HUBUNGAN RASULULLAH MUHAMMAD SAW DENGAN KERAJAAN DI ACEH
Aceh (Serambi Mekkah) dikenal seluruh Dunia
Inilah Bukti Bahwa Rasulullah SAW Pernah Menyebut Nama Aceh
Segala puji bagi Allah yang telah menghendaki segala sesuatu terhadap Nabi Muhammad SAW, baik segala keajaiban yang diturunkan oleh-Nya dimasa hidup Rasulullah ataupun hal yang akan terjadi. Inilah salah satu mukjizat dari ratusan mukjizat Nabi kita Muhammad SAW. Terkadang ada mukjizat yang Allah turunkan untuk nabi hanya untuk disaksikan para umat yang hidup dimasa beliau ataupun mukjizat beliau yang dapat dirasakan oleh umat setelahnya, salah satu dari mukjizat ini adalah kepengetahuan Nabi akan masa depan. Tentunya banyak riwayat yang mendukung mukjizat ini sebagai bukti kenabian beliau, baik persaksian yang tertulis didalam al-Qur’an ataupun para sahabat-sahabat beliau.
Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya nabi pernah menyebutkan nama satu wilayah yang kedepan wilayah ini akan menjadi negara islam dan akan banyak memunculkan para ulama dan wali-wali Allah SWT. Nama wilayah ini dalam sebuah hadist nabi yang sampai saat ini belum diketahui sanad dan perawinya adalah “Negri diatas angin” atau disebut “Aceh”. Adapun kebenaran berita ini tentunya harus kita teliti lebih mendalam lagi, apalagi siapa dan kapan hadist ini muncul pertama kali tentunya harus diteleti kembali.
Akan tetapi walaupun pada kenyataan bahwa hadist nabi mengenai Aceh tersebut masih belum dijadikan istidlal hukum namun dari beberapa riwayat cerita dan pendapat beliau-beliau mengenai apakah aceh ini benar pernah disebut-sebut oleh Nabi sebagai negri diatas angin menjadi pendukung barang bukti bagi hadist nabi tersebut menjadi hal yang harus kita terima. Karena sesungguhnya pun para ulama dan wali Allah adalah orang-orang yang wajib kita percayai. Dibawah ini akan dijelaskan sedikit bukti-bukti pendukung bahwa Aceh memang pernah disebutkan oleh Nabi sebagai negri para wali Allah.
Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah, apakah hadist ini betul adanya atau memang hanya sebuah kalimat warisan turun temurun dari nenek moyang bangsa melayu ?
Membuktikan keberadaan hadist ini dapat dubuktikan melalui beberapa bukti yang ada terdapat dibawah ini :
Rasulullah SAW, pernah bersabda :
“…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wassalama tatkala lagi hajat hadhrat yang maha mulia itu, maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah, demikian sabda baginda Nabi: “Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (menyediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu“….
Pertama : Status Hadist Dalam Beberapa Hikayat Lama Aceh
Di beberapa riwayat kitab dan menurut pendapat ahli sejarawan, termasuk salah seorang ahli sejarawan berkebangsaan indonesia yang tinggal di malaysia, bernama Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction” menyebutkan bahwa keberadaan hadist nabi tentang aceh tersebut betul adanya. Beliau menemukan hadist ini dari beberapa naskah lama kerajaan aceh dan malaysia yang juga pernah tertuliskan hadist ini didalamnya. selain itu akuan keberadaan hadist ini juga disebutkan dibeberapa buku karya sejarah melayu.
Kedua : Bukti Melalui Sejarah
Menurut para ahli sejarah melayu mengatakan, bahwa hadist yang dimaksudkan oleh Nabi ini tertuju kemasa kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai ini berdiri setelah 600 tahun nabi meninggal dunia. Namun ahli sjearawan berbeda pendapat, bahwa aceh sudah dikenal sejak paertama kali islam mulai masuk ke aceh pada abad ke 7. Menurut riwayat bahwa Masa sahabat Umar bin Khattab, penyebaran islam keseluruh dunia sudah dimulai, hingga masuk ke jalur ujung sumatra, yaitu Aceh. Pendapat ini didapat dari buku Aceh Sepanjang Abad, karya M. Said.
Bukti lain dapat dilihat dari salah seorang ulama yang bernama Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur) adalah salah seorang sahabat Nabi yang telah lama tinggal di sumatra atau aceh.
Bukti sejarah lain juga dapat dilihat dari perkembangan islam yang telah menyebar ke beberapa wilayah dimana rasulullah baru saja meninggal. seperti contohnya sahabat Rasulullah yang bernama Sa’ad bin Abi Waqash, yang ditugaskan oleh nabi untuk menyebarkan islam kebeberapa wilayah. Namun dimasa Rasulullah wafat beliau terus menyebarkan islam keseluruh tanah arabia hingga cina dan meninggal disana. Pergerakan penyebaran islam ini sama artinya bahwa islam bukan hanya turun ke cina namun ke beberapa tempat yang menjadi jalur perjalanan sahabat Sa’ad bin Abi Waqash untk ke cina. Maka dapat disimpulkan aceh disaat itu juga menjadi arah jalan penyebaran islam.
Ketiga : Bukti secara Geografis
Masyarakat Quraish dimasa itu tidak hanya berhubungan politik dan ekonomi dengan beberapa suku atau wilayah disekitarnya, namun mereka juga berhubungan dengan bangsa lain, baik persia dimasa itu atapun cina. hal ini dapat dibuktikan saat Hindun (Istri dari paman Nabi Muhammad, Abu Sufyan) pernah membeli sehelai kain dari tenunan bangsa cina.
Sepertimana yang telah dijelaskan diatas bahwa dimasa khalifah rasyidin berdiri sahabat Sa’ad bin Abi Waqash telah menyebarkan islam ke cina. Untuk menuju kesini beliau dan beberapa sahabat setelahnya membutuhkan jalur perjalanan dekat untuk menuju kesana. Salah satunya adalah melalui jalur laut, jalur laut ini menjadi arah paling mudah untuk dituju. Karena melalui darat tentu berbagai macam rintangan seperti melalui padang pasir dan bahan-bahan makanan serta minuman yang dibutuhkan juga banyak dibutuhkan, oleh karenanya dahulu orang arab menyebarkan islam melalui jalur laut.
Secara Geografis, peta cina berada di ujung sebelah kanan tanah arab, maka untuk menuju kesana harus melalui laut, dan melalui laut tentu harus melewati beberapa tempat persinggahan, yaitu india dan ujung sumatra. Maka dapat dipastikan Sa’ad bin Abi Waqash tidaklah sendiri ia membuat perjalanan ini namun beliau membawa para sahabat dan umat islam lainnya, sudah barang pasti persinggahan untuk menuju ke cina salah satunya adalah Ujung Sumatra, atau Aceh. Untuk itu islam secara tidak langsung juga sudah mulai masuk di aceh.
Kelima : Banyak Kerabat Nabi SAW di Aceh
Abu Ibrahim WoylaIni adalah bukti selanjutnya, bahwa di aceh sejak masa kerajaan dulu kala hingga masih banyak keturunan dan kerabat saudara dari Rasulullah SAW. Salah satunya adalah Abuya Muda Waly, banyak riwayat mengatakan bahwa silsilah beliau berasal dari Sahabat Abu Bakar As-Siddiq. Hal ini pernah diungkapkan oleh seorang wali Allah Aceh yang juga murid Abuya Muda Waly, beliau adala Abu Ibrahim Woyla. Beliau (Abu Ibrahim) pernah bercertia saat beliau berkunjung ke Meulaboh untuk melihat salah satu qur’an ajaib disana, saat itu beliau bertutur bahwa “Jangan pernah bermain-main dengan Abu Muda Waly karena beliau adalah keturunan Abu Bakar As-Shiddiq”. bukti bahwa Abu Muda Waly adalah kerabat nabi bukan hanya berasala dari riwayat Abu Ibrahim Woyla namun para ulama dan wali Allah lainnya juga mengakuinya, termasuk Wali Allah Abu Qasim Kajhu sependapat dengan ini. Dan juga wali Allah yang tidak disebutkan namanya diatas tadi, beliau juga menyebutkan hal yang sama.
Abuya Muda Waly Menurut penelitian pakar sejarah dan ahli nasab di Aceh, ahlul bayt atau keturunan Nabi saw angkatan pertama yang tiba di Asia Tenggara, tepatnya di Aceh-Sumatra adalah Abdullah bin Hasan Mutsanna bin Hasan bin Ali atau cicit Nabi Muhammad saw. Beliau hijrah ke kepulauan Nusantara ini setelah singgah dan menetap di pelabuhan Chambia (Kambei) India untuk mengembangkan misi perjuangan keluarga Rasulullah saw. Sejarah tidak mencatat, apakah beliau meninggal di wilayah ini atau kembali ke tanah Arab.
Nama Abdullah disebut dalam ikhtisar Radja Jeumpa oleh Ibrahim Abduh yang disadurnya dari Hikayat Radja Jeumpa. Tersebutlah sebelum kedatangan Islam di daerah Jeumpa sudah berdiri salah satu Kerajaan Hindu Purba Aceh yang dipimpin turun temurun oleh seorang Meurah. Tibalah seorang saudagar muslim keturunan Arab bernama Abdullah di sana pada awal abad ke 8 Masehi. Selanjutnya Abdullah tinggal bersama penduduk dan menyiarkan agama Islam. Rakyat di negeri tersebut dengan mudah menerima Islam karena tingkah laku, sifat dan karakternya yang sopan dan sangat ramah. Dia dinikahkan dengan putri Raja bernama Ratna Kumala. Akhirnya Abdullah dinobatkan menjadi Raja menggantikan bapak mertuanya. Dan masih banyak lagi.
Oleh : Bee Wali ll
Bagian pertama dari 2 tulisan.