Hillary
Diane Rodham Clinton
By,
Rahma kanthi suci
Hillary Diane Rodham
Clinton lahir di Chicago, Illinois, 26 Oktober 1947; dengan nama Hillary Diane
Rodham) adalah senator junior Amerika Serikat dari negara bagian New York,
suatu jabatan yang dimulai pada 3 Januari 2001. Ia menikah dengan Bill Clinton,
Presiden Amerika Serikat ke-42 dan Ibu Negara Amerika Serikat selama dua masa
jabatan (1993 - 2001).
Sebelumnya,
ia adalah seorang pengacara.
Hillary Rodham dilahirkan
di Chicago, Illinois, dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Methodist di Park
Ridge, Illinois. Ayahnya, Hugh Ellsworth Rodham, seorang konservatif, adalah
seorang eksekutif dalam industri tekstil, dan ibunya, Dorothy Emma Howell
Rodham, seorang ibu rumah tangga. Hillary mempunyai dua orang saudara lelaki,
Hugh dan Tony. Mantan duta besar AS untuk Britania Raya, Philip Lader, merujuk
kepada minatnya yang mendalam kepada nenek moyangnya dari Wales.
Lulus dari Sekolah Hukum
Yale pada tahun 1973, ia pindah ke Arkansas pada tahun 1974 dan kemudian
menikahi Bill Clinton pada 1975. Ia lalu menjadi rekan wanita pertama di Firma
Hukum Rose pada tahun 1979 dan dua kali tercatat sebagai salah seorang dari 100
pengacara paling berpengaruh di Amerika. Dari tahun 1979 hingga 1981 dan 1981
hingga 1992 ia adalah Ibu Gubernur Arkansas dan aktif dalam sejumlah organisasi
yang terkait dengan kesejahteraan anak-anak serta menjadi anggota direksi
Wal-Mart dan beberapa perusahaan lainnya.
Sebagai Ibu Negara Amerika
Serikat, rancangan layanan kesehatan Clinton yang merupakan inisiatif
terbesarnya gagal disetujui Kongres pada tahun 1994. Pada tahun 1997 dan 1999,
Clinton berperan dalam pembentukan Program Asurasi Kesehatan Anak-Anak Negara
(State Children's Health Insurance Program), Undang-Undang Adopsi dan Keluarga
Aman (Adoption and Safe Families Act), dan Undang-Undang Kemandirian Asuhan
Keluarga (Foster Care Independence Act). Pada tahun 1996, ia diperintahkan
untuk memberikan kesaksian di hadapan juri akibat kontroversi Whitewater. Ia
tidak pernah didakwa dengan tuduhan apapun maupun beberapa penyelidikan lainnya
selama masa kepresidenan suaminya. Kondisi pernikahannya dengan Bill Clinton
menjadi perhatian umum setelah terungkapnya skandal Lewinsky pada tahun 1998.
Setelah pindah ke New
York, Clinton terpilih sebagai senator Negara Bagian New York pada tahun 2000
sehingga menjadi mantan Ibu Negara pertama yang memenangi pemilihan umum untuk
suatu jabatan di AS. Di Senat, awalnya ia mendukung pemerintahan George W. Bush
mengenai beberapa kebijakan luar negeri, termasuk memberikan suaranya dalam
mendukung Resolusi Perang Irak yang menyetujui dilaksanakannya Perang Irak. Ia
kemudian berbalik menentang tindakan pemerintah dalam Perang Irak dan juga
menentang kebijakan pemerintah Bush dalam hampir seluruh masalah dalam negeri.
Ia terpilih kembali sebagai senator dengan kemenangan telak pada tahun 2006.
Pada 20 Januari 2007 ia resmi menyatakan dirinya ikut serta dalam pemilihan
umum presiden Amerika Serikat 2008. Pada
pemilihan calon presiden Amerika tersebut, Clinton berhasil memenangi lebih
banyak pemilihan pendahuluan dan anggota delegasi daripada wanita lainnya
sepanjang sejarah AS, namun setelah kampanye yang panjang, Senator Barack Obama
menjadi calon terpilih Partai Demokrat pada Juni 2008.
Pada tanggal 22 Januari
2009 Hillary Clinton dilantik sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Ia
menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS hingga 1 Februari 2013, dan digantikan
oleh John Kerry.
Profil
dan Karir Hillary Rodham Clinton
Hillary Rodham Clinton
lahir pada tanggal 26 Oktober 1947 dan saat ini menjabat sebagai Sekretaris
Negara Amerika Serikat ke-67, di bawah kepemerintahan Presiden Barack Obama.
Hillary adalah seorang Senator Amerika Serikat untuk New York tahun 2001-2009.
Ia juga adalah istri Presiden ke-42 Amerika Serikat, Bill Clinton, yang
menjadikannya sebagai First Lady Amerika Serikat di tahun 1993-2001. Dalam
pemilihan 2008, Hillary menjadi kandidat utama nominasi presiden Partai
Demokrat.
Pada tanggal 21 Januari
2009, Hillary Rodham Clinton disumpah sebagai Sekretaris ke-67 negara Amerika
Serikat. Ia bergabung dengan Departemen Luar Negeri setelah hampir empat dekade
di pelayanan publik sebagai advokat, pengacara, First Lady, dan Senator.
Hillary merupakan lulusan
Wellesley College dan Yale Law School, dimana ia bertemu dengan Bill Clinton.
Ia memulai karir di bidang hukum setelah lulus dari Yale Law School pada tahun
1973. Pada tahun 1974, ia kemudian pindah ke Arkansas, setahun kemudian, 1975,
menikah dengan Bill Clinton dan menjadi seorang pengacara sukses disamping juga
mengasuh putri mereka, Chelsea. Hillary adalah asisten profesor di University
of Arkansas School of Law, dan setelah bekerja untuk memperkuat kantor bantuan
hukum setempat ia ditunjuk oleh Presiden Jimmy Carter pada tahun 1977 untuk
mengabdi di dewan Legal Services Corporation, yang kemudian diketuainya dan
sekaligus menjadikan Hillary sebagai perempuan pertama dalam jabatan penting
tersebut di tahun 1978. Selain itu, Hillary juga menjadi partner perempuan
pertama di Rose Law Firm tahun 1979, dan dua kali tercatat sebagai salah satu
dari 100
Pengacara Paling
Berpengaruh di Amerika.
Selama 12 tahun (1979-1981
dan 1983-1992) Hillary menjabat sebagai First Lady negara bagian Arkansas
dengan Bill Clinton, suaminya, sebagai Gubernur. Hillary mengetuai Arkansas
Education Standards Committee menjadi salah satu pendiri The Arkansas Advocates
for Children and Families, dan mengabdi di beberapa dewan The Arkansas
Children’s Hospital dan
The
Children’s Defense Fund.
Pada tahun 1992, Gubernur
Bill Clinton terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, dan sebagai First Lady,
Hillary R. Clinton menjadi penganjur reformasi kesehatan dan bekerja di
berbagai isu yang berkaitan dengan anak-anak dan keluarga. Dia memimpin upaya
bipartisan sukses untuk meningkatkan adopsi dan sistem anak asuh, mengurangi
kehamilan remaja, dan menyediakan pelayanan kesehatan bagi jutaan anak-anak
melalui Program Asuransi Kesehatan Anak (Children’s Health Insurance Program).
Dia juga melakukan perjalanan ke lebih dari 80 negara sebagai wakil dari negara
Amerika Serikat, memenangkan penghargaan sebagai pemenang hak asasi manusia,
demokrasi dan masyarakat sipil (champion of human rights, democracy and civil
society). Pidatonya yang terkenal di Beijing pada tahun 1995 ketika ia menyatakan
bahwa “hak asasi manusia adalah hak-hak perempuan, dan hak-hak perempuan adalah
hak asasi manusia” – telah menginspirasi perempuan di seluruh dunia dan
membantu menggembleng gerakan global untuk hak-hak perempuan.
Bersama Sekretaris Negara
Madeleine K. Albright, Hillary bekerja untuk memulai The Government’s Vital
Voices Democracy Initiative. Sekarang Vital Voices adalah organisasi
non-pemerintah yang terus melatih dan mengelola pemimpin-pemimpin perempuan di
seluruh dunia.
Pada tahun 2000, Hillary
Clinton mencatat sejarah sebagai First Lady pertama yang terpilih menjadi
anggota Senat Amerika Serikat, dan wanita pertama yang terpilih di seluruh
negara bagian di New York. Dalam Senat, ia bertugas di The Armed Services
Committee, The Health, Education, Labor and Pensions Committee, The Environment
and Public Works Committee, The Budget Committee and The Select Committee on
Aging. Dia juga menjabat sebagai Komisaris pada Komisi Keamanan dan Kerjasama
di Eropa (the Commission on Security and Cooperation in Europe).
Sebagai Senator, Hillary
R. Clinton bekerja lintas partai untuk membangun dukungan demi misi penting
konstituen dan negara, termasuk perluasan kesempatan ekonomi dan akses terhadap
kualitas serta perawatan kesehatan yang terjangkau.
Setelah serangan teroris
11 September 2001, Hillary menjadi advokat kuat untuk pendanaan pembangunan
kembali di New York dan pemerhati masalah kesehatan para relawan yang
mempertaruhkan hidup mereka yang bekerja di Ground Zero. Ia juga memperjuangkan
misi militer Amerika Serikat dan berjuang untuk perawatan kesehatan yang lebih
baik selain juga memperhatikan kebutuhan anggota pelayanan yang terluka,
veteran dan anggota The National Guard and Reserves. Ia juga satu-satunya
anggota Senat dari Transformasi Advisory Group pada
Department
of Defense’s Joint Forces Command.
Pada tahun 2006, Hillary
memenangkan kembali pemilihan di Senat, dan pada tahun 2007 ia memulai kampanye
bersejarahnya untuk maju sebagai Presiden. Pada tahun 2008, ia berkampanye untuk
pemilihan pasangan Presiden dan Wakil Presiden, Barack Obama dan Joe Biden, dan
pada bulan November dia dicalonkan oleh Presiden Terpilih Barack Obama menjadi
Sekretaris Negara.
Hillary R. Clinton adalah
penulis buku terlaris, termasuk otobiografinya, Living History, dan buku
inovatifnya tentang anak-anak, It Takes A Village.
Hillary yang terpilih
sebagai Senator Amerika Serikat tahun 2000 menjadikannya sebagai First Lady
Amerika pertama yang mengikuti pencalonan dalam jabatan publik. Dalam
perlombaan pencalonan presiden pada tahun 2008, Hillary menang dengan
perwakilan suara terunggul daripada kandidat perempuan manapun dalam sejarah
Amerika, tetapi kalah tipis dari senator Barack Obama. Selain itu sebagai
Sekretaris Negara, Hillary Clinton menjadi mantan First Lady pertama yang
mengabdi dalam kabinet presiden.
Tantangan
Hidup yang Dihadapi Hillary
Banyak hal yang bisa
dipelajari dari sosok Hillary R. Clinton. Hal pertama yang bisa diamati adalah
keputusan Hillary yang memilih untuk pindah ke Arkansas untuk mendukung karir
politik Bill Clinton dan mengorbankan karirnya sendiri yang tengah bersinar.
Ini bisa dikatakan sebagai konsekuensi dari mengikuti kata hatinya, karena ia
sangat mencintai Bill. Tidak hanya itu, perannya kemudian sebagai First Lady of
America membuat Hillary sangat terbatas melakukan aktivitas ataupun berkarir
sesuai keinginannya seperti sebelumnya. Ia rela mengesampingkan cita-citanya,
karirnya yang gemilang, demi mendukung profesi suaminya. Hal ini juga terjadi
pada hampir setiap First lady di Amerika. Seperti juga Michelle Obama, Hillary,
meskipun sudah memiliki karir yang sukses, yakni seorang pengacara, tetapi
sebagai First Lady, ia memilih untuk membidangi urusan anak-anak atau keluarga,
yang artinya tidak beranjak dari stereotype umum, bahwa perempuanlah yang
bertanggung jawab mengurusi urusan keluarga dan anak, sementara laki-laki
dianggap lebih kapabel untuk mengurusi persoalan politik.
Hal ini sebenarnya sudah
menggambarkan bagaimana perempuan Amerika masih tersubordinasi, dan masih
dianggap sebagai pelengkap kaum lelaki. Sebagai istri, seorang First Lady harus
ikut pindah dan tinggal di Gedung Putih dan aktivitas yang sebelumnya dilakukan
menjadi sangat terbatas dan terkontrol demi mendukung tugas dan karir suami.
Dalam posisi yang paling tertinggi sekalipun, sebagai istri orang nomor satu di
negara adidaya Amerika Serikat, perempuan tetap saja tidak memiliki pilihan
yang menguntungkan bagi dirinya, bagi pilihan karirnya sendiri. Dengan
demikian, ada harga yang harus mereka pertaruhkan bahkan korbankan demi
posisinya sebagai First Lady.
Tetapi pandangan ini
segera ditepis oleh Hillary yang segera menjalani karir di bidang politik dan
bahkan karirnya semakin meningkat setelah terlepas dari jabatan First lady of
America.
Ada satu contoh menarik
yang bisa dijadikan perbandingan. Maria Owings Shriver, First lady dari
California yang bersuamikan Gubernur California Arnold Schwarzenegger awalnya
juga memilih untuk mengorbankan karirnya demi mendukung suaminya setelah
terpilih menjadi Gubernur California. Ia hengkang dari dunia jurnalisme
pertelevisian khususnya dari NBC News di tahun 2004, dunia yang dicintainya dan
karir yang telah dibangunnya selama seperempat abad, oleh karena telah
berstatuskan First lady of California, selain juga berperan sebagai tenaga
advokasi dalam kepemerintahan suaminya. Selain itu juga, alasannya hengkang
adalah ia ingin menjaga agar tidak terjadi isu conflict of interest.
Tetapi kecintaannya yang
besar terhadap dunia jurnalisme ternyata tidak bisa ditinggalkannya begitu
saja. Ia secara tegas menyatakan bahwa ia perlu menjadi dirinya sendiri dan
melakukan apa yang dia kehendaki dan tak harus mengorbankan karir ataupun
kegiatan-kegiatan yang disenanginya demi mendukung kepemerintahan suaminya
ataupun menjalani protokoler sebagai First Lady. Shriver kemudian semakin giat
sebagai aktivis dan juga aktif dalam beberapa acara televisi, kemudian tahun
2007 ia kembali bekerja di dunia berita televisi pada CNN. Selain itu dia juga
secara berani menyatakan mendukung Senator Barack Obama sebagai presiden
setelah beberapa hari sebelumnya suaminya Arnold S. telah menyatakan
dukungannya terhadap Senator John McCain.
Keadaan yang dijalani
Shriver dalam beberapa hal bisa dibilang cukup berbeda dengan Hillary dalam hal
jalan hidup yang dipilih. Hillary bertahan dalam berbagai kritik dan tentangan
terhadap suaminya, bahkan membela. Sehingga Hillary juga kerap mendapat
kritikan dan kecaman dari berbagai pihak. Hillary menuai banyak kritik,
khususnya dari para feminist, terutama dalam kasus perselingkuhan suaminya yang
diketahui publik dan Hillary melakukan pembelaan serta tidak membenarkan adanya
tuduhan perselingkuhan suaminya tersebut. Hillary Clinton menunjukkan dukungan
dan kekuatan karakternya, ketika gosip perselingkuhan mengguncang reputasi Bill
Clinton yang saat itu sedang berkampanye untuk pemilihan Presiden AS pada 1993.
Kekuatan karakter yang sama kemudian kembali ia tunjukkan saat kasus
perselingkuhan dengan Monica Lewinsky yang membuat Clinton terancam kehilangan
jabatannya sebagai Presiden. Adalah pidato Hillary yang menyatakan bahwa
dirinya memaafkan Clinton yang akhirnya membuat publik Amerika “mengampuni”
Presiden Amerika ke-42 itu. Sikap Hillary tersebut bagi sebagian feminist
dianggap sebagai sikap yang tidak mewakili perempuan modern dan berpendidikan
tinggi.
Tragedy, penyangkalan,
skandal, kekuasaan adalah isu-isu yang dihadapi oleh Hillary. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa Hillary adalah sosok perempuan yang cerdas, ambisius,
kuat, namun tabah menghadapi segala tantangan kehidupan. Terlepas dari semua
itu, Hillary melakukan pilihan berdasarkan pertimbangannya sendiri, seperti
dituliskan di dalam buku Hillary Rodham Clinton: Politician (Women of
achievement) (Abrams, 2009) bahwa semua yang ia lakukan adalah berdasarkan
“following her heart”.
Benar atau tidak keputusan
yang diambilnya adalah jalan kehidupan yang dipilih untuk ditempuhnya sebagai
suatu proses pengembangan diri. Hal tersebut bisa dikatakan tidak sia-sia. Ia
mampu menjadi perempuan satu-satunya yang berhasil maju dalam pencalonan
presiden, yang sangat sulit dilakukan di negara Amerika tersebut mengingat
perempuan dalam banyak hal masih menjadi second class citizen meskipun di
negara semaju Amerika Serikat sekalipun, sehingga tantangan dan hambatan yang
dihadapi oleh perempuan dalam hal berkarir jauh lebih besar dibanding
laki-laki.
Sebagai public figure
Hillary dicintai, dikagumi, tetapi juga dibenci oleh sebagian masyarakat
Amerika. Tantangan dan permasalahan yang dihadapi di dalam kehidupannya membuat
ia maju, menjadi perempuan yang kuat, mampu memiliki dan menggerakkan massa,
suaranya didengar dan sosoknya diharapkan dapat memberikan kontribusi besar
bagi perubahan dan perbaikan di segala bidang, khususnya mengenai isu perempuan
dan hak asasi manusia.
Hillary, pada pemilihan
presiden 2008 tidak sampai pada kursi kepresidenan AS, tetapi berhasil dipilih
sebagai Sekretaris Negara. Hal ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa
hebatnya bagi seorang perempuan dan mantan First lady di negara superpower
Amerika Serikat.
Perjuangan dalam hidup,
karir, dan keluarga, seperti yang telah diutarakan sebelumnya, menggambarkan
double standard dan double burden yang diemban sekaligus dijalani Hillary dalam
statusnya sebagai perempuan yang berkarir.
Sebagaimana
yang dituliskan oleh Abrams (2009) :
As Bill Clinton climbed
the political
ladder, Hillary Clinton
was with him every step of the way.
Constantly in the public
eye, she has filled many roles: attorney,
wife, mother, activist,
first lady of the United States,
political adviser, U.S.
senator, and presidential candidate.
In 1988 and 1991, she was
listed as one of the 100 most
influential lawyers in the
United States.
Dengan demikian, Hillary
pantaslah disebut sebagai icon, a powerful symbol of women’s achievement!
KUTIPAN PIDATO VISISONER
HILLARY CLINTON
In Her Own Words:
Hillary Clinton has long
been a proponent of women’s rights
and the role of women in
government. In delivering the keynote
address at the Vital
Voices Conference held in Vienna, Austria, in
July 1997, she said:
“We are here to advance
the cause of women and to
advance the cause of
democracy and to make it absolutely
clear that the two are
inseparable. There cannot be true
democracy unless women’s
voices are heard. There cannot
be true democracy unless
women are given the opportunity
to take responsibility for
their own lives.” (2009 : 12)
***
As Clinton says in the
opening paragraph of her autobiography:
“I wasn’t born a first
lady or a senator. I wasn’t born
a Democrat. I wasn’t born
a lawyer or an advocate
for women’s rights and
human rights. I wasn’t born
a wife or mother. I was
born an American in the
middle of the twentieth
century, a fortunate time
and place. I was free to
make choices unavailable to
past generations of women
in my own country and
inconceivable to many
women in the world today.” (2009 : 13)
***
Smart Power
“We must use what has been
called “smart power”: the full range of tools at our disposal diplomatic, economic, military, political,
legal, and cultural — picking the right tool, or combination of tools, for each
situation. With smart power, diplomacy will be the vanguard of foreign policy.
This is not a radical idea. The ancient Roman poet Terence, who was born a
slave and rose to become one of the great voices of his time, declared that “in
every endeavor, the seemly course for wise men is to try persuasion first.” The
same truth binds wise women as well.”
***
“I don’t quit. I keep
going.” – Hillary Rodham Clinton (2004)