WALIYULLAH
Waliyullah merupakan orang-orang Islam yang dekat dengan Allah karena keimanan dan ketakwaannya. Mereka tak pernah bersedih hati atas kesusahan dalam kehidupan dunia, karena yang menjadi tujuan mereka hanyalah akhirat.
Waliyullah selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari Kitab Minhajul Muslim oleh Syekh Abu Bakar Jabir Al Jazairi dijelaskan bahwa permintaan wali Allah pasti akan dipenuhi.
Jika mereka meminta pertolongan kepada Allah, pasti akan ditolong. Jika mereka meminta perlindungan, Allah pun akan melindungi mereka.
Wali Allah atau waliyullah artinya orang-orang yang memiliki karomah dan kabar gembira di dunia serta akhirat. Setiap mukmin yang bertakwa adalah wali Allah. Hanya saja, tingkatan setiap mukmin yang termasuk waliyullah berbeda, tergantung pada ketakwaan dan keimanan mereka.
MAKNA WALIYULLAH
Wali Allah yang utama adalah para nabi dan rasul ulul azmi. Rasul terakhir yang paling utama dan merupakan wali Allah adalah Nabi Muhammad SAW.
Namun, saat ini banyak orang salah kaprah tentang wali Allah. Pemahaman yang berkembang di masyarakat yakni wali itu adalah orang dengan kemampuan sakti ataupun ilmu hitam yang tentu saja keluar dari syariat agama.
Padahal, seorang wali Allah memiliki tauhid yang sempurna, tidak ada lagi dalam hatinya kecintaan selain kepada Allah. Tiada lagi rasa nikmat melainkan dengan melaksanakan perintah Allah.
Siapa saja yang mengaku cinta kepada Allah, tetapi tidak menyontoh sikap Rasulullah SAW, dia bukanlah wali Allah. Sekalipun banyak orang yang menyangka bahwa itu wali Allah, padahal mereka bukan.
TANDA-TANDA SEORANG WALIYULLAH
Dirangkum dari buku Bekal-Bekal Menjadi Kekasih Allah oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, berikut tanda-tanda seorang waliyullah :
1. Tidak memikirkan urusan rezeki.
Seorang waliyullah tidak pernah pusing memikirkan rezeki. Ia sepenuhnya percaya bahwa rezeki setiap orang telah diatur oleh Allah SWT.
2. Tidak mengeluh ketika sakit.
Para waliyullah tidak mengeluh dalam kondisi apapun termasuk ketika sedang sakit. Ia hanya mengingat Allah SWT dan meyakini bahwa penyakit merupakan ujian dari-Nya.
3. Makan bersama-sama.
Seorang waliyullah tak akan tega makan sendirian. Ia akan mengajak setiap orang yang berada di sekitarnya untuk makan bersama. Seorang waliyullah tak akan membiarkan orang lain kelaparan sementara dirinya dalam keadaan kenyang.
4. Tidak dendam.
Para wali Allah dikenal karena kebaikan hatinya. Meskipun mereka disakiti, seorang waliyullah akan selalu memaafkan orang yang pernah menyakiti mereka.
5. Mudah menangis jika takut.
Seorang waliyullah akan menangis ketika merasa takut. Perasaan takut muncul karena seorang waliyullah khawatir tidak mendapatkan ridho dari Allah SWT.
CIRI-CIRI WALI ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
Para pembaca artikel blogger ini yang dimuliakan oleh Allah Swt, belakangan ini fenomena wali mulai menjamur di tengah-tengah kita. Secara etimologi wali adalah lawan dari aduwwu (musuh) dan muwâlah lawan dari muhâdah (permusuhan). Dengan demikian wali-wali Allah Swt adalah orang yang mendekat dan menolong agama Allah Swt, atau orang yang didekati atau orang yang ditolong oleh Allah Swt.
Hampir di setiap kota-kota bahkan pelosok-pelosok negeri kita ini memiliki walinya masing-masing. Hal ini bisa terjadi karena pemahaman sebagian masyarakat bahwa wali Allah Swt itu adalah orang-orang yang memiliki kekhususan-kekhususan yang tidak dimiliki oleh orang biasa pada umumnya. Hal tersebut berupa hal-hal yang ajaib atau aneh bagi akal sehat, yang sering disebut oleh masyarakat sebagai karomah para wali. Sehingga apabila ada seseorang yang memiliki ilmu syar’i begitu luasnya disertai dengan pengamalan-pengamalan yang begitu khusyuknya, namun apabila tidak memilki suatu kekhususan ini, maka orang ini masih tidak bisa dipandang sebagai wali Allah Swt. Sebaliknya, meski seseorang itu tidak memiliki ilmu syar’i sama sekali, bahkan kerap kali melanggar perintah Allah Swt dan meninggalkan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim, akan tetapi dia mampu menunjukkan sesuatu yang ajaib di luar nalar akal sehat manusia, maka orang tersebut bisa dianggap sebagai wali Allah Swt.
Hal ini bisa terjadi karena sejak kecil kaum muslimin di negeri yang kita cintai ini sudah diberi pengajaran yang keliru tentang wali-wali Allah Swt. Terlebih hal ini ditunjang oleh sarana-sarana elektronik semisal telivisi yang mempertontonkan kesaktian wali-wali yang bisa terbang, bisa berjalan di atas air, dan bisa melakukan hal-hal ajaib lainnya. Maka tontonan semacam ini menjadi mindset yang tertanam di setiap pola fikir kaum muslimin hingga dia dewasa bahkan sampai usia senja.
Pemahaman sebagian masyarakat yang seperti demikian sungguh sangat berbahaya bagi aqidah kaum muslimin. Karena tak sedikit kaum muslimin yang takjub dengan hal tersebut dan berusaha untuk mempelajari ilmu kewalian itu. Dikatakan berbahaya bagi aqidah kaum muslimin adalah karena kebanyakan orang-orang yang mengaku sebagai wali ini ternyata mereka bersekutu dengan jin saat melakukan aksi ajaibnya tersebut. Sehingga kaum muslimin yang telah terlanjur takjub dengan keajaiban-keajaiban tersebut sudah tidak lagi mempertimbangkan aspek-aspek kesyirikan yang dapat membatalkan keislamannya tatkala mempelajari ilmu tersebut. Yakni bersekutu dengan jin dalam memohon pertolongan, bantuan, dan lain-lain yang seharusnya hal tersebut hanyalah dihadapkan kepada Allah Swt semata. Padahal hakikatnya karomah para wali Allah Swt itu tidaklah dapat dipelajari. Sebagaimana kata seorang alim yakni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwa “karomah wali adalah sebuah pemberian dari Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yang shalih tanpa ia bersusah payah darinya. Berbeda dengan seorang yang menggunakan ilmu hasil dari persekutuannya dengan syaitan, maka ia akan bersusah payah untuk melakukannya”.
Adapun ciri-ciri wali Allah yang benar telah Allah Swt kabarkan sendiri dalam kitab-Nya yang mulia, yakni al-Qur’an petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, juga telah disabdakan oleh Rasulullah yang mulia dalam sunnah-sunnahnya yang agung. Sehingga sudah selayaknya dan semestinya kaum muslimin mencoba untuk mempelajari ciri-ciri wali Allah Swt dari 2 sumber petunjuk yang meluruskan ini.
Untuk menjadi wali Allah Swt, seseorang itu haruslah mencintai dan dicintai oleh Allah Swt. Lalu bagaimana cara seseorang itu bisa mendapatkan kecintaan Allah Swt? Di dalam al-Qur’an Allah Swt berfirman yang artinya, “katakanlah (hai Muhammad), jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintaimu…” (Q.S. Ali Imran [3]: 31).
Ayat ini menerangkan bahwasannya syarat pertama seorang itu untuk bisa menjadi walinya Allah Swt adalah ia mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah ` selama hidupnya dengan istiqomah. Karena dengan mengikuti jalan hidup Rasulullah lah cinta Allah Swt dapat ia miliki. Sehingga menjadi mustahil seseorang yang meninggalkan syariat nabi Muhammad Saw dapat memiliki karomah wali Allah Swt. Adapun ciri berikutnya terdapat dalam surat al-Mâidah yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa dari kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras kepada orang-orng kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui”. (Q.S. al-Mâidah [5]: 54).
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa orang-orang yang dicintai Allah itu adalah orang-orang yang bersikap lemah lembut sesama kaum mukminin, dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir, bukan sebaliknya, justru dekat dan loyal dengan orang-orang kafir dan keras lagi kasar kepada sesama muslim. Seorang yang bisa mendapat kecintaan Allah juga berjihad di jalan Allah Swt. Bukan seperti pandangan sebagian masyarakat kita yang menganggap jika seseorang itu masih jihad maka dia gugur dikategorikan sebagai wali Allah Swt. Pemahaman ini sungguh jauh dari kebenaran, karena Nabi Muhammad ` dan para sahabat-sahabatnya yang mulia tidak pernah meninggalkan jihad tatkala telah terpenuhi panggilan jihad tersebut, justru pada masa Nabi `,, barangsiapa yang meninggalkan jihad tanpa udzur syar’i, maka dia dikatakan munafik.
Dari ayat tersebut juga dapat diketahui bahwa wali-wali Allah Swt itu adalah orang-orang yang tidak takut dengan celaan orang-orang yang pencela. Selama dia berada dalam syariat Islam yang mulia ini, maka tiada ketakutan dan kesedihan di dalam hatinya.
Kemudian wali-wali Allah itu juga memiliki ciri berikut, yakni disebutkan dalam Qur’an yang mulia yang artinya, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada ketakutan dan tiada pula dia bersedih (hati). (Yaitu) orang-prang yang beriman dan selalu bertaqwa keapada Allah”. (Q.S. Yunus [10]: 62-63). Dari ayat di atas, maka dapat kita pahami bahwa ciri dari wali Allah Swt itu adalah dia tidaklah takut dengan sesuatu yang akan menimpanya dan dia tidaklah bersedih dengan apa-apa yang telah menimpa dirinya, dan dia adalah orang-orang yang selalu menjaga ketaqwaannya dan keimanannya kepada Allah Swt.
Dari ayat-ayat yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya, maka dapat kita jumpai dengan terang bahwasanya wali-wali Allah itu adalah orang-orang yang ittiba (mengikuti) Sunnah Rasulullah `, lemah lembut kepada sesama mukmin, namun tegas lagi keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah Swt, tidak takut terhadap celaan si pencela, tidak ada rasa takut dan sedih dalam hatinya terhadap segala ketetapan Allah Swt, dan yang selalu menjaga keimanan serta ketaqwaannya kepada Allah Swt.
Wahai kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah Swt, bagaimana mungkin seseorang yang mengaku wali itu bisa meninggalkan shalat, sedangkan Nabi ` dan para sahabat tidak meninggalkannya meski tengah dalam keadaan perang terluka dan berdarah-darah. Bagaimana mungkin seorang wali itu tega meninggalkan syariat Nabi Muhammad `, sedangkan Rasulullah ` selalu memegang syariat Allah ini sampai akhir hayatnya, bahkan beliau sampai menangis khawatir kalau umat ini sudah tidak lagi memperdulikan hukum-hukum Allah yang tertuang dalam al-Qur’an yang mulia dan sunnah-sunnahnya yang shahih.
Dengan demikian para wali-wali Allah itu tidaklah melepaskan diri dari syariat Nabi Muhammad `. Bahkan wali-wali Allah Swt itu adalah orang-orang bertaqwa yang sangat memegang teguh syariat Allah dan Rasul-Nya. Sehingga barangsiapa yang mengaku sebagai wali Allah namun tidaklah memiliki sifat-sifat tersebut, maka dia adalah seorang pendusta. Allahu musta’an
WALIYULLAH MENURUT AL QUR'AN
Wali Allah SWT dalam Al Quran ternyata menjadi salah satu topik yang kerap dipertanyakan netizen. Dikutip dari situs Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam UII, wali Allah kerap identik dengan mereka yang memiliki karomah.
"Al Quran menjelaskan wali Allah adalah orang yang mendekat dan menolong agama Allah SWT, atau orang yang didekati atau orang yang ditolong Allah SWT," ujar penulis Anas Ahmad Rahman yang saat itu menjadi mahasiswa Magister Ilmu Agama Islam (MIAI) UII.
Karomah yang dimiliki para wali Allah SWT adalah anugerah dari Tuhan untuk hambaNya. Pada hakikatnya karomah para wali Allah SWT itu tidaklah dapat dipelajari. Karomah atau kelebihan para wali Allah sempat dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
"Karomah wali adalah sebuah pemberian dari Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang shalih tanpa ia bersusah payah darinya. Berbeda dengan seorang yang menggunakan ilmu hasil dari persekutuannya dengan syaitan, maka ia akan bersusah payah untuk melakukannya," ujar penulis mengutip Ibnu Taimiyah.
Al Quran telah menjelaskan wali Allah SWT dalam ayat-ayatnya. Dengan penjelasan ini diharapkan masyarakat tak lagi bingung terkait sosok wali allah SWT.
Ayat Al Quran yang menjelaskan wali Allah adalah :
1. Ali 'Imran ayat 31
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Qul ing kuntum tuḥibbụnallāha fattabi'ụnī yuḥbibkumullāhu wa yagfir lakum żunụbakum, wallāhu gafụrur raḥīm
Artinya : "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
2. Al-Maidah ayat 54
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Yā ayyuhallażīna āmanụ may yartadda mingkum 'an dīnihī fa saufa ya`tillāhu biqaumiy yuḥibbuhum wa yuḥibbụnahū ażillatin 'alal-mu`minīna a'izzatin 'alal-kāfirīna yujāhidụna fī sabīlillāhi wa lā yakhāfụna laumata lā`im, żālika faḍlullāhi yu`tīhi may yasyā`, wallāhu wāsi'un 'alīm
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui."
3. Yunus ayat 62 dan 63
62. أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
63. ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ
62. Alā inna auliyā`allāhi lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn
63. Allażīna āmanụ wa kānụ yattaqụn
Artinya :
62. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
63. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
Ayat-ayat tersebut, tiap muslim juga bisa mempelajari ciri-ciri dan karakter seorang wali Allah SWT. Sifat ini bisa jadi bahan untuk terus belajar menjadi orang yang lebih baik.
Karakter dalam Al Quran yang menjelaskan wali Allah adalah :
1. Orang-orang yang ittiba (mengikuti) Sunnah Rasulullah
2. Lemah lembut kepada sesama mukmin
3. Tegas terhadap orang-orang kafir
4. Berjihad di jalan Allah SWT
5. Tidak takut terhadap celaan si pencela
6. Tidak ada rasa takut dan sedih dalam hatinya terhadap segala ketetapan Allah SWT
7. Selalu menjaga keimanan serta ketaqwaannya kepada Allah SWT.
8. Wali Allah SWT tidak identik dengan mereka yang bisa jalan di air, terbang, atau punya kelebihan lain. Al Quran menjelaskan wali Allah adalah mereka yang selalu berusaha dekat dengan Allah SWT dan menjalankan sunnah nabinya.
Mutiara Hikmah :
Jika kalian melihat seseorang berjalan di atas air dan terbang di atas udara, maka janganlah terpedaya olehnya sampai kalian menimbang perkaranya di atas al-Qur’an dan as-Sunnah. (Imam Syafi’i)
Kanti Suci Project