CERITA PANJI
BY, KANTHI
Cerita Panji ialah sebuah kumpulan cerita yang berasal
dari Jawa periode klasik, tepatnya dari era Kerajaan Kadiri. Isinya adalah
mengenai kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utamanya,
yaitu Raden Inu Kertapati (atau Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (atau
Galuh Candrakirana). Cerita ini mempunyai banyak versi, dan telah menyebar di
beberapa tempat di Nusantara (Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand,
Kamboja, Myanmar, dan Filipina).
Cerita-cerita dalam Lingkup Panji banyak digunakan dalam
berbagai pertunjukan tradisional. Di Jawa, Cerita Panji digunakan dalam
pertunjukan Wayang Gedog. Di Bali, yang dikenal di sana sebagai
"Malat", pertunjukan Arja juga memakai lakon ini. Kisah ini juga
menjadi bagian tradisi dari Suku Banjar di Kalimantan Selatan meskipun kini
mulai kurang dikenal oleh masyarakat. Di Thailand terdapat seni pertunjukan
klasik yang disebut "Inao" (Bahasa Thai:อิเหนา) yang berasal dari nama
"Inu"/"Ino". Begitu pula Kamboja yang mengenal lakon ini
sebagai "Eynao"
Nama Pelakon (Tokoh) dalam Cerita Panji :
Raden Inu (atau Ino atau Hino) Kertapati / Panji Asmara
Bangun / Kuda (atau Cekel) Wanengpati
Dewi Sekar Taji / Galuh Candra Kirana
Panji Semirang / Kuda Narawangsa (Dewi Sekartaji dalam
penyamaran)
Klana Sewandana / Klana Tunjung Seta
Ragil Kuning / Dewi Onengan
Gunung Sari
Panji Sinom Pradapa
Panji Brajanata
Panji Kartala
Panji Handaga
Panji Kalang
Klana Jayapuspita
Lembu Amiluhur
Lembu Amijaya
Wirun
Kilisuci
Resi Gatayu
Bremanakanda
Srengginimpuna
Jayalengkara
Panji Kuda Laleyan
Sri Makurung
Kebo Kenanga
Jaka Sumilir
Jatipitutur
Pituturjati
Ujungkelang
Tumenggung Pakencanan
Kudanawarsa
Jaksa Negara
Jaya Kacemba
Jaya Badra
Jaya Singa
Danureja
Sindureja
Klana Maesa Jlamprang
Klana Setubanda
Sarag
Sinjanglaga
Retna Cindaga
Surya Wisesa
Relief cerita Panji yang dapat diketahui secara pasti
hanyalah terdapat pada beberapa candi saja dalam masa Majapahit. Seringkali
orang menyatakan bahwa ciri utama tokoh Panji dalam penggambaran relief dan
arca adalah jika ada figur pria yang digambarkan memakai topi tekes, topi mirip
blangkon Jawa, tapi tanpa tonjolan di belakang kepala (lebih mirip dengan
blangkon gaya Solo/Surakarta). Badan bagian atas tokoh tersebut digambarkan
tidak mengenakan pakaian, sedangkan bagian bawahnya digambarkan memakai kain
yang dilipat-lipat hingga menutupi paha. Pada beberapa relief atau arca ada
yang digambarkan membawa keris yang diselipkan di bagian belakang pinggang,
atau ada juga yang digambarkan membawa senjata seperti tanduk kerbau
(sebagaimana yang dipahatkan pada Kepurbakalaan (Kep.) XXII/C.Gajah Mungkur
Penanggungan) (Bernet Kempers 1959:325-6).
Jika berpegangan pada tolok ukur bahwa tokoh Panji selalu
digambarkan bertopi tekes, maka akan banyak tokoh Panji yang dijumpai dalam
relief-relief candi jawa Timur. Karena tokoh Sidapaksa suami Sri Tanjung yang
dipahatkan di Candi Surawarna, dan Jabung akan dianggap sebagai tokoh Panji.
Demikian Pula tokoh Sang Satyawan yang dipahatkan pada pendopo teras II
Panataran dan dua figur pria dalam relief cerita Kunjarakarna di Candi Jago
akan dapat dianggap sebagai tokoh Panji.
Lalu bagaimana penggambaran relief tokoh Panji yang
dikenal dalam cerita Panji? W.F.Stutterheim (1935) secara gemilang telah
berhasil menjelaskan satu panel relief dari daerah Gambyok, Kediri yang
nyata-nyata menggambarkan tokoh Panji beserta para pengiringnya. Pendapat
Stutterheim tersebut didukung oleh para sarjana lainnya, seperti Poerbatjaraka
(1968) dan Satyawati Suleiman (1978).
Penggambaran relif Panji Gambyok tersebut menurut
Poerbatjaraka sesuai dengan salah satu episode kisah Panji Semirang, yaitu saat
Panji bertemu dengan kekasihnya yang pertama, Martalangu, di dalam hutan
(1968:408). Pada panil digambarkan adanya tokoh pria bertopi tekes yang sedang
duduk di bagian depan kereta, tokoh itu tidak lain ialah Panji. Sementara tokoh
yang duduk di hadapannya di atas tanah ialah Prasanta. Tokoh paling depan di
antara empat orang yang berdiri ialah Pangeran Anom, di belakangnya ialah
Brajanata, saudara Panji berlainan ibu. la digambarkan tinggi besar dengan
rambutnya yang keriting tapi dibentuk seperti telces. Dua tokoh berikutnya
adalah para kudeyan yaitu Punta dan Kertala. Dalam relief digambarkan bahwa
keretanya belum dilengkapi kuda, karena sesuai dengan cerita bahwa mereka baru
merencanakan akan membawa Martalangu ke kota malam itu. Sementara sikap
kedinginan yang ditunjukkan oleh para tokoh adalah sesuai juga dengan cerita,
yaitu mereka berada di luar saat malam yang dingin (Poerbatjaraka 1968:408).
Sebagai suatu karya sastra yang berkembang dalam masa
Jawa Timur klasik, kisah Panji telah cukup mendapat perhatian para ahli. Ada
yang telah membicarakannya dari segi kesusasteraannya (Cohen Stuart 1853), dari
segi kisah yang mandiri (Roorda 1869), atau diperbandingkan dengan berbagai
macam cerita Panji yang telah dikenal (Poerbatjaraka 1968), serta dari berbagai
segi yang lainnya lagi'.
Menurut C.C.Berg (1928) masa penyebaran cerita Panji di
Nusantara berkisar antara tahun 1277 M (Pamalayu) hingga ± 1400 M.
Ditambahkannya bahwa tentunya telah ada cerita Panji dalam Bahasa Jawa Kuno
dalam masa sebelumnya, kemudian cerita tersebut disalin dalam bahasa Jawa
Tengahan dan Bahasa Melayu. Berg (1930) selanjutnya berpendapat bahwa cerita
Panji mungkin telah populer di kalangan istana raja-raja Jawa Timur, namun terdesak
oleh derasnya pengaruh Hinduisme yang datang kemudian. Dalam masa selanjutnya
cerita tersebut dapat berkembang dengan bebas dalam lingkungan istana-istana
Bali'.
R.M.Ng. Poerbatjaraka membantah pendapat Berg tersebut,
berdasarkan alasan bahwa cerita Panji merupakan suatu bentuk revolusi
kesusastraan terhadap tradisi lama (India). Berdasarkan relief tokoh Panji dan
para pengiringnya yang diketemukan di daerah Gambyok, Kediri, Poerbatjaraka
juga menyetujui pendapat W.F.Stutterheim yang menyatakan bahwa relief tersebut
dibuat sekitar tahun 1400 M. Akhirnya Poerbatjaraka menyimpulkan bahwa mula
timbulnya cerita Panji terjadi dalam zaman keemasan Majapahit (atau dalam masa
akhir kejayaan kerajaan tersebut) dan ditulis dalam Bahasa Jawa Tengahan
(1968:408--9). Penyebarannya ke luar Jawa terjadi dalam masa yang lebih
kemudian lagi dengan cara penuturan lisan.
Cerita di dalam lakon panji berhubungan dengan
tokoh-tokoh nyata dalam sejarah Jawa (terutama Jawa Timur). Tokoh Panji
Asmarabangun dihubungkan dengan Sri Kamesywara, raja yang memerintah Kediri
sekitar tahun 1180 hingga 1190-an. Permaisuri raja ini memiliki nama Sri Kirana
adalah puteri dari Jenggala, dan dihubungkan dengan tokoh Candra Kirana. Selain
itu ada pula tokoh seperti Dewi Kilisuci yang konon adalah orang yang sama
dengan Sanggramawijaya Tunggadewi, puteri mahkota Airlangga yang menolak untuk
naik tahta.
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/ibu-hamil-sebaiknya-kurangi-minuman.html
BalasHapushttp://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/hobi-menyanyi-seperti-yon-koeswoyo-ini.html
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/jasad-bayi-ditemukan-di-tong-sampah.html
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!