HADIST DENGKI
(Jauhilah sifat dengki, karena ia akan memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar. al-Hadits).
Salah satu sifat yang harus dijauhi dan dihindari oleh setiap muslim adalah dengki. Sifat yang dapat merugikan pelakunya itu merupakan penyakit hati yang menjadi pangkal tumbuhnya penyakit-penyakit hati lainnya. Bahkan ada yang mengatakan dengki merupakan dedengkot dari segala macam kejahatan yang membahayakan. Seperti dendam, marah, sombong, bahkan fitnah dan lain-lain. Karena itu Rasulullah Saw sudah sejak lama menyuruh agar kita terhindar darinya. Seperti sabda beliau :Jauhilah sifat dengki, karena dengki itu dapat melenyapkan kebaikan, sebagaimana api menghabiskan kayu kering.
Dengki tidak saja merusak diri pelakunya, tetapi ia juga membahayakan orang lain dan pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Kasus-kasus pembunuhan dan perkelahian sering berawal dari adanya kedengkian kemudian berlanjut pada dendam dan berakhir pada peristiwa yang menyedihkan itu. Motif pembunuhan dan perkelahian sering terungkap disebabkan dendam yang muaranya dari kedengkian.
Apakah dengki itu dan bagaimana cara menghindarinya ?
Dengki dalam istilah agama disebut hasad. Uraian tentang sifat dengki sering ditemui pada kitab-kitab tasawuf. Para ulama tasawuf mengdefinisikan dengki adalah suatu sifat yang timbul dari dalam hatiya itu adanya perasaan tidak senang terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada orang lain dan bercita-cita agar nikmat yang diperoleh orang tersebut menjadi lenyap.
Perasaan tidak senang atas nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada orang lain dan kemudian bercita-cita agar nikmat tersebut hilang dan lenyap dari orang tersebut merupakan perbuatan hati. Secara kasat mata kondisi seperti itu tidak nampak kelihatan. Hanya diketahui oleh orang yang ada dalam dirinya sifat dengki.
Sifat dengki biasanya terjadi pada level status sosial atau profesi yang sama. Jarang ditemukan bahkan tidak ada dengki terjadi dalam kondisi yang status sosialnya jauh berbeda atau pada profesi yang tidak sama. Bahkan seorang guru saya pernah menjelaskan kedengkian dapat menghampiri antara seorang yang berilmu terhadap orang yang berilmu lainnya. Karena itu Jika boleh digambarkan dalam sebuah instansi atau perusahaan, bahkan di masyarakat umum. Dengki tidak akan muncul antara bawahan atau atasannya. Ia tidak akan terjadi pada jabatan dan profesi yang berbeda, tetapi sering terjadi pada strata yang sama.
Seorang ulama pernah mengupamakan dengki bagaikan seekor semut hitam yang sedang berada di atas batu yang hitam di malam hari. Perumpamaan tersebut dapat kita pahami bahwa sifat dengki sangat sulit dikenali, karena tersimpan rapi di dalam hati. Sehingga orang yang menjadi objek kedengkiannya juga sering tidak tahu. Hanya yang bersangkutan yang dapat merasakan dan tersiksa.
Sikap dengki juga akan muncul saat ia mengetahui temannya atau tetangga yang dikenalnya mendapatkan nikmat, baik itu rezeki, jabatan atau nikmat lainnya, ia menduga dan bahkan tidak jarang memulai berprasangka yang tidak baik. Timbul ucapan bahwa apa yang diperolehnya selama ini tidak dengan cara yang benar. Karena itu ia memulai dengan prasangka buruk dan berusaha menggosipkan harta yang diperoleh adalah hasil korupsi, jika berupa jabatan lalu disangka menjilat dan sebagainya. Inilah yang disebutkan di atas bahwa dengki itu menumbuhkan sifat-sifat jelek lainnya.
Mengapa dengki itu dilarang, karena Allah sudah memberikan ketentuan kepada hamba-hambanya, dengan melapangkan rezeki kepada orang yang dikehendakinya atau memberikan kenikmatan lain kepada siapa saja yang diinginkannya, baik berupa harta, jabatan, kesehatan dan lain-lain. Orang yang memiliki sifat dengki pada dasarnya adalah orang yang memprotes dan mengugat ketentuan Allah tersebut.
عَنْ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّام
Dari Anas bin Malik RA, Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “Janganlah kamu saling membenci, jangan saling iri hati, saling bermusuhan, saling memutuskan hubungan dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang Muslim untuk menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari” (HR Bukhari No: 5605) Status: Hadis Sahih
Hadits yang semakna dari jalur lain adalah sebagai berikut :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا ، اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يَخْذُلُهُ ، وَلاَ يَحْقِرُهُ ، اَلتَّقْوَى هٰهُنَا ، وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْـمُسْلِمَ ، كُلُّ الْـمُسْلِمِ عَلَى الْـمُسْلِمِ حَرَامٌ ، دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ.
Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi ! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu disini beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” HR. Muslim (no. 2564), Imam Ahmad (II/277), dll.
Kandungan hadits :
1. Sifat dengki ada pada watak manusia karena manusia tidak suka diungguli orang lain dalam kebaikan apa pun.
Terkait perasaaan dengki ini, manusia terbagi menjadi beberapa kelompok:
Kelompok Pertama
Kelompok ini terbagi menjadi :
1. yang berusaha menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang yang didengki dengan berbuat zhalim kepadanya, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Kemudian berusaha mengalihkan kenikmatan tersebut kepada dirinya.
2. yang berusaha menghilangkan kenikmatan dari orang yang ia dengki tanpa menginginkan nikmat itu berpindah kepadanya. Ini merupakan dengki paling buruk dan paling jelek.
Ini adalah dengki yang tercela, dilarang dan merupakan dosa iblis yang dengki kepada Nabi Adam Alaihissallam ketika melihat beliau mengungguli para malaikat, karena Allâh menciptakan beliau dengan tangan-Nya sendiri, menyuruh para malaikat sujud kepada beliau, mengajarkan nama segala hal kepada beliau, dan menempatkan beliau di dekat-Nya. Iblis tidak henti-hentinya berusaha mengeluarkan Nabi Adam Alaihissallam dari surga hingga akhirnya beliau dikeluarkan darinya.
Sifat dengki seperti inilah yang melekat pada orang-orang yahudi. Allâh Azza wa Jalla menjelaskan dalam banyak ayat al-Qur’ân tentang hal itu. Seperti firman-Nya :
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
Banyak diantara ahli kitab yang ingin sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam hati mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka…” [al-Baqarah/2:109]
Atau firman Allâh Azza wa Jalla :
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allâh kepadany ? (an-Nisâ’/4:54)
Imam Ahmad rahimahullah dan at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwâm Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda :
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ ، وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ ، حَالِقَةُ الدِّيْنِ لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا ، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.
Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR at Tirmidzi 2510)
Kelompok Kedua
Kelompok ini, jika dengki kepada orang lain, mereka tidak menuruti perasaan dengkinya dan tidak berbuat zhalim kepada orang yang ia dengki, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Mereka ini terbagi dalam dua jenis :
1. Yang tidak kuasa memupus rasa dengki dari hatinya. Perasaan ini telah menguasai dirinya. Orang yang seperti ini tidak berdosa, terapi mengundang penyakit untuk dirinya sendiri, biasanya penyebab penyakit jantung.
2. Yang sengaja memunculkan kedengkian pada dirinya, mengulangi lagi. Ini dilakukan berulang kali disertai harapan kenikmatan yang melekat pada orang yang didengki sirna. Dengki seperti ini mirip dengan azam (tekad) untuk melakukan kemaksiatan. Dengki semacam ini mengotori hati, sehingga menjadi qolbun maridlun.
Kelompok Ketiga
Kelompok ini, jika dengki, ia tidak mengharapkan nikmat orang yang ada pada orang yang didengki itu hilang, namun ia berusaha mendapatkan kenikmatan yang sama dan ingin seperti dia. Jika kenikmatan yang dikejarnya adalah kenikmatan dunia, maka itu tidak ada nilai kebaikannya, seperti perkataan orang-orang yang mabuk dunia
“…Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun ”( al-Qashash/28:79)
Jika nikmat yang dikejar itu nikmat akhirat, maka itu baik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٍ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ ، وَرَجُلٍ آتَاهُ الله مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ.
Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang : Orang yang diberi al-Qur’ân oleh Allâh kemudian ia melaksanakannya di pertengahan malam dan pertengahan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allâh kemudian ia menginfakkannya di pertengahan malam dan pertengahan siang. HR Bukhari 5025)
Dengki seperti ini dinamakan ghibthah.
Kelompok Keempat
Kelompok ini, jika mendapati sifat dengki pada dirinya, ia berusaha memusnahkannya, berbuat baik kepada yang didengki, mendo’akannya dan menceritakan kelebihan-kelebihan orang yang didengki. Dia tidak hanya berusaha menghilangkan rasa dengki pada dirinya namun dia juga berusaha menggantikannya dengan rasa senang melihat saudaranya lebih baik lagi. Ini termasuk derajat iman tertinggi. Orang yang seperti ini adalah mukmin sejati yang mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.
Seorang Muslim dan Muslimah tidak boleh dengki. Karena ia adalah sifat tercela, sifat orang-orang Yahudi dan dapat merusak amal. Allâh Subhanahu wa Ta’ala melarang manusia mengharapkan segala kelebihan dan keutamaan yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada orang lain. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang dilebihkan Allâh kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allâh sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu. [an-Nisâ’/4:32]
Kanti Suci Project