Body Shaming Dalam Pandangan Umum Dan Islam
Dalam Oxford Living mendefinisikan Body Shaming merupakan bentuk tindakan mengejek atau menghina dengan cara mengomentari bentuk atau ukuran tubuh dan penampilan seseorang. Body Shaming sering kali dilakukan di lingkungan sekitar, baik dilakukan kepada diri kita sendiri maupun orang lain.
Menurut International Journal of Community Medicine and Public Health Body shaming adalah suatu bentuk perbuatan mengomentari atau mengkritik fisik diri sendiri maupun orang lain dengan cara atau makna yang negatif. Tindakan ini misalnya mengatakan kalau fisik seseorang terlalu kurus, pendek, gemuk, atau tinggi.
Sebenarnya, body shaming tak ubahnya seperti kamu melakukan tindakan bullying atau perundungan dalam bentuk verbal. Tidak hanya membuat seseorang mengalami penurunan rasa percaya diri, perbuatan ini juga bisa membuat korban merasa malu dan menarik diri karena bentuk fisik mereka.
Body shaming dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang tinggi dan gejala depresi. Menurut psikolog bahwa, individu yang secara terus-menerus dikritik atau diejek tentang penampilan fisik mereka cenderung mengembangkan rasa cemas, perasaan malu yang berkelanjutan, dan bisa rentan terhadap gangguan kecemasan atau depresi.
Pandangan Islam jelas, Body Shaming itu masuk kategori haram karena bisa merusak persaudaraan. Bukankah kita harus saling menghormati. Memang manusia di dunia ini tidak ada yang sama dari sisi penciptaan, minimal sidik jarinya beda. Orang yang mirip identik sekalipun, secara fisik tidak sama persis.
Terdapat beberapa hadits tentang menghina fisik orang lain. Menghina fisik orang lain (body shaming) merupakan perbuatan tercela yang harus dijauhi setiap Muslim.
Menghina fisik seseorang merupakan salah satu bentuk sikap sombong. Allah SWT melarang dengan tegas setiap Muslim untuk mengejek atau menghina fisik orang lain. Larangan itu tercantum dalam Surat Al Hujurat ayat 11 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ١١
yâ ayyuhalladzîna âmanû lâ yaskhar qaumum ming qaumin ‘asâ ay yakûnû khairam min-hum wa lâ nisâ'um min nisâ'in ‘asâ ay yakunna khairam min-hunn, wa lâ talmizû anfusakum wa lâ tanâbazû bil-alqâb, bi'sa lismul-fusûqu ba‘dal-îmân, wa mal lam yatub fa ulâ'ika humudh-dhâlimûn
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.
Tafsir Wajiz / Tafsir Tahlili
Setelah Allah menerangkan bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara, ayat ini menjelaskan tuntunan agar persaudaraan itu tetap terjaga. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum, yakni kelompok pria, mengolok-olok kaum, yakni kelompok pria yang lain karena boleh jadi mereka yang diperolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olokkan perempuan lain karena boleh jadi perempuan yang diperolok-olokkan lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dengan ucapan, perbuatan atau isyarat, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang dinilai buruk buruk oleh orang yang kamu panggil itu sehingga menyakiti hatinya. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk fasik setelah iman. Yakni seburuh-buruk panggilan kepada orang-orang mukmin adalah bila mereka disebut orang-orang fasik sesudah mereka dahulu disebut sebagai golongan yang yang beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, setelah melakukan kefasikan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim kepada diri sendiri dan karena perbuatannya itu maka Allah menimpakan hukuman atasnya.;
Hadits tentang Menghina Fisik Orang Lain
Tak hanya dalam Al-Quran, larangan menghina dan mengolok-olok juga dijelaskan dalam beberapa hadits. Hadits-hadits tersebut berisi tentang larangan serta dosa yang akan didapat jika menjelek-jelekkan orang lain.
Dirangkum dari buku Hadits-Hadits Pendek Mudah DI hafal, berikut beberapa hadits menghina orang lain :
1. Hukum Menghina Seseorang - HR Muslim
Hukum menghina seseorang tercatat dalam hadits riwayat Muslim. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Setiap Muslim atas Muslim lain adalah haram darah, harta, dan kehormatannya”.
Hadits tersebut menegaskan bahwa setiap Muslim dilarang untuk saling membunuh, merugikan, mencaci maki, atau mengolok-olok.
2. Menghina adalah Bentuk Kesombongan - HR Muslim.
Menghina fisik orang lain merupakan bentuk kesombongan. Ini dijelaskan Rasululalh SAW dalam hadits shahih Muslim. “Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
Sombong termasuk dalam penyakit hati yang paling dibenci Allah SWT. Orang yang memiliki penyakit di dalam hatinya akan merasa dirinya lebih baik daripada orang lain, sehingga tidak segan untuk menghina dan merendahkannya.
3. Larangan Menghina dengan Isyarat - HR Abu Dawud .
Larangan menghina fisik seseorang tak hanya berlaku secara lisan, tetapi juga perbuatan. Contoh menghina seseorang lewat perbuatan adalah tersenyum sinis, tatapan mata merendahkan, atau meniru-niru cacat seseorang.
Diriwayatkan dari Aisyah RA: “Aku meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau berkata, ‘Saya tidak suka meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang walaupun saya mendapatkan sekian dan sekian’.”
4. Dosa Menghina Fisik - At-Tirmidzi
Menghina fisik seseorang terutama yang dimuliakan oleh Allah merupakan dosa besar. Dalam hadits riwayat At Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW menjelaskan enam golongan orang yang akan mendapat laknat Allah. Salah satunya adalah penguasa yang berbuat batil dan menghina orang-orang telah Allah muliakan.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Ada enam golongan manusia yang Allag, aku, dan para nabi melaknat mereka, yaitu orang yang menambah-nambah sesuatu dalam agama Allah, orang yang mendustakan takdir Allah, orang yang diberi kekuasaan lalu menghina orang yang Allah muliakan dan memuliakan orang yang Allah hinakan, orang yang meninggalkan sunnahku, serta orang yang menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan”.
Kanti Suci Project