AMANAH
Amanah artinya suatu titipan yang benar-benar harus dijaga dan tidak boleh diingkari. Terlebih amanah yang diberikan Allah SWT kepada manusia, yakni tugas keagamaan. Allah SWT memberikan amanah keagamaan seperti dalam rukun Islam, agar bisa dilaksanakan oleh hamba-hambaNya.
Tidaklah Nabi memberi khutbah pada kami melainkan Nabi bersabda : “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama orang yang tidak menunaikan janji” (HR. Ahmad).
Seseorang dapat disebut sebagai orang yang amanah apabila dia dapat menjaga kepercayaan, baik berupa titipan orang lain maupun sebuah rahasia. Begitu pula dengan memenuhi janji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa amanah termasuk akhlak terpuji yang menjadi bagian dari sifat wajib Rasul.
Dengan demikian, mengemban amanah berarti melaksanakan kepercayaan yang diberikan dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab, dan tidak mengkhianatinya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI membedakan dua kata penggunaan untuk amanah, yaitu amanah dan amanat. Amanah artinya dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain. Sedangkan amanat dapat berarti tugas atau tanggung jawab
Amanah adalah salah satu istilah yang cukup familiar di kalangan umat muslim. Pasalnya memiliki sifat amanah adalah kewajiban bagi seorang muslim. Seseorang yang memiliki sifat amanah adalah sosok yang dapat dipercaya serta memiliki tanggung jawab pada setiap tugas maupun kepercayaan yang diberikan kepada dirinya. Oleh karena itu, setiap muslim dituntut untuk memiliki sifat amanah.
Kata amanah dalam bahasa sehari-hari dapat diartikan sebagai sikap tanggung jawab. Apabila seseorang memiliki tanggung jawab pada setiap tugasnya, maka ia akan dipandang menjadi sosok yang amanah. Demikian pula sebaliknya, apabila ia berperilaku khianat, maka ia dianggap menjadi seseorang yang tidak dapat dipercayai dan tidak dapat dipercaya. Sebagai seorang muslim yang baik, tentunya Grameds harus mengetahui pengertian amanah, ciri serta dalil-dalilnya.
Amanah merupakan salah satu akhlak yang harus ada dan dimiliki oleh seorang muslim. Sifat amanah bahkan disebutkan dalam dalil-dalil tertentu.
Secara harfiah, amanah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata al-amaanah. Kata asal dari al-amaanah ialah al-amnu yang artinya adalah ketenangan jiwa serta terbebas dari segala rasa takut.
Secara bahasa, kata amanah dapat diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan, contohnya seperti penggunaan kata amanah yang ada pada kalimat berikut ini, “titipan ialah amanah.” Dari kalimat tersebut dapat dipahami bahwa bahwa makan dari amanah ialah suatu hal yang dipercayakan sehingga dapat dijaga serta ditunaikan.
Pengertian amanah secara istilah ialah setiap hak wajib yang ditunaikan serta dijaga dengan baik.
Jenis-Jenis Amanah
1. Amanah Kepada Allah Sang Pencipta. Jenis amanah yang pertama adalah amanah kepada sang pencipta yaitu Allah.
2. Amanah Kepada Sesama Manusia. Jenis amanah kedua ialah amanah pada sesama manusia atau individu lainnya sebagai sesama makhluk.
3. Amanah Kepada Diri Sendiri
Contoh Sederhana Amanah
Salah satu contoh perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari yang paling mendasar adalah menjaga janji. Ini termasuk berkomitmen untuk datang tepat waktu pada pertemuan atau janji dengan orang lain, serta memenuhi janji yang telah diberikan.
Amanah Menurut Para Ahli
Selain pengertian amanah secara harfiah, bahasa dan istilah, beberapa ahli juga turut mengemukakan pendapatnya tentang pengertian amanah. Dikutip dari laman nasehatquran, berikut penjelasannya.
1. Abdurrahman As-Sa’idi
Menurut Abdurrahman As-Saidi, amanah adalah segala sesuatu yang dipercayakan pada seseorang serta diperintahkan untuk menunaikan hal tersebut.
2. Abul Baqa’ Al-Kaffawi
Dijelaskan bahwa kata amanah memiliki pengertian yaitu segala sesuatu yang diwajibkan pada setiap hamba. Contohnya seperti zakat, sholat, puasa, menjaga titipan seseorang, membayar hutang dan menjaga rahasia.
3. Quraish Shihab
Menurut Quraish Shihab, amanah dapat diartikan sebagai kepercayaan yang diberikan pada seseorang untuk dijalankan dengan baik serta dipelihara sebaik mungkin. Dalam proses menjaga amanah, orang-orang yang mendapatkan amanah juga harus menghindari segala kemungkinan bahwa suatu saat ia akan menyia-nyiakan amanah tersebut, baik secara disengaja ataupun tidak disengaja.
Dari beberapa pengertian amanah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpukan bahwa amanah merupakan sifat seseorang yang mampu menjaga dengan cara sebaik mungkin kepercayaan yang telah diberikan oleh orang lain pada orang tersebut, sehingga orang yang diberikan amanah pun dapat dipercayai oleh orang lain dan komunitas yang ada di sekitarnya.
Ciri dan Jenis-Jenis Amanah
Seseorang yang memiliki sifat amanah dapat dikenali dengan ciri-ciri yang ia miliki. Beberapa ciri dari orang yang bersikap amanah adalah bertanggung jawab, jujur, menepati janjinya, tegas dan sering diberikan kepercayaan untuk menjalankan suatu tugas yang tidak biasa.
Setelah mengetahui ciri-ciri dari orang yang memiliki sifat amanah, Grameds juga perlu mengetahui jenis-jenis amanah. Secara umum, sifat amanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga di antaranya adalah amanah pada Allah, sang pencipta, amanah pada sesama umat manusia, amanah pada dirinya sendiri. Berikut penjelasannya.
1. Amanah Kepada Allah Sang Pencipta
Jenis amanah yang pertama adalah amanah kepada sang pencipta yaitu Allah. Dikarenakan manusia adalah suatu makhluk yang diciptakan oleh penciptanya. Bentuk amanah yang dimiliki oleh manusia pada Allah atau sang pencipta adalah menjalankan seluruh hal yang diperintahkan oleh Allah serta meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah.
Perintah ini juga dijelaskan dalam firman Allah pada QS. Al-Anfal ayat 27, berikut bunyi ayat dan artinya.
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu laa takhuunuloh warrosuula watakhuunuu amaanaatikum wa antum ta’lamun
Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah dirimu mengkhianati Allah serta Rasul (Muhammad) dan juga janganlah dirimu mengkhianati amanh yang telah dipercayakan pada dirimu, sedang kamu mengetahuinya.
Dari ayat tersebut, maka seorang muslim mengetahui bahwa konsekuensi dari perbuatan mencari kekuatan pada makhluk lain selain Allah atau dikenal dengan syirik adalah ganjaran yang paling berat. Sehingga umat muslim dilarang untuk berbuat syirik serta mengingkari atau menyalahgunakan amanah yang diberikan.
2. Amanah Kepada Sesama Manusia
Jenis amanah kedua ialah amanah pada sesama manusia atau individu lainnya sebagai sesama makhluk. Jenis amanah kedua ini adalah jenis amanah yang terjadi cukup sering.
Bentuk amanah pada sesama manusia dapat berupa hak atau kewajiban yang dimiliki oleh setiap manusia. Contohnya adalah tidak mengatakan pada orang lain ketika diberitahu sebuah rahasi. Selain itu, ada pula contoh lain seperti menyampaikan suatu hal sesuai dengan kebenaran asli dan tidak mengada-ada, mengurangi maupun menambahinya.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. An Nisa ayat 58, berikut bunyinya.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian untuk menyampaikan amanah pada yang berhak menerimanya serta menyuruh kamu jika menetapkan hukum di antara manusia agar kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya pada dirimu. Sesungguhnya Allah ialah Maha Mendengar dan juga Maha Melihat.
Biasa saja suatu nilai ucapat maupun perbuatan yang diamanahkan atau tidak diamanahkan dapat bernilai atau tidak sama sekali bagi orang yang diberi amanah tersebut.
Akan tetapi, sangat mungkin pula bahwa tindakan maupun ucapan sederhana memiliki suatu dampak yang sangat signifikan bagi penerima amanah tersebut. Oleh karena itulah, Allah memberikan perintah pada umat manusia melalui firman-Nya agar setiap umat muslim menyampaikan amanah pada pihak yang seharusnya menerima amanah tersebut.
3. Amanah Kepada Diri Sendiri
Jenis amanah yang terakhir adalah amanah pada diri sendiri. Jenis amanah satu ini adalah jenis amanah yang sebenarnya jarang disadari oleh banyak orang.
Dalam Islam, setiap manusia adalah seorang pemimpin, sehingga amanah kepada diri sendiri pun harus dilaksanakan dengan baik. Contoh dari amanah kepada diri sendiri ialah menjaga kesehatan badan maupun pikiran, tidak membiarkan diri sendiri kesakitan atau terluka karena hal apapun dalam berbagai aspek. Sebab, segala sesuatu yang ada di muka bumi ini hanyalah titipan dari Allah semata saja.
Dalil Tentang Amanah
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sifat amanah harus dimiliki oleh setiap muslim. Menurut Syaikh Abdurrahman As-Sa’idi mengatakan bahwa amanah merupakan setiap hal yang dipercaya pada seseorang serta diperintahkan untuk segera ditunaikan.
Allah memberikan perintah kepada hamba-Nya untuk menunaikan amanah dengan sempurna serta penuh, tak dikurangi, tak ditunda serta tidak dicurangi. Dalam firman Allah surat An-Nisa ayat 58, dijelaskan pula bahwa amanah merupakan kekuasaan, rahasia, harta dan delegasi atau rahasia yang tak diketahui kecuali oleh Allah SWT.
Sesungguhnya para ahli fiqih bahkan telah menyebutkan bahwa siapa saja yang diberikan suatu amanah, maka orang tersebut memiliki kewajiban untuk menjaga amanah tersebut dalam tempat yang kokoh.
Para ahli fiqih juga mengungkapkan bahwa amanah tidak mungkin dapat ditunaikan apabila tidak dijaga, sehingga menjaga amanah adalah hal yang wajib.
Amanah tidak boleh ditunaikan selain oleh ahlinya atau orang yang berhak menerima amanah tersebut dan wakil dari orang tersebut yang ada pada posisinya. Sehingga jika orang tersebut menyerahkan amanah selain dari orang yang berhak menerima, maka ia tidak dikatakan telah menunaikan amanah.
Ada beberapa dalil yang menjelaskan tentang amanah, di antaranya adalah berikut ini.
1. Q.S Al-Baqarah: 238
Apabila kamu berada dalam perjalanan dan bermua’malah tidak secara tunai, sedang dirimu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaknya ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang memiliki hutang.
Akan tetapi apabila sebagian dari dirimu mempercayai sebagian dari yang lainnya, maka hendaknya yang (orang) yang dipercayai tersebut menunaikan amanah (hutang) serta hendaklah ia bertakwa pada Allah, Tuhannya dan janganlah diri mu (para saksi) menyembunyikan kesaksiannya.
Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah seseorang yang berdosa hatinya serta Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. QS. Al-Ahzab: 72-73
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah pada langit, bumi serta gunung-gunung, maka mereka semuanya enggan memikul amanah tersebut dan mereka merasa khawatir akan mengkhianatinya dan dipikiluah amanah tersebut oleh manusia. Sesungguhnya manusia amatlah zalim serta bersikap amat bodoh.
Sehingga Allah memberikan azab pada orang-orang munafik, laki-laki maupun perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki serta perempuan dan sehingga Allah menerima taubat dari orang mukmin laki-laki serta perempuan dan adalah Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Dalam firman Allah surat Al-Ahzab tersebut, Allah berfirman tentang amanah pada Makhluk-Nya. Allah telah memberikan amanah pada mukallaf yaitu orang-orang yang mematuhi perintah-Nya serta bersedia menjauhi segala larangan Allah baik ketika ia sendirian ataupun ketika berada di depan umum.
Allah SWT telah memberikan penawaran amanah pada makhluk yang besar seperti bumi, langit hingga gunung dengan sukarela serta tidak dipaksa. Namun makhluk Allah, langit, bumi dan gunung menolak memikul amanah tersebut.
Sebab mereka merasa khawatir apabila tidak mampu melaksanakan amanah tersebut. Mereka semua menolak tawaran tersebut bukannya karena membangkang pada Allah bukan karena mereka tidak menginginkan pahala yang menjadi ganjarannya.
Maka Allah menawarkan amanah tersebut pada manusia, dengan syarat seperti yang telah dijelaskan pada langit, bumi dan gunung. Lalu manusia pun menerima tawaran amanah tersebut, meskipun manusia zalim serta bodoh dan manusia pun memikul beban yangs angat berat.
Meskipun bentuk badan manusia lebih kecil apabila dibandingkan dengan tiga makhluk Allah yang lainnya, tetapi manusia berani menerima amanah karena manusia memiliki potensi.
Tetapi karena pada diri seorang manusia ada ambisi serta syahwat yang sering membuat manusia terkelabui dan menutup pandangan mata harinya, Allah memberikan sifat dengan amat zalim serta bodoh dikarenakan kurang memikirkan akibat dari menerima penawaran amanah tersebut.
3. QS. Al-Mu’minun: 8
Dan orang-orang yang memelihara amanah yang ia pikul serta janjinya.
Maksud dari firman Allah surat Al-Mu’minun ayat 8 adalah mereka memperhatikan, menjaga serta berusaha untuk melaksanakan serta menunaikan amanahnya. Dan ayat satu ini mencakup seluruh amanah, baik itu amanah di antara seorang hamba dengan Tuhannya, contohnya seperti ibadah tersembunyi yang tidak diketahui kecuali pada Allah dan amanah di antara seorang hamba dengan makhluk contohnya seperti masalah harta titipan serta hal-hal yang rahasia.
4. HR. Abu Dawud: 3535
Hadist satu ini adalah hadist yang berisi untuk menunaikan amanah dan tidak berkhianat. Berikut bunyi haditsnya.
Artinya: Tunaikanlah amanah pada orang-orang yang mempercayaimu dan janganlah dirimu berkhianat pada orang-orang yang mengkhianati dirimu.
5. HR. Bukhari: 33
Hadist selanjutnya adalah hadist yang menjelaskan tentang sikap berkhianat adalah salah satu dari ciri kemunafikan. Berikut bunyi hadistnya.
Artinya: ciri-ciri dari orang munafik ada tiga di antaranya adalah ketika bercerita maka ia akan berdusta, ketika ia berjanji maka ia akan ingkar, ketika ia dipercayai maka ia akan berkhianat.
6. HR. Bukhari: 59
Hadist selanjutnya adalah hadist yang menjelaskan bahwa diangkatnya amanah menjadi salah satu tanda-tanda kiamat. Berikut bunyi hadistnya.
Artinya: Pada suatu ketika, Nabi SAW berada dalam suatu majelis menceritakan suatu kaum. Kemudian datanglah seorang Arab Badui yang bertanya, “Kapan terjadinya hari kiamat?” akan tetapi Rasul SAW tetap melanjutkan pembicaraannya.
Sedangkan sebagian kaum ada yang berkata, “Beliau mendengarkan apa yang dikatakan, namun beliau tidak suka apa yang ia katakan.” dan sebagian ada yang mengatakan, “Bahwa beliau tak mendengar perkataannya.”
Hingga Nabi SAW menyelesaikan pembicaraan tersebut dengan berkata, “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?”
Orang tersebut berkata, “Saya wahai Rasul” maka beliau pun bersabda, “jika sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat.” lalu orang itu bertanya lagi, “bagaimana hilangnya amanah?” lalu Rasul menjawab, “apabila urusan yang diserahkan pada bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat terjadi.”
Koleksi artikel Kanti Suci Project