Kitab Sirajuth Thalibin
(Syekh Ihsan ibn Dahlan al-Jamfasi al-Kadiri al-Jawi / Syekh Ihsan Jampes, w. 1952 M) Jampes, Kediri, Jawa Timur
Ini adalah kitab “Sirâjut Thâlibîn” karangan seorang ulama besar Nusantara asal Jampes, Kediri (Jawa Timur), Syekh Ihsân ibn Dahlân al-Jamfasî al-Kadîrî al-Jâwî (dikenal dengan nama Syekh Ihsan Jampes, w. 1952 M), yang merupakan komentar dan penjelasan (syarh) atas kitab tasawuf “Minhâjul ‘Âbidîn” karangan Hujjah al-Islâm al-Imâm al-Ghazzâlî (w. 1111 M).
Kitab “Sirâjut Thâlibîn” ditulis dalam bahasa Arab.
Hingga saat sekarang, kitab ini adalah satu-satunya kitab syarh atas teks “Minhâjul ‘Âbidîn” yang paling populer dan berdar luas di seluruh penujuru dunia Islam.
Karena itu, tidaklah mengherankan jika kitab karangan Kiai Jampes ini dicetak oleh banyak penerbit di Timur Tengah, sekaligus dipelajari dan dijadikan rujukan otoritatif dalam kajian bidang tasawuf di banyak institusi pendidikan dunia Islam.
Al-Imâm al-Ghazzâlî sendiri memiliki tiga buah karya utama dalam bidang tasawuf, yaitu “Minhâjul ‘Âbidîn” yang kemudian di-syarh oleh Kiai Jampes (Sirâjut Thâlibîn), lalu “Bidâyah al-Hidâyah” yang kemudian di-syarh oleh Syekh Nawawi al-Bantanî al-Jâwî, w. 1897 M (Murâqî al-‘Ubûdiyyah), dan “Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn” yang kemudian di-syarh oleh Syekh Muhammad Murthadhâ al-Zabîdî, w. 1790 (Ithâf al-Sâdah al-Muttaqîn). Kitab “Bidâyah al-Hidâyah” dan “Ihyâ ‘Ulûmal-Dîn” diterjemahkan dan disyarah ke dalam bahasa Melayu untuk pertamakalinya oleh Syekh Abdul Shamad Palembang (w. 1832 M). Versi Melayu “Bidâyah” adalah “Hidâyah al-Sâlikîn”, sementara versi Melayu “Ihyâ” adalah “Sair al-Sâlikîn”.
Kembali ke kitab "Siraj al-Thalibin". Dalam kolofon, didapati keterangan jika karya agung ini diselesaikan di Kampung Jampes, Kediri, pada siang hari Selasa, 29 Sya’ban tahun 1351 Hijri. Data ini bertepatan dengan 28 Desember 1932 Masehi. Tertulis dalam kolofon;
وكانت مدة تهذيبه مع شواغل الدهر وإبلائه ثمانية أشهر إلا أياما، آخرها في نهار الثلاثاء التاسع والعشرين من شعبان المكرم الذي هو من شهور سنة
إحدى وخمسين بعد الثلثمائة والألف من هجرة من له تمام العز والشرف. وذلك بمنزلي في محلة جمفس ببلد كديري من بلاد جاوة
(Adapun masa penulisan kitab ini adalah delapan bulan kurang beberapa hari lamanya, akhir kali diselesaikannya pada siang hari Selasa, tanggal 29 bulan Sya’ban tahun 1351 Hijri. Selesai di rumahku di desa Jampes, negeri Kediri, salah satu dari negeri-negeri Jawi [Nusantara]). Keterangan dalam kolofon di atas sekaligus memberikan informasi lain yang sangat mencengangkan, yaitu kitab syarh setebal lebih 1000 halaman ini diselesaikan oleh Syekh Ihsan Jampes hanya kurang dalam jangka masa delapan bulan lamanya. Dalam pengantarnya, Syekh Ihsan Jampes menulis;
فيقول المرتجي من ربه الغفران. الفقير الى رحمته: إحسان بن المرحوم محمد دحلان. الجمفسي ثم الكديري. أصلح له الله الحال والشان. وستر عيوبه
في الدارين. هذا شرح وجيز ومنيف، وتحرير رائق وشريف، على كتاب "منهاج العابدين الى جنة رب العالمين" للإمام الهمام مقتدي الخاص والعام،
حجة الإسلام، وبركة الأنام، وقطب رحا دائرة الإسلام، الذي ملأ ذكر كمالاته الخافقين في مسامع الأعلام، وقام صيت كتابه مقام الشمس في رابعة
النهار، وعنت وجوه الأفاضل اليه من سائر الأقطار، أبي حامد محمد بن محمد بن محمد الغزالي، سقى الله ضريحه صوب الغفران المتوالي. وضعته
تذكرة لنفسي وللقاصرين مثلي من أبناء جنسي. وسميته "سراج الطالبين على منهاج العابدين
(Maka berkatalah hamba yang mengarap dari Tuhannya akan pengampunan. Seorang yang fakir kepada rahmatNya: Ihsan anak Muhammad Dahlan dari Jampes Kediri … Ini adalah sebuah syarh [penjelasan] yang ringkas dan ulasan yang halus atas kitab “Minhâjul ‘Âbidîn ilâ Jannah Rabbil ‘Âlamîn” karangan …… al-Imâm al-Ghazzâlî. Aku menuliskan syarh ini sebagai pengingat untuk diriku, dan bagi orang-orang yang kurang pandai sepertiku. Aku namakan syarh ini dengan “Sirâjut Thâlibîn”). Kitab ini mendapatkan endorsement (taqrîzh) dari Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang merupakan sahabat dekat Syekh Ihsan Jampes dan beberapa ulama besar Jawa lainnya.
Endorsement ini termuat dalam versi cetakan Dâr al-Fikr Lebanon (tanpa tahun) atas kitab ini. KH Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa kitab “Sirâjut Thâlibîn” adalah salah satu kitab tasawuf terbaik yang ditulis pada zamannya.
KH Hasyim Asy’ari juga mengisyaratkan Syekh Ihsan Jampes sebagai sosok “maestro keilmuan Islam dari Nusantara yang keilmuannya ibarat samudera tiada tepian”. Syekh Ihsan Jampes dilahirkan di Jampes, Kediri, pada tahun 1901 M. ayahnya adalah KH Dahlan bin KH Soleh, pengasuh pesantren di Jampes. Kakek beliau, KH Soleh, berasal dari Bogor, Jawa Barat, yang kemudian hijrah ke Kediri di Jawa Timur.
Syekh Ihsan memiliki adik kandung yang juga terkenal alim, yaitu KH Marzuqi Dahlan, kelak menjadi pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri setelah dinikahkan dengan putri KH Abdul Karim Manaf Lirboyo. Di antara guru utama Syekh Ihsan Jampes adalah para ulama besar tanah Jawa pada zaman itu, yaitu KH Kholil Bangkalan (Madura), KH Khozin Bendo (Pare), KH Idris Jamsaren (Solo), dan KH Soleh Darat (Semarang). Hal yang menarik dari sosok Syekh Ihsan Jampes adalah penguasaannya akan bahasa Arab yang matang, meski tidak pernah belajar dan bermujawarah di Makkah atau negeri Arab lainnya. Tingginya citarasa bahasa Arab beliau dapat tercermin dari karya-karya beliau yang ditulis dalam bahasa Arab dan diterbitkan di Timur Tengah.
Di antara karya-karya beliau adalah ;
(1) Sirâjut Thâlibîn syarah atas Minhâjul ‘Âbidîn karangan al-Imâm al-Ghazzâlî,
(2) Manâhijul-Imdâd syarah atas kitab Irsyâdul-‘Ibâd karangan Syekh Zainuddîn al-Malîbârî,
(3) Tashrîhul-‘Ibârât syarah atas kitab falak Natîjah al-Mîqât karangan guru beliau, yaitu Syekh Muhammad Shâlih ibn ‘Umar al-Jâwî (Kiai Soleh Darat Semarang), dan
(4) Irsyâdul Ikhwân fî Hukm Syarbil Qahwah wad Dukhân yang mengkaji tentang hukum meminum kopi dan menghisap asap (rokok).
Syekh Ihsan Jampes wafat pada 25 Dzulhijjah tahun 1371 Hijri (September 1952 M) dan dikebumikan di Jampes, Kediri, Jawa Timur Nuswantoro.
Terjemah Minhajul Abidin : Jalan Para Ahli Ibadah (Imam Al-Ghazali)
Jalan ibadah adalah jalannya para Hamba-Hamba Allah yang telah diberikan karunia dan nikmat abadi walau masih beada di alam Dunia yang fana, Jalan Ibadah adalah jalan yang akan menghantarkan Hamba ke jalan menuju surga yang kekal. Jalan Ibadah amatlah terasa indah, seindah hati para abidin (ahli ibadah) yang dijalankan dengan ikhlas dan ihsan.
Inilah jalannya para nabi, para auliya, para shalihin dan mukhlisin.
Tapi, jalan menuju ke surga itu bukanlah jalan yang mudah, bahkan dihiasi oleh sesuatu yang bersebrangan dengan hawa nafsu dan akan susah dilalui oleh hamba-hamba yang mudah tergoda dunia dan lainnya.
Berbagai jebakan menghadang, siap menarik seorang hamba ke lubang maksiat, hingga terus menjauh dari tujuan, ibadahnya, Rasulullah saw. bersabda; Ketahuilah, bahwa (jalan menuju) surga itu penuh rintangan dan lika-liku, sedangkan jalan ke neraka itu mudah dan rata.
Melalui kitab yang bernama Minhaajul 'Asbidin ini, karya Hujjatul Islam Imam al-Ghazali, ulama besar di bidang ilmu tasawuf dan fiqih, membagi perjalan seorang ahli ibadah itu dalam tujuh tahapan.
Ini adalah risalah bimbingan yang menjadi wasiat terakhirnya bagi umat ini, karena tak lama kemudian sang hujjatul Islam Imam Al-Ghazali ini meninggalkan dunia, menghadap Tuhan yang terus-menerus ia rindukan.
Imam Al-Ghazali memaparkan jalan-jalan penting dalam menjalani Ibadah bagi kita agar selalu waspada terhadap setiap godaan dan jebakan yang ada, dan agar dapat segra keluar bila kita telah masuk ke dalam perangkap itu. Dan manakala seorang hamba mampu.
Terjemahan kitab ini mengajak kita untuk merenungi dan mendalami kesempurnaan dalam beribadah dan mengetahui berbagai tahapan dalam mencapai kesmpurnaan ibadah.
Berbagai tahapan yang dimaksud meliputi tujuh hal, yaitu tahapan ilmu dan makrifat, tahapan taubat, mengetahui godaan-godaan ibadah, penghalang-penghalang, pendorong-pendorong, dan perusak-perusak ibadah, serta tahapan pujian dan syukur (al-hamd wa asy-syukr).
Berikut Kitab Sirajuth Thalibin (Syekh Ihsan ibn Dahlan al-Jamfasi al-Kadiri al-Jawi / Syekh Ihsan Jampes, w. 1952 M) Jampes, Kediri, Jawa Timur :