Doa Menembus Langit Ada 3 (Tiga) Golongan
Ada
tiga golongan tersebut adalah pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia
berbuka, dan orang yang terzalimi. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, Rasulullah SAW bersabda bahwa tiga orang yang
doanya tidak tertolak oleh Allah SWT adalah pemimpin yang adil, orang yang
berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi. Allah SWT akan
mengangkat doa mereka di bawah naungan awan pada hari kiamat, dan pintu-pintu
langit akan dibukakan untuk mereka.
Pemimpin
yang adil adalah orang yang memimpin umat dengan keadilan dan kebijaksanaan,
menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati tanpa diskriminasi dan kepentingan
pribadi. Sedangkan, orang yang berpuasa sampai ia berbuka adalah orang yang
menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan sabar dan pengorbanan.
Terakhir,
orang yang terzalimi adalah orang yang mengalami perlakuan tidak adil atau
dianiaya. Doa orang yang terzalimi akan diangkat oleh Allah SWT, dan dia akan
mendapatkan keadilan pada akhirnya.
Hal
ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah
SAW bersabda, “Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang
yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi, Allah akan
mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan
dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan
menolongmu meski setelah beberapa saat.” (Hadis Hasan diriwayatkan oleh
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
"Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat.” (Hadis Hasan diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Penjelasan
Hadis
Hadits
ini menjelaskan tiga kelompok orang yang doanya tidak tertolak, yaitu: pemimpin
yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka, dan orang yang terzhalimi.
Kalimat
“Tiga orang yang doanya tidak tertolak” menjelaskan faktor-faktor dan ciri-ciri
orang yang doanya cepat terkabul, baik berdoa untuk diri sendiri maupun orang lain.
Faktor pengabulan doa disebabkan kebaikan yang melekat pada diri mereka, atau
karena ketundukan kepada Allah ketika berdoa. Para ulama hadis menjelaskan
bahwa penyebutan bilangan “tiga” tidak menunjukkan pembatasan jumlah tetapi
hanyalah keterangan di antara orang-orang yang doanya cepat terkabul.
Pertama: Pemimpin Yang Adil
Yang
dimaksud kalimat “pemimpin yang adil” adalah penguasa wilayah yang mengurusi
segala urusan manusia dan ia berlaku adil, mentaati perintah Allah dengan
meletakkan sebuah kebijakan sesuai tempatnya. Penyebutan “pemimpin yang adil”
didahulukan karena keumuman manfaat serta nilai kehadirannya berkaitan dengan
kepentingan publik dan hajat hidup rakyat.
Menurut
Ibn Mandhur dalam kamus Lisan Arab, adil adalah sesuatu yang hawa nafsu tidak
mempengaruhi untuk menyimpang/lalim dalam suatu keputusan. Adil merupakan
putusan dengan jalan yang benar atau memutuskan dengan benar (Lisanul Arab, XI:
430). Menurut Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, pemimpin yang adil ini adalah ia
yang mematahkan ‘duri’ orang-orang zalim dan pelaku kriminal. Ia menjadi
sandaran kaum dhuafa dan orang-orang miskin. Dengan kehadiran pemerintah yang
adil, urusan publik terselesaikan sehingga mereka merasa aman dan terjamin
jiwa, harta, dan nama baiknya.
Kedua: Orang Yang Berpuasa
Kalimat
“orang yang berpuasa sampai ia berbuka” meliputi orang-orang yang berpuasa
sunnah maupun wajib, khususnya puasa di bulan Ramadhan. Terkabulnya doa orang
yang berpuasa disebabkan kuatnya unsur kedekatan diri kepada Allah SWT,
mengosongkan jiwa dari perkara mubah dan godaan syahwat.
Ibadah
“lapar” tersebut menghasilkan kolaborasi kuat antara nilai-nilai ketuhanan dan
nilai-nilai kemanusiaan sehingga mereka terjaga dari perbuatan dosa dan
maksiat.
Oleh
karena itu, orang yang berpuasa hendaklah memanfaatkan moment berpuasa untuk
memperbanyak do’a dengan penuh keikhlasan dan ketundukan kepada Allah SWT
dengan keyakinan terkabulnya doa. Kalimat “sampai ia berbuka” menunjukkan masa
terkabulnya doa tidak terikat dengan waktu-waktu tertentu, tetapi detik-detik
waktu sepanjang berpuasa sejak terbit fajar sampai matahari terbenam merupakan
waktu mustajab.
Doa orang-orang yang berpuasa Ramadan dapat menjadi upaya batin guna melewati segala ujian dan cobaan. Allah yang menguji kualitas syukur dan sabar manusia dengan musibah, maka Dia pula yang mengangkatnya. Allah yang menguji manusia dengan rasa takut, maka Dia pula yang mengangkatnya. Manusia hanya berusaha secara lahir dan bathin, namun hasil usaha milik Allah semata. Untuk itu, umat Islam hendaklah menajamkan usaha dengan doa, karena tidak ada yang dapat menolak turunnya wabah atau melenyapkannya kecuali doa.
Dalam
sebuah hadis dari Salman al-Farisi, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak
ada yang dapat menolak qadha' kecuali doa, dan tidak ada yang dapat menambah
(kualitas) usia kecuali ketaatan.” (Hadis Shahih diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)
Berdoalah
selepas shalat, berdoalah selepas tilawah, berdoalah dalam munajatmu di malam
hari, berdoalah bersama keluarga setiap berbuka puasa dan sahur.
Karena Allah SWT memiliki sifat al Hayyu yang artinya malu, dimana Dia merasa malu jika hamba-Nya mengangkat kedua tangan seraya berdoa kepada-Nya namun Dia tidak mengabulkannya.
Dalam
sebuah hadits dari Salman al-Farisi, Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya
Allah Maha Pemalu. Maha Mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan)
mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa.”
(Hadis Shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Ketiga: Orang Yang Terzalimi
Kalimat “dan doa orang yang terzalimi” merupakan peringatan keras dan ancaman bagi para pelaku kezhaliman baik individu maupun kolektif. Doa orang teraniaya atau yang terzalimi termasuk salah satu doa yang mudah diijabah oleh Allah SWT. Berhati-hatilah, karena diantara dirinya dengan Allah tidak ada hijab. Sumpah, cacian dan kata-kata buruk adalah doa yang didengar Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
"Allah
tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh
orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS.
An-Nisa: 148)