POKOK-POKOK AJARAN WAHIDIYAH
1. DEFINISI (TA’RIF) AJARAN WAHIDIYAH.
Yang dimaksud dengan “AJARAN WAHIDIYAH” adalah Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah, yg diajarkan Mbah KH. Abdul Madjid Ma'ruf Qs wa Ra Mu'allif Sholawat Wahidiyah, didalam mengamalkan dan menerapkan tuntunan Rasulullah SAW mencakup bidang syariat, bidang haqiqat, meliputi penerapan iman, pelaksanaan Islam, perwujudan ihsan, dan pembentukan ahlaqul karimah.
2. Yang dimaksud dengan Pokok - Pokok Ajaran Wahidiyah adalah rumusan ajaran Wahidiyah dalam pokok-pokoknya yaitu :
LILLAH - BILLAH
ِلله ـ بِاللهِ
LIRRASUL - BIRRASUL
لِلرَّسُولْ ـ بِالرَّسُولْ
LILGHOUTS - BILGHOUTS
لِلْغَوثْ ـ بِالْغَوثْ
YUKTI KULLA DZI HAQQIN HAQQOH
يُؤْتِى كُلَّ ذِىْ حَقٍّ حَقَّهُ
TAKDIMUL AHAM FAL AHAM, TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’
تَقْدِيْمُ الأَهَمِّ فَالأَهَمُّ ثُمَّ الأَنْفَعُ فَالأََنْفَعُ
LILLAH - للهِ
LILLAH, artinya : Segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhubungan langsung kepada Allah wa Rasulihi SAW, maupun yang hubungan didalam masyarakat, bahkan dalam hubungan dengan sesama makhluk, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah atau mubah, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi Allah, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakan-nya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Allah dengan ikhlas tanpa pamrih !
LILLAHI TA’ALA!.
Baik pamrih ukhrowi, lebih-lebih pamrih duniawi.
Jadi hidup kita 100% harus kita curahkan untuk beribadah mengabdikan diri kepada Allah dengan disertai niat LILLAH tersebut, asal bukan perbuatan yang terlarang.
Perbuatan terlarang atau merugikan, seperti maksiat atau mungkarot sama sekali tidak boleh diniati ibadah LILLAH !.
Dan kita harus berusaha menjauhi dan menghindarinya. Didalam menjauhi dan menghindari itulah yang harus dengan niat ibadah LILLAH.
Demikian seterusnya didalam segala perbuatan apa saja. Termasuk makan, minum, bekerja, tidur, istirahat dan sebagainya.
IKHLAS TANPA PAMRIH : semata - mata karena dan untuk Allah. Tidak berarti menutup pintu harapan ingin terhadap pahala, surga dan sebagainya atau takut siksa neraka dan sebagainya.
Kita harus ingin kepada hal-hal yang baik yang menguntungkan dan harus takut kepada hal-hal yang buruk yang merugikan.
Akan tetapi di dalam kita ingin atau takut itulah yang harus kita niati ibadah LILLAH, sebab kita memang diperintah supaya berharap kepada pahala, surga dan lain-lain, dan supaya takut kepada siksa, neraka dan lain-lain.
Jadi amal-amal ibadah kita apa saja seperti sholat, puasa baca al-Qur’an, dzikir, baca shalawat, menolong orang dan lain sebagainya jangan sampai karena didorong oleh rasa ingin atau takut, melainkan didorong oleh pengabdian diri, niat ibadah kepada Allah dengan ikhlas tanpa pamrih.
DASAR / DALILNYA LILLAH
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ ( الذاريات : 56 )
1. Dan tiadalah AKU menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka beribadah (mengabdikan diri) kepadaKU. (QS. [51] adz-Dzariyat : 56)
وَمَآ أُمِرُوآ إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ( البينة : 5 )
2. Dan tidaklah mereka disuruh, melainkan supaya beribadah (mengabdikan diri) kepada Allah dengan ikhlas memurnikan ketaatan kepada-NYA. (QS. [98] al-Bayyinah : 5).
Jadi yang dimaksud “IBADAH” itu tidak hanya terbatas menjalankan syareat Islam seperti syahadat, sholat, puasa. zakat, haji, baca dzikir, baca Qur’an dan sebagainya saja. Melainkan seluruh bidang kehidupan kita, harus kita curahkan penuh 100 % untuk ibadah dengan menyertakan niat “LILLAH” dalam segala gerak hidup dan kehidupan kita ini seperti penjelasan LILLAH diatas. Bekerja, makan, minum, tidur dan sebagainya harus niat ibadah LILLAAHI TA’ALA.
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ : أَخْلِصِ الْعَمَلَ يُجْزِكَ مِنَ الْقَلِيْلِ (رواه أبو منصور والديلمى)
3. Bersabda Rasulullah SAW kepada Mu’adz bin Jabal : Ikhlaskanlah amalmu, maka amal ikhlas yang sedikit saja sudah memadai (mencukupi) bagimu. (HR. Abu Mansyur dan ad-Dailami)
KEBAIKAN DAN KEUNTUNGAN LILLAH
Allah Swt berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (النحل : ٩٧)
Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dan dia seorang mukmin, maka sungguh akan KAMI berikan kepadanya kehidupan yang baik? dan sungguh akan KAMI berikan balasan pahala mereka dengan balasan yang lebih baik? Daripada apa yang mereka kerjakan. (Qs. [16] an-Nahl : 97)
Rasulullah Saw bersabda :
طُوْبَى لِلْمُخْلِصِيْنَ أُوْلَئِكَ مَصَابِيْحُ الْهُدَى تَنْجَلِى عَنْهُمْ كُلَّ فِتْنَةٍ ظَلْمَآءُ (رواه أبو نعيم عن ثوبان)
Alangkah bahagianya orang-orang yang beramal dengan ikhlas. Mereka-mereka itulah sebagai lampu-lampunya petunjuk, dimana segala fitnah yang digambarkan sebagai kegelapan menjadi jelas bagi mereka. (HR. Abu Nu‘aim dan Tsauban).
KERUGIAN DAN KECAMAN TERHADAP YANG TIDAK LILLAH.
Allah Swt berfirman :
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (القصص : ٥٠)
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun? Sesungguhnya ALLAH tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dholim. (QS. [28] Al Qoshos : 50)
Orang yang tidak LILLAH, namanya LILGHOIRILLAH.
Berbuat tidak karena Allah melainkan karena selain Allah. Istilah Wahidiyah disebut LINNAFSI.
Berbuat atau beramal hanya karena menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsunya. Kelihatan tho’at hanya lahiriyah saja.
Sedang batinnya adalah menuruti hawa nafsunya, berarti dia diperalat oleh nafsunya.
Diperbudak oleh nafsunya. Dengan kata lain dia mengabdi atau menyembah kepada nafsunya sendiri. Orang yang beginilah yang termasuk golongan orang/ kaum yang dlolim yang tidak akan mendapat petunjuk dari Allah.
2. Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَايَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتغِىَ بِهِ وَجْهُهُ (رواه النسائى عن ابى أمامة ؛ حديث حسن صحيح)
Sesungguhnya Allah tidak menerima daripada amal kecuali amal yang sungguh-sungguh ikhlas (LILLAH) semata-mata mengharap ridlo-NYA. (Hadits shohih hasan yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dari Abi Umamah).
أَبْغَضُ إِلٰه عُبِدَ عِنْدَ اللهِ فِى الأَرْضِ هُوَ الْهَوَى (رواه الطبرانى عن أبى أمامة الباهلى)
Berhala sesembahan di bumi yang paling dimurkai dan dikecam oleh Allah adalah hawa nafsu. (HR. Thobroni dari Abi Umamah al-Bahili)
Kesimpulannya orang yang beramal ibadah hanya menuruti kemauan nafsunya, amal perbuatan apa saja berarti dia menyembah kepada nafsunya sendiri.
Dia adalah hamba daripada nafsunya, dia teralh memper-tuhan nafsunya, namun tidak merasa. Oleh karenanya, nafsu merupakan makhluk yang paling dimurkai oleh Allah, maka dengan sendirinya orang yang menjadi hamba nafsu itulah orang yang paling dimurkai Allah.
BILLAH ِ- ـ بِاللهِ
BILLAH : Dalam segala kehidupan, gerak gerik kita atau perbuatan atau tindakan apa saja lahir dan batin dimanapun dan kapanpun saja, supaya dalam hati senantiasa merasa bahwa yang menciptakan dan menitahkan serta menggerakkan itu semua adalah ALLAH MAHA PENCIPTA.
Jangan sekali-kali mengaku atau merasa bahwa kita mempunyai kemampuan sendiri. Ini mutlak, dalam segala hal supaya merasa begitu. Baik dalam keadaan tho’at maupun ketika maksiat, harus merasa BILLAH!. Tanpa kecuali!. ini harus kita sadari.
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ (الصافات : ٩٦)
1. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu sekalian dan apa yang kamu sekalian pembuat. (QS [37] As- Shoffat : 96).
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
2. Tiada daya dan kekuatan (sedikitpun) melainkan dengan titah Allah.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الإِيْمَانُ بِاللهِ (متفق عليه)
3. Dari Abi Dzarrin berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. Yaa Rasulullah, amal-amal apakah yang lebih utama ? Rasulullah SAW menjawab: “AL-IIMAANU BILLAH” : Sadar Billah. (Hadits Muttafaq ‘Alaihi)
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إلاَّ بِاللهِ (النحل : 127)
4. Bersabarlah kamu dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan (pertolongan) Allah. (QS. [16] An-Nahl : 127)
KEBAIKAN DAN KEUNTUNGAN SADAR BILLAH
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ (آل عمران : 101)
1. Dan barang siapa yang memegang teguh sadar BILLAH, maka sungguh ia telah diberi petunjuk dengan jalan yang lurus. (QS. [3] Ali Imron : 101)
أَلا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (الرعد : ٢٨)
2. Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. (QS. [13] Ar-Ro‘du : 28).
Yang dimaksud “DZIKRULLOH” dalam ayat diatas adalah dzikirnya hati. Atau hati selalu ingat kepada Allah. Orang yang sadar BILLAH pasti ingat kepada Allah, bahkan lebih daripada ingat. Sedangkan dzikrulloh dengan lisan belum tentu hatinya ingat kepada Allah.
رَكْعَةٌ مِنْ عَالِمٍ بِاللهِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ رَكعَةٍ مِنْ مُتَجَاهِلٍ بِاللهِ (رواه الشيرازى عن علي كرم الله وجهه - الجامع الصغير - )
3. Satu rokaat yang dikerjakan oleh orang yang sadar BILLAH itu lebih baik daripada seribu rokaat yang dikerjakan oleh orang yang bodoh (tidak sadar) BILLAH
Hadits tersebut adalah kalam khobar (pemberitahuan) tentang kebaikan orang yang sadar BILLAH yang diperbandingkan dengan orang yang bodoh (tidak sadar) BILLAH.
LILGHOUTS BILGHOUTS
Pengertian dan penerapannya, seperti LIRRASUL BIRRASUL dimuka. Jadi LILGHOUTS artinya, niat makmum/mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra (disamping niat Lillah dan Lirrasul).
Dan Bilghouts penerapannya, merasa dalam hati bahwa dalam segala tingkah laku kita yang diridloi Allah. Kita memperoleh jasa/berkah dari Ghoutsu Hadzaz Zaman RA (disamping sadar Billah dan Birrasul).
Jasa/berkah Ghoutsu Hadzaz Zaman yang dimaksud adalah berupa tarbiyah rohaniyah pendidikan rohani atau sorotan batin yang disebut “NADHROH”, suatu sirri dari sekian banyak sirri yang dikaruniakan Allah kepada beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Pada umumnya hanya para ahlul - bashoir dan ahlul kasyfi yang dikaruniakan Allah dapat melihat sirri-sirri tersebut.
Ahlul Bashoir adalah orang yang ahli mempunyai pandangan batin yang tajam karena jiwanya yang telah bersih-suci.
Dan ahlul kasyfi adalah orang yang dikaruniai keistimewaan oleh Allah dapat melihat perkara-perkara ghoib. Suatu ke Maha Besaran Allah yang dunia fikriyah dan dunia ilmiyah tidak mampu menjangkaunya.
Jadi tidak mudah terlihat oleh sembarang orang kebanyakan karena tertutup oleh tabir selubung ke Agungan Allah.
DASAR / DALIL-DALIL LILGHOUTS BILGHOUTS
وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ (لقمان: 15)
Dan ikutilah jalannya orang yang kembali kepada-Ku. (QS. [21] Luqman : 15).
Orang yang kembali kepada Allah, dengan kembali sepenuh-penuhnya kembali, lahir dan batinnya, terutama batinnya senantiasa ingat kepada Allah. Senantiasa berdepe-depe tadlarru’ kepada Allah, senantiasa menyerahkan segala-galanya, segala persoalan kepada Allah, menyerah bongkokan 100%. Dan senantiasa takholluq biakhlaaqillahi wa biakhlaaqi Rasulihi SAW. Dan sebagainya. Istilah Wahidiyah menerapkan 100% LILLAH BILLAH, LIRRASUL BIRRASUL yang paling sempurna. Orang yang seperti itu pada zaman sekarang tidak lain adalah Ghoutsu Hadzaz Zaman RA.
يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (التوبة : ١١٩)
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu sekalian beserta orang-orang yang benar. (QS. [09] At-Taubah : 119).
Yang dimaksud orang-orang yang benar dalam ayat ini, adalah orang-orang yang telah benar dalam i’tiqod, benar dalam aqidah, benar dalam ucapan dan benar dalam tindakan. Benar menurut pandangan Allah wa Rasuulihi SAW.
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (النحل : ٤٣)
Dan KAMI tidak mengutus sebelum Engkau (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang KAMI wahyukan kepada mereka; maka bertanyalah kamu sekalian kepada “ahludz dzikri” jika kamu sekalian tidak mengetahuinya. (QS. [16] An-Nahl : 43).
الْمُرَادُ بِأَهْلِ الذِّكْرِ الْعُلَمَاءُ بِاللهِ وَبِدِيْنِهِمْ الْعَامِلُوْنَ بِعُلُومِهِمْ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ (رسالة المعاونة ص : 13)
Yang dimaksud dengan “AHLUDZ - DZIKRI” adalah Ulama Billaah wa bidiinihim = orang yang sadar Billah dan menguasai hukum-hukum agama, yang mengamalkan ilmunya semata-mata hanya mengharap wajhallah/ridlo Allah (LILLAH). (Risalatul Muawanah hal. 13).
جَالِسُوا الْكُبَرَاءَ وَسَائِلُوا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوا الْحُكَمَاءَ (رواه الطبرانى عن أبى زحيفة)
Duduk bergaullah dengan Ulama Besar (Mujtahid / Mujaddid / Ghoutsu Hadzaz) dan bertanyalah kepada ulama dan bergaullah dengan para hukama / para ahli hikmah. (HR. Thobroni dari Abu Zuhaifah).
KEBAIKAN MENERAPKAN LILGHOUTS BILGHOUTS
لاَتَزَالُ أُمَّتِى بِخَيْرٍ مَا أَخَذُوا الْعِلْمَ عَنْ أَكَابِرِهِمْ (أخرجه أبو نعيم)
Umatku tidak hiliang-hilang (senantiasa) dalam kebahagiaan selama mereka memperoleh ilmu dari Ulama-ulama besar mereka. (HR. Abu Nu‘aim).
Ghoutsu Hadzaz Zaman senantiasa kita yakini adalah min akaabiril ulamaa. Bahkan satu-satunya, dan tidak ada duanya didalam setiap zaman dan zaman sekarang.
كُنْ مَعَ اللهِ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ إِلَى اللهِ إِنْ كُنْتَ مَعَهُ (خزينة الأسرار / نور البرهان : 48)
Besertalah kamu dengan Allah, jika tidak bisa besertalah dengan orang yang beserta dengan Allah. Oleh karena sesungguhnya ia dapat menyampaikan kamu kepada Allah jika engkau bergaul serta dengannya. (kitab Khazinatul Asrar dan kitab Nurul Burhan juz I hal 48).
قَلْبُ الْعَارِفِ حَضْرَةُ اللهِ وَحَوَاسُهُ أَبْوَابُهَا، فَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيْهِ بِالْقُرْبِ الْمُلاَئِمِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ.
Hatinya orang yang arif Billah itu merupakan Hadrotulloh dan panca inderanya sebagai pintu-pintunya Hadroh. Maka barang siapa mendekatkan diri kepada beliau dengan cara pendekatan yang serasi dengan kedudukan beliau, akan terbukalah baginya pintu-pintunya hadroh. (Dipersilahkan dan tinggal masuk). (kitab Jaamiul Ushuul hal. 48).
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : مَنْ قَلَّدَ عَالِمًا لَقِيَ اللهَ سَالِمًا
Rasulullah Saw bersabda : Barang siapa mengikuti orang alim, maka dia akan berjumpa dengan Allah dengan selamat.
Yang dimaksud “ALIMAN / orang alim” disini, adalah orang yang Alim Billaah wabi ahkaamihi. Orang yang sadar Billah dan menguasai hukum-hukum Allah. Menguasai dalam arti faham betul hukum-hukum Allah, dan dipraktekkan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain / masyarakat umum.
KERUGIAN ORANG YANG TIDAK MENERAPKAN LILGHOUTS BILGHOUTS
قَالَ دَاوُدُ بْنُ مَاخَلاَ: مَنْ دَخَلَ الدُّنْيَا وَلَمْ يُصَادِفْ رَجُلاً كَامِلاً يُرَبِّيْهِ خَرَجَ مِنْهَا مُتَلَوِّثًا بِالْكَبَائِرِ وَإِنْ كَانَ بِعِبَادَةِ الثَّقَلَيْنِ. (تقريب الأصول)
Berkata Syekh Dawud bin Makhola didalam Kitab Taqriibul Ushuul Barang siapa memasuki dunia ini tidak menemukan seseorang laki-laki yang kaamil, yang membimbingnya kearah kesadaran kepada Allah, dia akan keluar dari dunia (meninggal dunia) berlumuran dosa besar, sekalipun ibadahnya sebanyak ibadahnya bangsa jin dan manusia. (kitab Taqribul Ushul)
Al Faatihah............................................................................... 1 x
Yaa Syafi’al Kholqis Sholaatu Wassalam........................... dst. 3 x
Yaa Sayyidii Yaa Rasuulallah.................................................. 7 x
Yaa Ayyuhal Ghoutsu Salaamulloh.................................... dst. 3 x
Al Faatihah............................................................................... 1 x
HAL YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQOH
DAN TAQDIMUL AHAM FAL AHAM
TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’
YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQOH :
Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak. Mengutamakan kewajiban daripada menuntut hak. Contoh : suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang istri, tanpa menuntut haknya dari sang istri. Dan istri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami, tanpa menuntut haknya dari sang suami. Anak harus memenuhi kewajibannya terhadap orang tua, tanpa menuntut haknya dari orang tua. Dan orang tua supaya memenuhi kewajibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak. Dan sebagainya. Sudah barang tentu jika kewajiban dipenuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa diminta.
TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’
Mendahulukan yang paling penting, kemudian yang paling besar manfaatnya. Jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya bersama-sama, maka harus kita pilih yang paling aham, paling penting kita kerjakan lebih dahulu. Jika sama-sama pentingnya, kita pilih yang lebih besar manfaatnya. Untuk dapat menetapkan pilihan aham dan anfa’ secara tepat perlu kita perhatikan sebagai pedoman yaitu bahwa segala hal yang berhubungan dengan Allah wa Rasuulihi SAW, terutama yang wajib pada umumnya harus kita pandang aham - paling penting; dan hal-hal yang manfaatnya dirasakan juga oleh orang lain lebih-lebih masyarakat banyak, maka harus kita pandang “ANFA” - lebih besar manfaatnya. Dikatakan pada umumnya, oleh karena tidak mutlak. Artinya, mungkin adanya suatu hal yang baru (‘aridl) atau karena situasi dan kondisi maka dalam prakteknya bisa menyimpang dari pedoman tersebut.
Dalil-dalil yang hubungan Yukti Kulladzi Haqqin Haqqoh, antara lain:
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولاً (الإسراء : ٣٤)
1. Dan penuhilah janji/kewajiban karena sesungguhnya janji / kewajiban itu pasti dimintai pertanggungjawaban (termasuk besok diakhirat). (QS. [17] al-Isro’ : 34).
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأََمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (النساء : ٥٨)
2. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu sekalian supaya menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menjalankannya dengan adil. (QS. [04] an-Nisa’ : 58).
الْعَدْلُ هُوَ أَنْ يُعْطِيَ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ (إحياء 3 ص : 315)
3. Yang disebut adil ialah memberikan segala hak (memenuhi kewajiban) kepada yang mempunyai hak. (kitab Ihya Ulumuddin juz III - 315)
إِنَّ اللهَ أَعْطَى كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ (رواه ابن ماجه عن أنس بن مالك بإسناد صحيح)
4. Sesungguhnya Allah itu memberikan segala hak kepada yang mempunyai hak. (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik dengan sanad yang shohih).
DALILNYA TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ (قاعدة أصول الفقه)
Mencegah kerusakan didahulukan dari pada menarik kemaslahatan. (Qo‘idah Ushuul Fiqih).
Ada lagi semacam “Doktrin akhlaq”:
مُرَاعَةُ الأَدَبِ مُقَدَّمٌ عَلَى امْتِثَالِ الأَوَامِرِ
Memelihara adab didahulukan dari pada menjalankan berbagai macam perintah.
Di dalam al-Qur’an Allah Swt berfirman :
فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ (النساء : ١٠٣)
Maka apabila hati kamu sekalian sudah tenang (aman) maka dirikanlah sholat ....... (QS. [04] an-Nisa’ : 103).
AL FAATIHAH !
Sumber Referensi : Kuliah Wahidiyah - Bogor, 6 Agustus 2015 - Posted by AHMAD DIMYATHI, S. Ag at 12:05 AM
Ditulis ulang dalam artikel blogger oleh Kanti Suci Project