terutama tahun ditulisnya manuskrip tersebut. Naskah awal lainnya adalah yang disebut manuskrip Al Qurna dengan tulisan Sana yang diketahui lebih awal dari 671 Masehi.
Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur’an Masa Nabi Muhammad
Seperti yang diketahui, keagungan dan kemurnian Alquran akan terjaga sampai hari akhir. Hal ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat mengenai dari penurunannya, penulisan, pemeliharaan, serta pembukuannya. Tentunya proses ini mengalami berbagai aspek sejarah.
Dari hal tersebut, perlu juga diketahui pembahasan mengenai proses penulisan, menjelaskan para pencatat wahyu, menjelaskan susunan al-Qur’an dan tradisi penulisan di kalangan para sahabat. Dimana masa-masa kepenulisan al-Qur’an ini, terjadi mulai dari zaman Rasullullah hingga zaman para sahabat. Bahkan pada zaman modern juga diterapkan tradisi kepenulisan al-Qur’an.
Proses Penulisan Mushaf Al Qur’an di Masa Nabi SAW
Al Qur’an merupakan kitab suci yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw., melalui perantara malaikat Jibril yang diturunkan secara berangsur-angsur, serta membacanya dinilai ibadah. Al-Qur’an ini juga sebagai pelengkap dan penjelas kitab terdahulu yang pernah Allah turunkan.
Pada saat al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., bangsa Arab sudah terbiasa untuk menghafal dan bahkan bangsa Arab juga dikenal sebagai bangsa yang terlatih dalam hal menghafal. Maka dalam ini, ketika Nabi mendapatkan wahyu, nabi dan para sahabat secara langsung menghafalkannya.
Akan tetapi, penulisan al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad saw. ini tidak menggunakan pena atau tulisan seperti yang kita kenal saat ini. Pada zaman itu, al-Qur’an disampaikan oleh Nabi Muhammad secara lisan kepada para sahabatnya dan umat Islam secara langsung. Banyak dari para sahabat nabi yang menghafal keseluruhan al-Qur’an dengan sangat baik. Nabi Muhammad juga bersabda:
لا تَكْتُبُوا عَنِّي وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ
“Janganlah kalian menulis dariku, dan barang siapa yang menulis dariku selain al-Qur’an maka hapuslah.” (HR Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri).
Para Pencatat Wahyu (Kuttab al-Wahy)
Semasa Rasulullah hidup, wahyu dari Allah turun sedikit demi sedikit. Sahabat yang diberi amanah oleh rasul menggunakan berbagai media, diantaranya batu, tulang, kulit hewan, pelepah kurma, dan lain sebagainya. Sahabat ketika menuliskan al-Qur’an, harus sesuai dengan ketentuan Allah yang telah disampaikan Rasulullah.
Adapun sahabat yang mendapat amanah sebagai kutub alwahyi yaitu :
1. Zaid bin Tsabit.
Zaid adalah sahabat nabi yang pandai dalam bidang bahasa. Dikisahkan pula, Zaid ini pernah diminta untuk mempelajari bahasa Ibrani dan Yahudi, agar bisa membacakan surah yang datang dari kaum yahudi.
2. Muawwiyah bin Abi Sufyan.
Diantara para penulis wahyu yang lain, muawwiyah ini salah satu penulis kontroversional yang memiliki sikap tegas.
3. Ubay bin Kaab.
Selain sebagai penulis, ada riwayat yang menjelaskan bahwa Ubay memiliki mushaf susunannya sendiri.
4. Zubair bin Awwam.
Zubair bin Awwam memeluk agama Islam pada saat usia enam belas tahun. Zubair terlahir dari keluarga yang terhormat. Dimana ibu dari Zubair ini adalah anak seorang terkemuka di suku Quraisy.
Itulah ke empat sahabat kutub alwahyi. Para sahabat ini merupakan para sahabat yang berjasa dalam kepenulisan al-Qur’an, karena dengan adanya tulisan al-Qur’an tersebut umat Muslim dapat membaca, mengkaji, dan mengamalkannya.
Susunan Al Qur’an di Masa Nabi SAW
Susunan al-Qur’an di masa Nabi Muhammad saw berbeda dengan susunan yang lain. Di masa Nabi Muhammad saw, al-Qur’an tidak disusun secara tertulis dalam bentuk mushaf seperti sekarang. Al-Qur’an disusun berdasarkan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw menerima wahyu secara bertahap dan mengajarkan wahyu tersebut kepada para sahabatnya.
Susunan wahyu al-Qur’an yang diterima Nabi Muhammad saw bukan berdasarkan urutan tema, namun berdasarkan urutan yang ditentukan oleh Allah Swt. Dalam arti lain susunan mushaf sekarang dengan masa nabi itu berbeda, dikarenakan mushaf yang sekarang ditulis oleh Utsman dengan urutan yang diperintahkan oleh nabi.
Sedangkan masa nabi itu ditulis ketika ayat turun yang artinya ditulis secara acak di tulang-tulang atau pelepah kurma kemudian dikumpulkan pada masa Ustman dan menjadi mushaf yang seperti sekarang.
Dengan demikian, penulisan al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad saw berfokus pada penghafalan dan pemahaman lisan. Penulisan al-Qur’an dilakukan pada bahan-bahan yang tersedia saat itu, dan pengumpulan serta penulisan resmi al-Qur’an dalam bentuk mushaf terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.
Susunan al-Qur’an di masa Nabi Muhammad saw. berbeda dengan susunan yang lain. Di masa Nabi Muhammad saw, al-Qur’an tidak disusun secara tertulis dalam bentuk mushaf melainkan disusun berdasarkan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.
Sejarah Pembukuan Al Quran
Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang menjadi pegangan dan dasar petunjuk kehidupan. Al-Qur’an terdiri dari 114 surah, Setiap ayat dalam Al-Qur’an memiliki keindahan bahasa dan makna yang mendalam.
Ketika wahyu Al Quran turun, sahabat nabi masih banyak yang tidak bisa menulis dan membaca. Oleh karena itu, pada awalnya, ayat-ayat Al Quran pada umumnya hanya di hafal saja oleh para sahabat Nabi.
Lantas kapan penulisan Al Quran dan pengumpulannya di mulai hingga akhirnya menjadi kitab seperti yang di gunakan pedoman oleh umat Islam ini ?
Penulisan Al Quran Era Nabi Muhammad
Pada masa Nabi Muhammad Saw., penulisan dilakukan dengan dan dalam media yang terbatas. Mereka menulisnya pada pelepah tamar (kurma), lempengan batu, daun lontar, kulit/daun kayu, pelana, potongan tulang- belulang binatang. Al-Qur‟an pada masa ini belum menjadi satu mushaf.
Ketika Nabi Muhammad masih hidup, beberapa sahabat yang pandai membaca dan menulis di tugaskan untuk mencatat setiap Al Quran yang turun. dan salah satu sahabat yang bertugas sebagai penulis Al Quran adalah Zaid bin Tsabit. Saat itu, Al Quran yang di tulis di berbagai media belum di satukan atau di bukukan, karena masih ada ayat yang belum di turunkan.
Pembukuan Al Quran di era Khalifah Abu Bakar, yakni setelah Nabi Muhammad wafat pada 632, muncul kekhawatiran akan punahnya Alquran. Hal ini di sebabkan banyak para penghafal Al Quran yang gugur saat berperang melawan kemurtadan dan nabi palsu.
Oleh karena itu, Umar bin Khattab kemudian mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk membukukan Al Quran. Mendengar usulan ini, pembukuan Al Quran pun di mulai pada masa Khalifah Abu Bakar. Kemudian Khalifah Abu Bakar melakukan kodifikasi atau pengumpulan naskah-naskah Al Quran, kodifikasi Al Quran era ini ditandai dengan penyusunan Al Quran dalam suatu naskah yang rapi dan berurutan.
Pembukuan Al Quran Era Khalifah Utsman bin Affan
Selain Abu Bakar, sahabat Nabi yang membukukan Al Quran adalah Khalifah Utsman Bin Affan. Alasan di bukukannya Al Quran pada masa ini adalah semakin luasnya wilayah islam dan semakin banyak orang yang tertarik padaajaranislam. Terlebih lagi, saat itu ada banyak versi Al Quran yang beredar dengan bacaan dan model penulisan yang berbeda.
Mereka yang telah memeluk Islam dan ingin memelajari Al Quran, yang menjadi sumber ajaran agamanya, pun menjadi bingung. Oleh karena itu, Khalifah Utsman bin Affan kemudian mengambil kebijakan baru untuk menyamakan bentuk penulisan Al Quran.
Khalifah Utsman bin Affan membentuk tim yang membukukan Al Quran, yang beranggotakan Zaid bin Tsabit, Said bin Al-As, dan Abdurrahman bin Al-Harits. Proses kodifikasi era Khalifah Utsman bin Affan melahirkan suatu ilmu Al Quran yang di kenal dengan Ilmu Rasm Al Quran atau Ilmu Rasmi Al-Utsmani.
Ilmu Rasm Al Quran atau Ilmu Rasmi Al-Usmani ini menjadi salah satu kajian dalam ulumul terkenal dengan nama Mushaf Utsmani.
Koleksi Artikel Kanti Suci Project