AKHLAKUL KARIMAH
Akhlakul
Karimah adalah Akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau norma yang
mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta. Akhlak
mahmudah (akhlak terpuji) atau disebut pula dengan akhlak al karimah (akhlak
yang mulia).
Akhlak
adalah sesuatu yang melekat dalam jiwa seseorang dan mendorongnya untuk
melakukan suatu perbuatan tanpa harus berpikir terlebih dahulu. Di dalam ,
akhlak dikategorikan menjadi dua, yaitu akhlakul kharimah dan akhlakul
mazmumah.
Akhlakul
karimah adalah sifat mulia, terpuji, atau sikap baik yang sesuai dengan ajaran
Islam. Sementara akhlakul mazmumah adalah sikap tercela atau buruk yang harus
dihindari oleh umat .
Mengenal
lebih jauh tentang akhlakul karimah, setiap manusia harus memiliki sifat terpuji
semasa ia hidup di dunia. Bagi seseorang yang memiliki akhlakul karimah, maka
ia akan disenangi oleh orang-orang sekitarnya.
Tidak
hanya itu, Allah SWT juga menyukai hamba-Nya yang memiliki sifat akhlakul
karimah. Kelak, surga akan menantinya bagi umat Muslim yang selalu bersikap
baik selama hidupnya.
Ciri-ciri Akhlakul Karimah
Dari
sekian banyak sifat-sifat terpuji, dapat disimpulkan menjadi ciri-ciri orang
yang memiliki sifat akhlakul karimah di antaranya adalah :
Contoh
Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut
contoh sifat yang mencerminkan akhlakul karimah yang bisa diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
1.
Mematuhi Perintah Allah. Sudah menjadi kewajiban bagi
setiap umat Muslim untuk senantiasa taat akan perintah Allah dan menjauhi
segala larang-Nya. Karena setelah kematian tiba, segala perbuatan yang
dilakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
2.
Selalu Berkata Baik. Berusaha untuk selalu berbicara
dengan perkataan yang baik dan sopan sudah jelas diajarkan di dalam Alquran,
tepatnya pada Surat Al Isra ayat 23. Anak-anak diperintahkan untuk tidak
berkata "ah" kepada kedua orang tuanya, karena hal tersebut dapat
menyakiti hatinya.
3.
Bersyukur Kepada Allah. Menunjukkan sikap syukur atas
segala nikmat yang telah diberikan kepada Allah SWT, baik di dalam hati,
perkataan, maupun perbuatan. Dengan bersyukur, seseorang akan merasa cukup dan
merasa rendah hati sehingga dijauhkan dari sifat sombong.
4.
Tolong Menolong Sesama Manusia. Manusia adalah makhluk
sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri
tanpa adanya orang lain di sekitarnya. Berbuat baik serta tolong
menolong menjadi suatu hal yang wajib dilakukan demi terciptanya hidup rukun
dan damai antar sesama manusia.
5.
Tawakkal. Pada dasarnya, tawakal adalah berserah diri
kepada Allah SWT dalam rangka memperoleh hal-hal yang baik. Tawakal bukanlah
pasrah tanpa berusaha sama sekali, harus tetap disertai ikhtiar dan berdoa
kepada Allah SWT.
6.
Ikhlas. Ikhlas adalah sebuah kata yang mudah diucapkan
namun sulit untuk dilakukan. Ikhlas merupakan ibadah yang hanya bisa dilakukan
oleh hati dan tidak terlihat wujudnya. Ikhlas adalah perbuatan orang-orang
shaleh yang semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah, bukan untuk
mendapatkan pujian.
akhlakul karimah
Al-Qur’an
dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam yang menjelaskan baik buruknya
suatu perbuatan manusia, sekaligus menjadi pola hidup dalam menetapkan mana
yang baik dan mana yang buruk. Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
diri manusia dan bisa bernilai baik atau bernilai buruk. Manusia akan menjadi
sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan segala akhlak tercela.
Imam
al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan
gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ketinggian budi
pekerti atau dalam bahasa Arab disebut akhlakul karimah yang terdapat pada
seseorang yang menjadi seseorang itu dapat melaksanakan kewajiban dengan baik
dan sempurna, sehingga menjadikan seseorang itu dapat hidup bahagia. Sebaliknya
apabila manusia buruk akhlaknya, kasar tabiatnya, buruk prasangkanya terhadap
orang lain, maka itu sebagai pertanda bahwa orang itu akan hidup resah
sepanjang hayatnya.
Akhlak
ialah tingkah laku yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini oleh
seseorang dan sikap yang menjadi sebahagian daripada keperibadiannya. Akhlak
yang baik dan akhlak yang buruk, merupakan dua jenis tingkah laku yang berlawanan
dan terpancar daripada dua sistem nilai yang berbeda. Kedua-duanya memberi
kesan secara langsung kepada kualitas individu dan masyarakat. Individu dan
masyarakat yang dikuasai oleh nilai-nilai yang baik akan melahirkan individu
dan masyarakat yang sejahtera. Begitulah sebaliknya jika individu dan
masyarakat yang dikuasai oleh nilai-nilai dan tingkah laku yang buruk, akan
porak poranda dan kacau balau.
Pengertian
akhlakul karimah
Secara
etimologis akhlaq berasal dari kata Al-Huluq, akhlaq yang berarti tabiat, budi
pekerti, kebiasaan. Secara istilah akhlaq berarti sesuatu yang melekat pada
jiwa manusia yang daripadanyalah lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa
melalui proses pemikiran pertimbangan atau penelitian. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Menurut
Abuddin Nata akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa
pemikiran, namun perbuatan tersebut telah manahh daging dan melekat dalam jiwa,
sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan
pemikiran.
Akhlakul
Karimah adalah Akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau norma yang
mengatur hubungan antar manah manusia dengan tuhan dan alam semesta. Akhlak
mahmudah (akhlak terpuji) atau disebut pula dengan akhlak al karimah (akhlak
yang mulia). Temasuk akhlak al karimah antara lain adalah ridha kepada Allah,
cinta dan beriman kepada-Nya, beriman kepada malaikat, kitab Allah, Rasul
Allah, hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakn manah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qana’ah (rela
terhadap pemberian Allah), tawakkal (berserah diri), sabar, syukur, tawadhu’
(merendahkan diri), berbakti kepada kedua orang tua, dan segala perbuatan yang
baik menurut pandangan atau ukuran Islam.
Jenis Akhlakul Karimah
Akhlakul
karimah lainnya adalah akhlak yang terpuji baik yang langsung terhadap Allah
dengan melaksanakan ibadah yang wajib maupun yang sunah, dan melaksanakan
hubungan yang baik terhadap sesama manusia yang meliputi antara lain :
Husnudzhan
hablumminallah wahablumminannas ( Hubungan Baik Kepada Alloh Dan Hubungan Baik
Sesama Manusia )
Qana’ah
yaitu menerima segala pemberian Allah SWT.
Ikhlas
yaitu melaksanak sesuatu perbuatan yang baik hanya karena Alllah SWT.
Sabar
yaitu menerima pemberian dari Allah baik berupa nikmat maupun berupa cobaan.
Istiqomah
yaitu teguh pendirian terhadap keyakinannya.
Tasammuh
yaiitu memiliki sifat tenggang rasa, lapang dada, dan memiliki sifat toleransi.
Ikhtiar
yaitu berusaha atau kerja keras untuk mencapai tujuan.
Berdoa
yaitu memohon kepada Allah.
Selain
itu, dalam QS. Al-Baqarah/2: 177:
لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن
تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ
ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۦنَ
وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ
وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى
ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَٰهَدُوا۟ ۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ
وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.
Misi Rasulullah antara lain untuk memperbaiki akhlak.
Adapun
memperbaiki akhlak di sini bukan untuk masyarakat jahiliyyah saja, akan tetapi
juga menanamkan prinsip-prinsip atau dasar pengetahuan, kaidah-kaidah akhlak
yang bersumber dari Al-Quran untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan.
Bagaimana masyarakat Arab kala itu yang penuh kebatilan, kedzaliman,
ketidakjujuran, anti kritik dan anti kemanusiaan.
Kemudian
di dalam ayat :
خُذِ ٱلعَفوَ وَأمُر
بِٱلعُرفِ وَأَعرِضعَنِ ٱلجَٰهِلِينَ
“Jadilah
engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).
Ayat
ini singkat namun padat dan mengandung arti yang begitu luas, dengan kalimatnya
yang singkat ia sudah mencakup seluruh aspek akhlaqul karimah. Ayat ini
memerintahkan kita kepada tiga hal:
Kata
خذ العفو (maafkanlah) memerintahkan kita untuk memaafkan orang yang bersalah,
menyambung tali silaturrahmi kepada saudara yang mememutuskannya, memperbaiki
hubungan dengan orang lain, memaafkan orang yang menyakiti kita dan lain
sebagainya. Kalimat ini mengandung segala bentuk memaafkan dan bersabar
terhadap orang lain.
Kata
وَأمُر بِٱلعُرفِ (suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf (baik).) mengandung
perintah untuk menyeru kepada segala hal yang dianggap baik dalam syariat, baik
berupa perkataan maupun perbuatan.
Kata
وَأَعرِض عَنِ ٱلجَٰهِلِينَ (berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh)
mengandung perintah untuk bersabar dan berpaling dari orang-orang bodoh serta
memuliakan diri dengan tidak berdebat dengan mereka. Seorang penyair arab
berkata :
Jika
orang bodoh berbicara maka janganlah engkau menjawabnya,
Diam
itu lebih baik daripada menjawabnya,
Saya
bersikap diam terhadap seseorang yang bodoh,
Maka
dia mengira aku tak bisa menjawabnya padahal aku bukan tak bisa menjawabnya.
Sumber Akhlakul Karimah
Sumber
akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-buruk atau mulia dan tercela. Al-Quran
dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai dari akhlak
pribadi, keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal maupun
lingkungan pekerjaannya. Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, bukan
akal pikiran atau pandangan masyarakat, sebagaimana pada konsep etika dan
moral.[5] Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-buruk,
terpuji-tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah) menilainya
demikian. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah SAW
sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.
Dalam
Alquran, Allah SWT berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ
الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرً
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21).
Ibnu
katsir menerangkan bahwa ayat yang mulia itu merupakan dalil pokok yang paling
besar, yang menganjurkan kepada manusia yang beriman agar meniru Rasulullah SAW
dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Karena itulah Allah SWT
memerintahkan kepada kaum mukmin agar meniru sikap Nabi SAW dalam hal
kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti
jalan keluar dari Allah SWT. Semoga shalawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada
Rasulullah SAW sampai hari kiamat. Keluhuran akhlak Nabi SAW juga disebutkan
dalam ayat lainnya. Allah SWt berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ
عَظِيمٍ
Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4).
Akhlak
yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan seseorang.
Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang apa yang
paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau mengatakan:
تَقْوى اللَّهِ وَحُسْنُ
الْخُلُقِ
“Bertaqwa
kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah)
Salah
satu alasan diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT di Arab tidak lain untuk
membenahi akhlak masyarakat pada masa itu. Hal ini disebutkan dalam
hadits.
عَنْ أَبِي هُرَيرة
قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّمَا بُعِثتُ
لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ”.
Dari
Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik.
(HR. Ahmad 2/381)
Mengenai
akhlak Nabi SAW, Siti Aisyah radhiyallahu anha
menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Artinya:
Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.
Rasulullah
SAW sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada seorang pun dari
pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari istri (beliau), dan belum
pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali bila dalam berjihad di
jalan Allah. Baginda Nabi SAW juga tidak
pernah melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan kepada dirinya,
melainkan bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru melakukan
pembalasan dan itu hanyalah karena Allah SWT.
Juga
sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَخَالِقِ النَّاسَ
بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Pergaulilah
manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987
Pentingnya memiliki akhlakul karimah
Dalam
ajaran agama Islam, akhlakul karimah merupakan salah satu indikator dalam
menilai tingkat keimanan seorang umat. Hal tersebut sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW berikut ini:
تَقْوى اللَّهِ وَحُسْنُ
الْخُلُقِ
Artinya:
“Bertaqwa
kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah)
Selain
itu :
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ
إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya:
“Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR At-
Tirmidzi)
Dalam
hadits lain beliau bersabda :
“Sesungguhnya
yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat tinggalnya
denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR. Tirmidzi,
shahih)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ
فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
“Tidak
ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang mukmin pada
hari kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi)
Hadits
ini mengisyaratkan kepada kita bahwa seseorang mukmin berusaha untuk melakukan
amalan yang terbaik dengan timbangan yang terberat pada hari kiamat. Karena
kita sadar bahwa umur dan kemampuan kita untuk beramal sholeh terbatas, maka
Nabi mengarahkan kita untuk berakhlak yang mulia, karena akhlak mulia merupakan
amal ibadah yang sangat berat timbangannya pada hari kiamat.