YAHUDI MUSUH NYATA & MUSUH ABADI
Video dibawah ini adalah seperti Islam namun bukan Islam :
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik….”
(QS. Al Maidah [05]: 82)
Al Ustadz Muhammad Ali As Shaabuni dalam tafsirnya Shafwatut Tafaasiir menerangkan bahwa Allah SWT bersumpah untuk menunjukkan kesungguhan firman-Nya kepada Nabi Muhammad saw.: Hai Muhammad sungguh engkau akan dapati orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik benar-benar merupakan manusia yang paling keras permusuhannya kepada orang-orang mukmin.
Az Zamakhsyari dalam tafsirnya Al Kassyaf: Allah SWT menggambarkan kerasnya sikap Yahudi dan sulitnya mereka menerima kebenaran. Dan Allah menjadikan kaum Yahudi segandengan dengan orang-orang musyrik dalam kerasnya permusuhan mereka kepada orang-orang mukmin. Bahkan permusuhan kaum Yahudi itu lebih besar ditunjukkan dengan didahulukannya penyebutan kalimat Yahudi daripada orang-orang musyrik dalam ayat tersebut.
Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah untuk seluruh umat manusia, termasuk kepada kaum Yahudi. Nama dan sifat-sifat beliau saw pun terdapat dalam kitab Taurat, kitab suci mereka. Dan mereka pun mengharapkan datangnya Nabi akhir zaman itu. Namun setelah kedatangan nabi akhir zaman yang ternyata tidak terlahir dari bangsa Yahudi, melainkan dari kalangan bangsa Arab, mereka menolaknya. Maka kedengkian, kesombongan, dan kekufuran pun muncul dalam diri mereka.
Kedengkian dan kesombongan serta kekufuran mereka dapat dilihat dari insiden pasar Bani Qainuqa. Di pasar itu seorang Yahudi menyingkap aurat seorang wanita muslimah yang kemudian menjerit minta tolong. Melihat itu seorang muslim yang ada di situ membunuh Yahudi yang kurang ajar itu. Lalu kaum Yahudi beramai-ramai membunuhnya.
Akibatnya terjadi ketegangan massal antara Yahudi bani Qainuqa dengan kaum muslimin, Rasulullah saw menasihati mereka: “Wahai orang-orang hai orang-orang Yahudi,waspadalah agar kalian tidak ditimpa siksaan yang pedih dari Allah seperti yang dialami kaum kafir Quraisy. Masuk Islamlah kalian, bahwa aku adalah Nabi yang diutus oleh Allah. Semua itu kalian temukan dalam kitab kalian. Dan Allah telah menjanjikan hal itu kepada kalian.”
Namun dengan congkak orang-orang Yahudi itu menjawab: “Wahai Muhammad, kamu anggap kami ini kaummu. Kamu jangan bermimpi. Memang kamu telah bertemu suatu komunitas yang tidak memiliki keahlian tentang perang sehingga kamu punya peluang untuk mengalahkannya. Demi Allah, jika kami benar-benar mau memerangimu, maka kamu benar-benar tahu bahwa kami adalah komunitas orang-orang yang tidak terkalahkan”.
Maka turunlah firman Allah :
“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur.” (QS. Al Anfal: 58).
Rasulullah saw. bersama pasukan kaum muslimin segera mengepung perkampungan Yahudi Bani Qainuqa selama lima belas hari sampai mereka menyerah. Atas pengkhianatan tersebut Rasulullah saw. Menghukum mereka dengan mengusir mereka agar meninggalkan perkampungan mereka di kota Madinah dengan hanya membawa istri dan anak-anak. Kekayaan mereka disita oleh negara.
Kaum Yahudi yang lain tampaknya tidak menjadikan pengusiran Yahudi bani Qainuqa itu sebagai pelajaran. Yahudi Bani Nadlir justru bertambah kebencian dan permusuhan mereka kepada Rasulullah saw dan umat Islam. Mereka merencanakan makar hendak membunuh Rasulullah saw. Namun Allah SWT menurunkan wahyu kepada Rasulullah saw. Mengabarkan rencana jahat Yahudi tersebut.
Rasulullah saw segera meninggalkan wilayah perkampungan Yahudi Bani Nadlir menuju kota Madinah. Lalu beliau menyiapkan pasukan untuk mengepung pemukiman Yahudi Bani Nadlir hingga mereka menyerah dan diusir seperti bani Qainuqa.
Adapun pengkhianatan Yahudi Bani Quraizhah dilakukan pada saat 10 ribu pasukan Ahzab (Sekutu) yang terdiri dari pasukan Quraisy dan sekutu-sekutunya menyerbu Madinah. Mereka memutuskan perjanjian yang salah satu butirnya adalah bahu-membahu mempertahankan kota Madinah dari serangan musuh. Alih-alih melakukan hal itu, mereka malah memutuskan perjanjian damai. Maka setelah perang Ahzab berakhir, Rasulullah saw. Langsung menggerakkan pasukan kaum muslimin menuju perkampungan Bani Quraizhah dan mengepungnya sampai mereka menyerah.
Maka hukuman yang diputuskan oleh seorang pemimpin di kota Madinah, yakni Saad bin Mua’adz r.a. Saad memutuskan hukuman bagi Yahudi Bani Quraizhah adalah seluruh laki-laki dewasa dihukum mati.
Dan demi mendengar info bahwa Kaum Yahudi Khaibar diam-diam melakukan kontak dengan Quraisy untuk mengadakan serangan mendadak ke kota Madinah, maka beliau saw. segera melakukan manuver politik dengan mengalineasi Yahudi Khaibar dari kekuatan Quraisy. Beliau saw. Membuat perjanjian Hudaibiyah dengan Quraisy dengan gencatan senjata selama 10 tahun. Maka pada masa penjanjian itulah, Rasulullah saw menyerbu dan menaklukkan Khaibar dengan cepat.
Jadi kalau Yahudi dengki, sombong, dan memusuhi Rasulullah saw., Islam dan umatnya sampai hari ini bahkan hingga hari kiamat, adalah tidak aneh. Ya, adalah tidak aneh, kalau mereka baru-baru ini menyerbu kapal Mavi Marmara yang hendak menolong umat Islam di Gaza yang sedang menderita akibat blokade kaum Yahudi. Yang aneh justru diamnya para penguasa muslim di Timur Tengah dan di seluruh dunia Islam terhadap kejahatan Yahudi Israel kepada bangsa muslim Palestina yang melampaui batas itu. Dimana keimanan, keislaman, dan ketaqwaan mereka?
Oleh karena itu, umat Islam harus bergerak menyadarkan penguasa kaum muslimin akan tugas dan kewajiban mereka. Dan dalam rangka melawan kezaliman Israel, umat harus bergerak memberikan tekanan opini dan politik kepada Yahudi Israel.
Dari ayat dan sirah Nabi saw. Di atas, jelaslah bahwa makar dan permusuhan Yahudi tidak mungkin bisa diselesaikan dengan berunding apalagi bersahabat dengan mereka. Hanya perang semesta yang dilancarkan oleh kaum muslimin yang akan mengakhiri permusuhan abadi mereka. Rasulullah saw.mengabarkan hal ini dalam suatu hadits :
Tidak akan terjadi Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sampai Yahudi berlindung di balik batu dan pohon lalu batu dan pohon berbicara “Hai Muslim, hai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,” kecuali Ghorqod sebab ia sungguh pohon kaum Yahudi.” (HR Muslim).
PROF QURAISH SHIHAB TENTANG BEDA YAHUDI, BANI ISRAIL DAN AHLUL KITAB DALAM AL QUR'AN
Ulama ahli tafsir Al-Qur’an terkemuka Prof Muhammad Quraish Shihab diminta menjelaskan tentang Israil dan Yahudi. Ia mengatakan, secara umum ada tiga kata, paling tidak, yang digunakan al-Qur'an yang menunjuk kepada keturunan Nabi Ya'qub as. Hal itu ia uraikan dalam sebuah kajian di kanal Youtube Bayt Al-Qur’an, Jumat (17/11/2023).
Berkaitan dengan judul artikel diatas KLIK DISINI :
https://youtu.be/A7ogfv7zEn8?si=PoUkbHrxkiuRkR0A
https://youtu.be/4Ee5xe5a7sE?si=6y8nvqJdIsphDJF-
__________
Pertama, Bani Israil. Kata Bani Israil diulang sekitar empat puluh dua (42) kali dalam Al-Qur’an. Ada juga kata Israil yang diulang tiga (3) kali. Kedua, kata Yahûd, yang merupakan keturunan Nabi Ya’qub. Ketiga, kata Ahlul Kitab. “Tetapi tiga ini berbeda-beda,” ungkap Prof Quraish.
Kata Bani Israil, pada dasarnya digunakan oleh al-Qur’an untuk menunjuk keturunan Nabi Ya’qub as sebelum masa Nabi Muhammad saw, tidak menunjuk keturunan Nabi Ya’qub yang ada pada masa Nabi Muhammad saw. Itu satu perbedaanya.
Sementara kata Yahûd, yang pertama, menunjuk kepada keturunan Yahûda. Sebagaimana diketahui, Nabi Ya’qub mempunyai 12 orang anak, salah satunya bernama Yahûda. Kedua belas anaknya ini saling bertengkar, seperti dalam cerita Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an. Keturunan dari Yahûda itulah yang dibicarakan oleh al-Qur'an, dan yang disebut Yahûd.
Kata Yahûd ini kalau digunakan oleh al-Qur'an, maka bukan lagi menunjuk kepada mereka yang hidup sebelum masa Nabi Muhammad saw yang ada Bani Israilnya itu, tetapi menunjuk pada umumnya mereka yang hidup pada masa Nabi Muhammad saw. Prof Quraish menyebut Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 82 sebagai contohnya berikut.
۞ لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ
Artinya, "Pasti akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Pasti akan engkau dapati pula orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Hal itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan diri."
Adapun Bani Israil yang berbicara tentang keturunan Nabi Ya’qub itu, ada yang baik ada yang buruk. Namun, jika kata yang digunakan adalah Yahud, pasti menunjukkan celaan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 64 berikut. seperti ayat: wa qâlatil-yahûdu yadullâhi maghlûlah, ghullat aidîhim wa lu‘inû bimâ qâlû,…(QS. Al-Maidah: 64).
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌۗ غُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْاۘ ...
Artinya, "Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu (kikir).” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu. Mereka dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan..."
Al-Qur'an menggunakan kata Yahûd, sebagaimana ayat di atas, untuk menunjuk kaum keturunan Yahûda, tidak lagi menunjuk kepada keturunan Nabi Ya’qub yang bersifat buruk.
Adapun istilah ahlul kitab itu penganut kitab suci yang di dalamnya termasuk Nasrani dan orang-orang Yahudi. Mereka itu oleh al-Qur’an dikatakan laisu sawa, tidak sama mereka itu, ada yang baik.
“Jadi kalau kita berkata Yahûd dalam konteks uraian al-Qur’an tentang Ahlul kitab, ada enggak yang baik? Kalau dia gunakan kata Ahlul Kitab, maka itu ada yang baik. Tapi kalau dia gunakan kata Yahûd, itu pasti buruk. Jelas, kan?” terang penulis Tafsir Al-Mishbah.
Lalu siapa yang dimaksud Yahudi? Yaitu penganut agama Yahudi, walaupun dia bukan keturunan Yahûda yang menganut agama Yahudi. Itu dikatakan demikian karena ada orang-orang yang menganut agama Yahudi yang sebenarnya bukan dari Bani Israil, walaupun sedikit sekali, karena agama Yahudi itu bukan agama dakwah. Mereka hanya mau sendiri saja sebagai orang-orang yang dicintai Allah. Hal ini terekam dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 24 berikut.
ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۖ وَّغَرَّهُمْ فِيْ دِيْنِهِمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
Artinya, "Demikian itu disebabkan bahwa mereka berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hitungan hari saja.” Mereka teperdaya dalam agamanya oleh apa yang selalu mereka ada-adakan."
“Iya kan, itu orang Yahudi begitu, merasa diri angkuh,” imbuh Penulis buku Membumikan Al-Qur’an itu.
Lebih lanjut, Prof Quraish menjelaskan bahwa orang Yahudi ini memiliki sifat egosentris, sehingga dicela. Lalu ia mencontohkan Nabi, yang itu merupakan cerminan umatnya. Sewaktu Nabi Muhammad hijrah, sudah terkejar di Gua Tsur, Sayyidina Abu Bakar gemetar. Nabi menegaskan bahwa Allah swt bersama kita yang menununjukkan makna kebersamaan. Hal ini terekam dalam Al-Qur'an surat at-Taubah ayat 40.
اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Artinya, "Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka, Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat) yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
Hal ini berbeda ketika Nabi Musa hampir terkejar. Ia hanya menunjuk dirinya saja. Demikian ini diceritakan Al-Qur'an dalam surat as-Syu'ara ayat 62.
قَالَ كَلَّاۗ اِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ
Artinya, "Dia (Musa) berkata, “Tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku.”
Sifat orang Yahudi yang kedua sangat materialistis, yaitu segala sesuatu harus dilihat dengan nyata. Itu sebabnya al-Qur'an mengecam mereka. Nabinya pun, Nabi Musa as pernah satu ketika bermohon kepada Tuhan seperti termaktub dalam Al-Qur'an surat al-A'raf ayat 138 dan 143 berikut.
QS al-A'raf ayat 138.
وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتَوْا عَلٰى قَوْمٍ يَّعْكُفُوْنَ عَلٰٓى اَصْنَامٍ لَّهُمْۚ قَالُوْا يٰمُوْسَى اجْعَلْ لَّنَآ اِلٰهًا كَمَا لَهُمْ اٰلِهَةٌۗ قَالَ اِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ
Artinya, "Kami menyeberangkan Bani Israil (melintasi) laut itu (dengan selamat). Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang masih tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil) berkata, “Wahai Musa, buatlah untuk kami tuhan (berupa berhala) sebagaimana tuhan-tuhan mereka.” (Musa) menjawab, “Sesungguhnya kamu adalah kaum yang bodoh.""
QS al-A'raf ayat 143.
وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya,"Ketika Musa datang untuk (bermunajat) pada waktu yang telah Kami tentukan (selama empat puluh hari) dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, dia berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Dia berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka, ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) pada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau. Aku bertobat kepada-Mu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”"
“Ini dua sifatnya. Itu sebabnya, atau itu salah satu sebab mengapa mereka dikecam. Tetapi kita lihat lagi sekarang, bagaimana Islam berhadapan dengan orang Yahudi yang ini,” sambung Prof Quraish.
Seperti dikatakan sebelumnya, ada Yahudi yang baik. Ada istri Nabi orang Yahudi, yaitu Sayyidah Shofiyyah. Istri Nabi, seorang Yahudi. Ada Abdullah Ibni Salam dan Mukhairiq, keduanya orang hebat, Yahudi.
“Tetapi kesan umum, kalau Yahudi itu jelek," katanya.
Tak ayal, ia menegaskan bahwa ada Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 105.
اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَآ اَرٰىكَ اللّٰهُۗ وَلَا تَكُنْ لِّلْخَاۤىِٕنِيْنَ خَصِيْمًاۙ
Artinya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak agar kamu memutuskan (perkara) di antara manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan kepadamu. Janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) para pengkhianat."
Prof Quraish menjelaskan, ayat itu turun karena ada seorang Muslim mencuri. Pemilik itu mencari barang curiannya, lalu orang Muslim yang mencuri ini berkata,“Yang mencuri itu orang Yahudi itu.”Dia bohong. Nabi Muhammad saw sebagai manusia cenderung hatinya membenarkan bahwa seorang Muslim pasti tidak bohong. Padahal orang tersebut berbohong dan orang Yahudi tidak mencuri.
Turunlah ayat di atas untuk menegur Nabi, bahwa orang yang berkhianat tidak boleh untuk dibela. Sekalipun dalam hal ini Muslim dan merugikan Yahudi, yang secara umum dianggap buruk.
“Jadi, kalau orang Yahudi baik, boleh ndak kita bela? Ini hati-hati ini, iya kan?” tanya Prof Quraish, seraya mengajak berpikir.
Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, itu juga mencontohkan ayat lain, yakni surat al-Maidah ayat 8.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْاۗ اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
“Yahudi banyak, ada yang baik, ada yang buruk. Sampai sekarang, ada seperti itu,” pungkas Prof Quraish.
AYAT-AYAT AL QUR'AN TENTANG BANGSA YAHUDI
Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi. Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa.
Orang-orang Yahudi Ultra-Ortodoks dari dinasti Hasid Sadigura merayakan Hari Raya Tu Bishvat atau Tahun Baru Pohon di Yerusalem, 5 Februari 2023. Saat perayaan Tahun Baru Pohon, orang-orang Yahudi Ultra-Ortodoks berkumpul dengan para rabi mereka di sekitar meja panjang berisi piring-piring berisi beberapa jenis buah-buahan. (AP Photo/Ariel Schalit)
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, etnisitas, atau suku bangsa. Sebagai agama atau kepercayaan, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi.
Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (Kejadian 10:21) (yang disebut "Ibrani") atau Yakub (yang juga bernama "Israel") anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan suku Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub.
Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi. Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa.
Kepercayaan semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan seseorang menjadi Yahudi. Di samping itu, dengan tidak memegang kepada prinsip-prinsip agama Yahudi tidak pula menjadikan seorang Yahudi kehilangan status Yahudinya.
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menyebutkan tentang kaum Yahudi di antaranya,
Kecaman terhadap Kaum Yahudi
Al-Baqarah Ayat 113
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ لَيْسَتِ النَّصٰرٰى عَلٰى شَيْءٍۖ وَّقَالَتِ النَّصٰرٰى لَيْسَتِ الْيَهُوْدُ عَلٰى شَيْءٍۙ وَّهُمْ يَتْلُوْنَ الْكِتٰبَۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ مِثْلَ قَوْلِهِمْۚ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ١١٣
Orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak menganut sesuatu (agama yang benar)” dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, “Orang-orang Yahudi tidak menganut sesuatu (agama yang benar),” padahal mereka membaca Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu (musyrik Arab) berkata seperti ucapan mereka itu. Allah akan memberi putusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa (agama) yang mereka perselisihkan.
Al-Baqarah Ayat 120
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰىۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ ١٢٠
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh, jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari (azab) Allah.
Al-Ma'idah Ayat 18
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُ اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗۗ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَاۖ وَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ ١٨
Orang Yahudi dan orang Nasrani berkata, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah, “(Jika benar begitu,) mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Sebaliknya, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki (pula). Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, dan kepada-Nya semua akan kembali.”
Larangan Mengikuti Kaum Yahudi
Al-Ma'idah Ayat 51
۞ لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ
قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ٨٢
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(-mu). Sebagian mereka menjadi teman setia bagi sebagian yang lain. Siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
Al-Ma'idah Ayat 82
۞ لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ
قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ٨٢
Pasti akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Pasti akan engkau dapati pula orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Hal itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan diri.
Al-Ma'idah Ayat 64
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌۗ غُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْاۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُۙ وَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٦٤
Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu (kikir).” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu. Mereka dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan. Sebaliknya, kedua tangan-Nya terbuka (Maha Pemurah). Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekufuran bagi kebanyakan mereka. Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap kali mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Kanti Suci Project