Keistimewaan Niat Baik dalam \
Islam
Ini kisah inspiratif tentang niat, yaitu
kisah orang yang awalnya menolak buku catatan amalnya sendiri gegara dianggap
terlalu baik, tidak sesuai dengan amal sebenarnya. Namun ia mendapatkan pahala
besar sebab niatnya.
Hikayat Syekh Muhammad bin Abdillah Al-Jurdani
Dalam sebagian sumber kisah ini
dihikayatkan oleh Abul Aliyah (wafat 93 H), seorang ulama besar generasi
Tabiin. Sementara Syekh Muhammad bin Abdillah Al-Jurdani (wafat 1333 H) dalam
Kitab Al-Jawahirul Lu'lu'iyah menyebutkannya dengan redaksi: “wa qiila”, dan
dikatakan, tanpa menyebutkan siapa yang mengisahkannya.
Pada hari kiamat, ada orang yang diberi
catatan amalnya dan menerimanya dengan tangan kanan. Tentu ini pertanda baik.
Pertanda ia termasuk ahli surga. Namun setelah melihat catatan amalnya, ia
justru kaget. Di situ tercatat amal-amal saleh berupa haji, jihad, dan sedekah,
padahal ia tidak merasa pernah melakukannya di saat hidupnya.
“’Hadzā laisa bi kitābī, fainnī mā fa'altu
syai'an min dzalika.’ Ini bukan buku catatan amalku, sebab sungguh aku sama
sekali tidak pernah melakukan amal saleh itu sedikitpun,” gumamnya penuh
kekagetan.
Ia sangat tidak percaya dengan data di
dalam buku catatan amalnya. Terlalu bagus dan mengada-ada. Di tengah kesangsian
atas buku catatan amal yang baru diterimanya itu, Allah memberi jawaban
kepadanya:
“Ini adalah buku catatan amalmu. Karena
kamu telah hidup dengan umur panjang dan kamu pernah berkata: 'Andaikan aku
punya harta, maka aku akan beribadah haji dengannya. Andaikan aku punya harta,
maka aku akan menyedekahkannya'. Jadi aku mengetahui keinginanmu itu dari
kebenaran niatmu, dan aku berikan kepadamu seluruh pahalanya.” (Muhammad bin
Abdillah Al-Jurdani, Al-Jawahirul Lu'lu'iyah fi Syarhil Arba'in An-Nawawiyah,
[Beirut Darul Kutub Al-'Ilmiyah: 2021], halaman 50).
Pernyataan Ibnul Arabi
Dalam Kitab Mishbahuz Zhalam, sebelum
menceritakan kisah ini Syekh Muhammad Al-Jurdani menyebutkan pernyataan Ibnul
Arabi:
“Bila niat dan harapan seorang hamba di
dunia adalah Allah memberinya kesempatan melakukan seluruh ketaatan dan
kekuatan untuk selalu melakukannya, namun pertolongan Allah tidak membuatnya
mampu melakukannya, maka Allah akan memberikan balasannya di surga. Karenanya
ia akan mendapatkan harapannya itu di surga. Kemudian dalam derajat akhirat ia
akan menyusul orang-orang yang telah melakukannya, tanpa kepayahan dalam melakukan
di dunia.” (Muhammad bin Abdillah
Al-Jurdani, Mishbahuz Zhalam Syarhu Nailil Maram min Ahaditsil Anam, [Beirut,
Darul Kutubil Ilmiyah], halaman 17).
Hadits Nabi saw tentang Keistimewaan Niat
Kisah-kisah di atas berkesesuaian dengan
hadits Nabi Muhammad saw yang menjelaskan bahwa seorang hamba akan diberi
pahala sesuai niatnya. Di antaranya sabda Nabi saw:
إن
العبد ليعمل أعمالا حسنة فتصعد الملائكة في صحف مختمة فتلقى بين يدي الله تعالى، فيقول:
ألقوا هذه الصحيفة فإنه لم يرد بما فيها وجهي. ثم ينادي الملائكة اكتبوا له كذا وكذا،
اكتبوا له كذا وكذا. فيقولون: يا ربنا إنه لم يعمل شيئا من ذلك. فيقول الله تعالى إنه
نواه. (أخرجه الدارقطني من حديث أنس بإسناد حسن )
Artinya,“Sungguh seorang hamba melakukan
banyak amal kebaikan, lalu malaikat naik membawa catatan amal yang telah
distempel. Kemudian menyampaikannya ke hadapan Allah Ta'ala. Laluu Allah
berkat: 'Buanglah catatan amal ini, karena pemiliknya tidak melakukan amal-amal
yang ada di dalamnya ikhlah karena-Ku.' Lalu Allah menyeru kepada malaikat:
'Kalian tulislah untuknya amal ini dan ini. Kalian tulislah untuknya amal ini
dan ini.' Lalu malaikat berkata: 'Wahai Tuhan kami, sungguh ia tidak melakukan
amal itu sama sekali.' Lalu Allah Ta'ala menjawab: 'Sungguh ia telah
meniatkannya,'” (HR Ad-Daraquthni, dari sahabat Anas dengan sanad hasan).
(Al-'Iraqi, Takhrij Ahaditsil Ihya', juz IX, halaman 203).
Inspirasi Hikmah
Kisah, hadits dan uraian di atas dapat
diambil inspirasi dan hikmahnya, yaitu begitu pentingnya niat melakukan amal
kebaikan, meskipun sepintas mustahil dilakukan karena di luar dari jangkauan.
Seperti melakukan ibadah haji, berderma dengan harta dan semisalnya yang kadang
tidak mampu dilakukan oleh sebagian orang.
Meskipun di dunia belum mampu melakukannya
karena keterbatasan, dengan niat dan harapan yang sungguh-sungguh, orang akan
mendapatkan pahalanya di akhirat kelak.
Wallahu a'lam.