Ana pandhita akarya wangsit,
Mindha kombang angajab ing tawang,
Susuh angin ngendi nggone,
Lawan galihing kangkung,
Wekasane langit jaladri,
Manuk miber uluke ngungkuli langit,
Kusuma njrah ing tawang
Ana pandhita akarya wangsit,
Mindha kombang angajab ing tawang,
Susuh angin ngendi nggone,
Lawan galihing kangkung,
Wekasane langit jaladri,
Manuk miber uluke ngungkuli langit,
Kusuma njrah ing tawang.
Aksara Jawanipun :
ꦄꦤꦥꦤ꧀ꦝꦶꦠꦄꦏꦂꦪꦮꦁꦱꦶꦠ꧀
ꦩꦶꦤ꧀ꦝꦏꦺꦴꦩ꧀ꦧꦁꦄꦔꦗꦧ꧀ꦆꦁꦠꦮꦁ꧈
ꦱꦸꦱꦸꦃꦄꦔꦶꦤ꧀ꦔꦼꦤ꧀ꦝꦶꦔ꧀ꦒꦺꦴꦤꦺ꧈
ꦭꦮꦤ꧀ꦒꦭꦶꦲꦶꦁꦏꦁꦏꦸꦁ꧈
ꦮꦼꦏꦱꦤꦺꦭꦔꦶꦠ꧀ꦗꦭꦣꦿꦶ꧈
ꦩꦤꦸꦏ꧀ꦩꦶꦧꦺꦂꦈꦭꦸꦏꦺꦔꦸꦁꦏꦸꦭꦶꦭꦔꦶꦠ꧀
ꦏꦸꦱꦸꦩꦚ꧀ꦗꦿꦃꦆꦁꦠꦮꦁ꧉
Kajianipun :
Ana pandhita akarya wangsit (ada seorang pertapa yang memberikan wejangan), mindha kombang angajab ing tawang (seperti seekor kumbang terbang ke langit), susuh angin ngendi nggone (di manakah angin bersarang), lawan galihing kangkung (dan juga di manakah tengah-tengahnya batang kangkung), wekasane langit jaladri (batas akhir langit dan samodra raya), isining wuluh wungwang (isinya sebatang bambu yang kosong), manuk miber uluke ngungkuli langit (seekor burung yang terbang ngatasi langit), kusuma njrah ing tawang (bunga-bunga bertebaran di langit).
Maknanipun :
- mencari Tuhan itu ibarat mencari sarangnya angin. Dimana sarang angin ? Tentu tidak ada, dimana galihnya tumbuhan kangkung? Tentu kosong… dimana pula kita kita bisa mendapatkan tapaknya burung yang terbang ? Tentu tidak akan bisa kita temukan…. Dimana batas dari langit, tentu tidak terjangkau dan tidak berbatas
- Di dalam laku samadi langkah pertama yang harus diperhatikan adalah memperhatikan keluar masuknya napas di dalam paru-paru (susuhing angin), di dalam dada, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "susuh angin ngendi nggone"...........setelah itu laku samadi menapak ke menonaktifkan aktifitas pancaindera dan hawa nafsu smpai ke titik nol, zero, atau kosong, atau suwung, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "lawan galihing kangkung (kosong), wekasane langit jaladri (kosong tak terbatas), isining wuluh wungwang (kosong)............setelah itu langkah samadi menapak ke dalam keadaan mengatasi ruang dan waktu, yang di dalam kidhung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "manuk miber uluke ngungkuli langit"..............keadaan yang demikian itu menumbuhkan KASIH, Keluhuran budi, Kebajikan-Kebajikan, Damai sejahtera, di dalam hati,di dalam jiwa, karena tidak aktifnya hawa nafsu dan pancaindera, yang di dalam kidhung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "kusuma njrah ing tawang"