HIDUP DAN KEHIDUPAN DALAM PANDANGAN ISLAM
By, Rahma kanthi Suci
HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia
memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak
mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas
yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia
akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati,
dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini
hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak
percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67).
Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat
beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini.
Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui
perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam
Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur
ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali
menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan,
Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta
melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita
lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat
rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata
lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak,
darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah
menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya
"Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya
Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa
menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir
22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk
kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di
satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang
yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut
Islam?
Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan,
manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir.
Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia
mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya.
Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah
melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah
SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang
sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata
dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan
karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri
agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan
bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi
alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad
karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar
dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu
juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri,
dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan
bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri.
Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam
kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup
yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur
dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup
yang telah diatur oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam
ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran
dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara
kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain.
(Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika
seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diatur
Islam.
Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di
hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah
(hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap
muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain
beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat)
kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik
(Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid).
Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan
mendalam dari pada pengertian hidup yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna
hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar
berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan
pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang
berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang
harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus
meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik,
abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4).
Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal
saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam
firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun
wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat
al-thoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut
dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup
seseorang.
AKTUALISASI DIRI
Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah
pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Betapa menderitanya
seseorang, sekalipun umpamanya ia seorang kaya raya, berkedudukan, mempunyai
jabatan, namun masyarakat di sekitarnya tidak mengakui keberadaannya bahkan
menganggapnya tidak ada, antara ada dan tiada dirinya tidak berpengaruh bagi
masyarakat. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat
muslim. Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita tidak diakui oleh Allah SWT,
berarti alamat sebuah kemalangan yang akan menimpa. Ketika usia kita tidak
menambah kebaikan terhadap amal-amal, ketika setiap amal perbuatan tidak
menambah dekatnya diri dengan Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia belaka.
Allah menganggap kita sudah mati sekalipun kita masih hidup.
Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan"
untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam
kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi
yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam
keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi
nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah
"berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita?
Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang
hidup oleh Allah SWT. Amin.
ARTI TENTANG KEHIDUPAN MENURUT HUKUM ISLAM
Dunia, yang secara nyata dapat dinilai oleh setiap orang
yang dapat melihat sebagai suatu alam dimana kehidupan senantiasa berputar
dengan segala kesenangan dan kepahitannya, gelanggang dimana manusia dilepas
untuk memainkan peranan tertentu yang dipilihnya.
Alam yang oleh sebagian besar manusia tertipu karenanya,
terpedaya oleh kemolekannya.
Sebenarnya apa sih hidup di alam dunia ini?
Benarkah hakikatnya seperti zahirnya?
Untuk memahami hidup, tentu kita harus menilik kepada
unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yaitu siapa penciptanya, untuk apa
diciptakan, dan bagaimana seharusnya kita hidup, dan bagaimana hubungan antara
ketiganya pada sebelum dan sesudahnya.
Ketika kita memperhatikan alam, manusia, dan kehidupan,
kita akan mendapatkan suatu yang sangat seimbang dan sempurna tanpa cacat.
Sesuatu yang apik seolah-olah tak henti-hentinya diatur oleh sesuatu. Dan
sesuatu itu tentunya adalah wajib adanya seperti wajibnya keberadaan seorang
pembuat kursi atas sebuah kursi yang dapat kita indra.
Dan sesuatu itu adalah mesti bersifat maha kuasa dan maha
sempurna serta maha cerdas, dikarenakan terlihatnya ciptaan-ciptaan yang
bergitu agung yang berada pada diri kita juga di sekeliling kita tempat kita
menjalani kehidupan yang keberadaannya bergitu nyata.
Allah-lah Zat Yang Maha Cerdas itu, yang telah
menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan, sebagaimana firman-Nya :
“Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari (6
masa tertentu). Kemudian Dia bersemayam di atas arsyi,… ” (QS. Al-Hadid :4)
Ayat di atas menandakan bahwa Allah-lah pencipta langit
dan bumi, termasuk kehidupan di dalamnya, dan tidak benar ketika ada orang yang
mengatakan bahwa kehidupan ini ada dengan sendirinya atau teori-teori ilmuwan
lain mengenai penciptaan alam semesta yang menampik keberadaan Allah sebagai
satu-satunya yang terlibat dalam penciptaan itu, seperti pendapat para penganut
paham Sosialis komunis.
Kemudian ayat :
“Dialah Tuhan di langit dan di bumi. Dia Maha Bijaksana
lagi Maha Mengetahui“ (QS. Az-Zukhruf
:84)
Di samping sebagai pencipta, ternyata Allah jugalah
penguasa langit dan bumi, hidup dan kehidupan.
Oleh karena kita sudah meyakini bahwa pencipta dunia
beserta kehidupan di dalamnya adalah Allah Yang Maha Esa. Maka adalah hal yang
mustahil apabila seorang kreator Yang Maha Cerdas tidak mengetahui hakikat
ciptaannya beserta tujuan ciptaan-Nya.
Seperti mustahilnya seorang perancang software tidak
mengenal seluk beluk karyanya atau tidak mengetahui untuk aplikasi apa program
yang telah dirancangnya dengan segala daya upayanya.
Allah SWT sangat mengenal hakikat ciptaan-Nya yaitu
kelebihan dan kelemahannya serta Dia juga mempunyai seperangkat tujuan atas
karya-karya terebut, termasuk tujuan diciptakannya hidup dan kehidupan. Dalam
firman-Nya :
“Hidup di dunia ini, tak lain hanya kesenangan dan
permainan. Sesungguhnya kampung akhirat, itulah kehidupan yang sebenarnya. Jika
mereka mengetahui” (QS. Al-Ankabut :64)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia, hanya
pergurauan, permainan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta
berlomba-lomba banyak pada harta benda dan anak-anak….hidup di dunia ini tak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”
(QS. Al-Hadiid :20)
“Katakanlah, kesenangan dunia Cuma sedikit dan akhirat
lebih baik bagi orang yang bertaqwa”
(QS. An-Nisaa’ :77)
Subhannallah, ternyata kehidupan dunia yang kita
agung-agungkan tidak lain hanyalah gelanggang permainan. Yang namanya
permainan, senang bukan senang benaran, susah juga bukan susah benaran.
Semuanya hanya sandiwara, tinggal bagaimana kita
menyikapi kehidupan itu sendiri. Ternyata pula bahwa ada alam lain yaitu alam
akhirat yang lebih kekal dan itulah kehidupan yang sebenarnya.
Dunia hanya tipuan Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya.
Yang dinyatakan-Nya pada ayat lain yaitu :
“Tuhan yang menciptakan mati dan hidup, karena hendak
menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya”
(QS. Al-Mulk :2)
Ternyata hidup di dunia ini adalah salah satu fase
kehidupan manusia menuju ke alam yang lain yaitu alam akhirat setelah
sebelumnya mengalami kematian dan berdiam di alam barzakh (alam kubur). Allah
SWT berfirman :
“Katakanlah: Allah menghidupkan kamu, kemudian mematikan
kamu, kemudian menghimpunkan kamu di hari kiyamat, yang tak ada keraguan
padanya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(QS. Al-Jatsiyah :26)
Alam yang akhirat mempunyai aturan main yang berbeda
dengan alam dunia. Aturan main yang baku, yang telah di tentukan oleh
penciptanya dan tak seorangpun yang kuasa mengubahnya.
Yaitu bahwa orang yang beriman dan beramal saleh, menaati
Allah dan rasul serta bertaqwa akan selamat dan dimasukkan ke dalam kesenangan
abadi yaitu syurga.
Allah SWT berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh -tiadalah
Kami berati seseorang melainkan sekedar tenaganya- mereka itulah penghuni syurga
mereka kekal di dalamnya” (Q.S Al-A’raaf
: 42)
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena
kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab dan tidak pula mereka
berduka cita” (Q.S Az-Zumar :61)
Sebaliknya orang yang kafir, zalim, fasik, durhaka serta
banyak dosa akan di masukkan ke dalam azab yang keras, dan abadi. Naudzu billah
mindzalik. Sebagaimana firman-Nya :
“Orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, mereka
menjadi kayu api bagi neraka jahannam” (QS. Al-Jin :15)
“Ingatlah, sesungguhnya orang-orang zalim itu berada
dalam azab yang kekal” (QS. Asy-Syuuaraa :45)
“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya,
maka sesungguhnya baginya neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya”
(QS. Al-Jin :23)
Walhasil, ternyata kita hidup punya tujuan yaitu negeri
akhirat, dan bagaimana hidup yang benar itu adalah hidup dengan menaati aturan
Allah yang semuanya tercantum dalam Al-Quran Wassunnah.
Jalan kehidupan tiap – tiap manusia ditentukan oleh
dirinya sendiri.
Di tangan kita sendirilah nasib kita, tergantung jalan
mana yang kita pilih.
Jalan ketaatan atau jalan kedurhakaan.
KEHIDUPAN DUNIA
Tiga puluh tahun yang lalu aku menjalani Kehidupan dunia
ini, terasa sangat singkat seakan tidak tersisa sama sekali. Namun banyak hal
yang bisa menjadi kenangan selama 30 tahun yang lalu, pahit getirnya kehidupan
telah aku lalui, susah dan senangnya kehidupan begitu indahnya terukir dalam
memori kehidupan ini, seakan ingin mengulang keindahan masa lalu, akan tetapi
taqdir tidak demikian adanya. Hidup harus terus berjalan dan tak akan berhenti,
meninggalkan segalanya tanpa menunggu kata.
Hakikat Kehidupan Dunia
TENTANG KEHIDUPAN DUNIA
Banyak sekali dalil yang menggambarkan tentang kehidupan
dunia ini, berikut ini adalah dalil tentang keduniaan :
Dunia adalah perkara kecil dan kesenagan yang sedikit,
قُلْ
مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ * سورة النساء: 77
Artinya : Katakanlah Muhammad kehidupan dunia itu
sedikit.
كُنْ
فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ
سَبِيلٍ* رواه
البخاري
Artinya : Jadilah kamu di dunia seakan-akan orang yang
asing atau orang yang melewati jalan.
ازْهَدْ
فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي
النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ * رواه ابن ماجة
Artinya : Tingglkanlah dunia ini maka Allah akan cinta
padamu, dan tinggalkanlah apa-apa yang ada di tangan manusia, maka manusia akan
cinta pada kalian.
الدُّنْيَا
سِجْنُ الْمُؤْمِنِ، وَجَنَّةُ الْكَافِرِ * رواه مسلم
rtinya : Dunia itu penjara orang iman dan sorga orang
kafir.
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا
تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ
بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا
مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ * رواه الترمذي
Artinya : Jika dunia itu di sisi Allah membandingi satu
sayapnya nyamuk maka orang kafir tidak akan di beri minum walaupun satu teguk.
KESEIMBANGAN DUNIA
قال الإمام أحمد
: حدثنا حسين ، حدثنا
دويد ، عن أبي
إسحاق ، عن زرعة
، عن عائشة
، رضي الله
عنها ، قالت : قال
رسول الله صلى الله
عليه وسلم : ” الدنيا دار من
لا دار له ،
ومال من لا مال
له ، ولها يجمع
من لا عقل له.
Artinya : Dunia itu rumahnya orang yang tidak memppunyai
rumah di akhirat, dan harta dunia adalah bagi orang yang tidak punya harta di
akhirat, dan yang mengumpulkan dunia adalah orang yang tidak mempunyai akal.
لَيْسَ
خَيْرُكُمْ مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا
لِلآخِرَةِ ، وَلا مَنْ
تَرَكَ الآخِرَةَ لِلدُّنْيَا
Artinya : Tidak ada kebaikan bagi kalian yang
meninggalkan dunia karena akhirat dan orang yang meninggalkan akhirat karena
dunia.
«إِنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ
فِيهَا فَنَاظِرٌ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، أَلَا
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ * رواه الترمذي
Artinya : Dunia itu hijau dan manis, Allah menjadikan
kalian sebagai kholifah di dunia kemudian Allah akan melihat bagaimana kalian
beramal, ingatlah kalian takutlah pada dunia dan wanita.
Dan masih banyak lagi dalil-dalil dalam al-quran muapun
dalam al-hadist yang menjelaskan tentang hakikat dunia ini, intinya dunia
adalah kenikmatan yang terbatas, kenikmatan yang sedikit, kesenangan yang semu,
yang semuanya akan hilang dan tidak akan tersisa. Banyak sekali contoh tentang
kehidupan dunia kita ini, bisa kita lihat dari diri kita masing-masing,
orang-orang di sekitar kita, lingkungan di sekitar kita semuanya tidak ada yang
kekal, dulu dunia ini yang di kenal penuh dengan alam yang hijau sekarang
seluruh dunia mencanangkan go green, itu semua karena kerakusan manusia, kita
yang dulu masih menjadi anak-anak tumbuh dewasa mungkin jadi orang ganteng…
he,,he,, akhirnya sekarang gimana ? lihat saja kakek kita,,,
IBARAT HIDUP DI DUNIA
dulu dia itu orang ganteng lho… buktinya ada ada bapak
ibu kita, tapi sekarang mereka sudah tua, kesehatan mulai menurun, jalan sudah
mulai nggak kuat. Dan khusus bagi orang iman dunia ini adalah penjara bagi
kita, kita terbatas beda dengan orang-orang yang tidak ber iman, mereka oleh
allah di biarkan menikmati dunia dengan segala fasilitasnya, dengan segala
kenikmatannya, tetapi seperti dalil di atas menyebutkan bahwa rumah di dunia
adalah milik orang yang tidak punya bagian rumah di akhirat nantinya, harta
dunia adalah milik orang yang tidak akan mempunyai harta di akhirat,dan dunia
menurut Allah adalah sesuatu yang sedikit, jika dunia di sisi Allah ada
nilainya se sayapnya nyamuk maka
orang-orang kufur tidak akan di beri minum walaupaun satu teguk pun.
Untuk apa
Kehidupan Dunia Ini
Setelah Allah menciptakan langit bumi dan segala isinya
akhirnya terbentuklah dunia, setelah kita terlahir di dunia ini mungkin itulah
ungkapan pertanyaan yang perlu kita pelajari, untuk apa kehidupan dunia ini ?
Berikut dalil dalil tentang hakikat kehidupan ini :
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali
agar menyembah kepadaku
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ
وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
Artinya : Niscahya sungguh aku telah mengutus rasul dari
setiap umat agar mereka menyembah Allah dan menjauhi thoghut.
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ
إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya : Allah telah menghukumi agar tidak menyembah
kecuali kepada Allah dan agar berbuat baik kepada kedua orang tua.
وَاعْبُدُواْ
اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ
شَيْئًا
Artinya : Menyembahlah kepada Allah dan jangan
menyekutukan sesuatupun kepada Allah
قُلْ
تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ
رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ
شَيْئًا
Artinya : Katakanlah Muhammad, kemarilah aku akan
membacakan apa-apa yang telah Allah haromkan pada kalian dan kalian jangan
menyekutukan sesuatu kepada Allah.
وعن
معاذ بن جبل رضي
الله عنه قال: كنت
رديف النبي صلى الله
عليه وسلم على حمار
فقال لي: “يا معاذ
أتدري ما حق الله
على العباد، وما حق
العباد على الله؟” فقلت:
الله ورسوله أعلم. قال:
“حق الله على العباد
أن يعبدوه ولا يشركوا
به شيئاً، وحق العباد
على الله أن لا
يعذب من لا يشرك
به شيئاً” فقلت: يا
رسول الله أفلا أبشر
الناس؟ قال: “لا تبشرهم
فيتكلوا * أخرجاه
في الصحيحين
Artinya : Mu’adz bin jabal berkata, ketika itu aku berada
di boncenganya Nabi di atas himar, Nabi berkata, Hai mU’adz apa haknya Allah
atas hamba dan haknya hamba atas Allah, aku menjawab, Allah dan Rasul yang
lebih tahu, Nabi berkata : haknya Allah atas hamba adalah agar hamba menyembah
kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatu pada Allah, dan haknya hamba atas
Allah adalah agar Allah tidak menyiksa hamba yang tidak menyekutukan Allah pada
sesuatu.Wahai rasulullah apakah aku tidak memberikan kabar gembira ini pada
manusia, Nabi menjawab, jangan nanti manusia jadi pada bersandar.
Intinya kita di ciptakan ini agar menyembah Allah dalam
kehidupan dunia ini, selain itu tidak.
DUNIA DAN AKHIRAT
Kaum Muslimin rahimakumullah.Allah SWT membagi kehidupan
menjadi dua bagian yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yg dilakukan manusia
di dunia akan berdampak dalam kehidupan akhirat enak dan tidaknya kehidupan
seseorang di akhirat sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di
dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal saleh dalam kehidupan di dunia
ia pun akan mendapatkan keni’matan dalam kehidupan di akhirat. Karena itu
ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat
maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini dgn sebaik-baiknya sebagaimana yg
ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ketika manusia berorientasi kepada
kehidupan akhirat bukan berarti ia tidak boleh meni’mati kehidupan di dunia ini
hal ini krn segala hal-hal yg bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia
karenanya Islam tidak pernah mengharamkan manusia utk meni’mati kehidupan
duniawinya selama tidak melanggar ketentuan Allah SWT apalagi sampai melupakan
Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur dalam hidup ini. Manusia memang
memandang indah segala hal yg bersifat duniawi dan itu wajar-wajar saja selama
ia tidak mengabaikan tempat kembalinya. Allah SWT berfirman yg artinya
“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yg diingini yaitu
wanita-wanita anak-anak harta yg banyak dari jenis emas perak kuda pilihan
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia;
dan di sisi Allahlah tempat kembali yg baik .” Hakikat Keindahan Muhammad Ali
ash-Shabuny di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa para ahli tafsir berbeda
pendapat tentang siapa yg menjadikan syhwt (**) itu sebagai sesuatu yg indah.
Pendapat pertama mengatakan bahwa yg menjadikan indah adl setan dgn cara
membisikkan kepada manusia dan menjadikannya tampak indah di hadapan mereka
lalu mereka condong kepada syhwt (**) itu dan lalai dalam menaati Allah SWT
pendapat ini didasari pada firman Allah yg artinya “Dan setan telah menjadikan
mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari
Allah sehingga mereka tidak mendapat petunjuk.” Pendapat kedua mengatakan bahwa
Allah-lah yg menjadikan indah terhadap syhwt (**) sebagai ujian dan cobaan utk
menentukan siapa di antara mereka yg baik perbuatannya hal ini didasari pada
firman Allah yg artinya “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yg ada di bumi
sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yg
terbaik perbuatannya.” Dua pendapat yg nampak bertolak belakang itu sebenarnya
bukan sesuatu yg bertolak belakang. Allah SWT dan setan sama-sama memiliki
“kepentingan” dalam kaitan dgn syhwt (**) manusia terhadap hal-hal yg sifatnya
duniawi. Allah SWT ingin menguji manusia agar mereka dapat meningkatkan
kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT sedangkan setan justeru
ingin menjerumuskan manusia ke jalan yg sesat. Oleh krn itu ketika menafsirkan
kalimat “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yg
diingini” Sayyid Quthb dalam Fi Dzilalil Qur’an mengatakan “Ungkapan kalimat
ini tidak memiliki konotasi utk menganggapnya kotor dan tidak disukai. Tetapi
ia hanya semata-mata menunjukkan tabiat dan dorongan-dorongannya menempatkannya
pada tempat tanpa melewati batas serta tidak mengalahkan apa yg lbh mulia dan
lbh tinggi dalam kehidupan serta mengajaknya utk memandang ke ufuk lain setelah
menunjukkan vitalnya apa-apa yg diingini itu dgn tanpa tenggelam dan
semata-mata bergelimang di dalamnya. Di sinilah keistimewaan Islam dgn
memelihara fitrah manusia dan menerima kenyataannya serta berusaha mendidik
merawat dan meninggikannya bukan membekukan dan mematikannya. Kaum Muslimin
sidang Jumat yg berbahagia.Sebagian kalangan sufi menganggap bahwa syhwt (**)
merupakan sesuatu yg tercela karenanya harus dijauhi sehingga mereka cenderung
meninggalkan dunia. Padahal bagi seorang muslim bukan tidak boleh memiliki dan
meni’mati kehidupan dunia ini yg penting adl jangan sampai kehidupan dunia
membuat manusia menjadi lupa dan lalai krn hal itu hanya akan membawa pada
kerugian tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Allah SWT
berfirman yg artinya “Hai orang-orang yg beriman janganlah harta-hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yg berbuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yg rugi.” Kita memang harus mengakui
bahwa syhwt (**) itu bisa positif tapi bisa juga negatif. Kekhawatiran kita
kepada hal-hal yg negatif mestinya tidak sampai kita mengharamkannya di sinilah
letak pentingnya kesalehan manusia krn bila segala keni’matan duniawi itu ada
di tangan orang yg saleh maka keni’matan itu akan memberikan keni’matan yg lbh
besar lagi ni’mal maalu ash shalih rajulun shaleh. Akan tetapi apabila suatu
keni’matan berada di tangan orang yg fasik hal itu akan sangat membahayakan
tidak hanya membahayakan dirinya tapi juga membahayakan orang lain. Kehidupan
akhirat memang lbh baik tapi bukan berarti kehidupan dunia ini jelek dan harus
dicampakkan karenanya di dalam surat Ali Imran ayat 15 Allah SWT mengemukakan
bahwa ada yg lbh baik dari kesenangan-kesenangan duniawi ayat tersebut artinya
“Katakanlah ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yg lbh baik dari yg demikian
itu?’ Untuk orang-orang yg bertakwa pada sisi Tuhan mereka ada surga yg
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan isteri-isteri
yg disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya.” Disamping itu Allah SWT juga menegaskan tentang tidak
haramnya meni’mati hal-hal yg bersifat duniawi sebagaimana dalam firman-Nya yg
artinya “Katakanlah ‘Siapakah yg mengharamkan perhiasan dari Allah yg telah
dikeluarkan-Nya utk hamba-hamba-Nya dan rezeki yg baik?’ Katakanlah ’semuanya
itu disediakan bagi orang-orang yg beriman dalam kehidupan dunia khusus di
akhirat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yg mengetahui.”
Kaum Muslimin rahimakumullah.Dari penjelasan di atas bisa kita simpulkan
bagaimana sikap yg harus kita tunjukkan kepada dunia. Paling tidak ada sikap
positif yg harus kita miliki dalam memandang kehidupan dunia. Pertama capai
segala keni’matan dunia dgn cara-cara yg baik dan halal bukan dgn menghalalkan
segala cara dalam memperolehnya. Bahkan seandainya utk mendapatkan keni’matan
itu harus dikejar sampai ke ujung dunia maka hal itu tidak menjadi masalah krn
Allah SWT memang memerintahkan kepada manusia utk mencari karunia-Nya di muka
bumi yg amat luas hal ini terdapat dalam firman-Nya “Apabila telah ditunaikan
salat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Kedua gunakan apa-apa yg
sudah kita peroleh dgn cara yg baik dan utk kebaikan bukan malah utk hal-hal yg
bisa mendatangkan kerusakan baik kerusakan diri sendiri orang lain maupun
kerusakan lingkungan hidup tempat kita menjalani kehidupan ini Allah SWT
berfirman yg artinya “Dan carilah apa-apa yg telah dianugerahkan Allah kepadamu
negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi dan berbuat
baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg
berbuat kerusakan.” Ketiga jangan sampai lupa kepada Allah SWT dalam meni’mati
hal-hal yg bersifat duniawi tetapi hendaknya tetap bersyukur dan beribadah
kepada Allah SWT bila itu yg dilakukan maka keni’matan duniawi itu akan terasa
sedemikian banyak rasa dan manfaatnya meskipun jumlahnya sedikit. Allah SWT
berfirman yg artinya “Dan tatkala Tuhanmu memaklumkan ‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur pasti Kami akan menambah kepadamu dan jika kamu mengingkari maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Dengan demikian apa pun yg kita raih dan
kita ni’mati dalam kehidupan di dunia ini semua adl dalam kerangka membekali
diri kita utk kembali kepada Allah SWT dgn amal saleh yg sebanyak-banyak dan
ketakwaan yg setinggi-tingginya.