KEPASTIAN RIZKI YANG TELAH DIJAMIN OLEH ALLAH SWT
(Fatwa dan Amanat/ Pengajian Kitab Al- Hikam dan Kuliah Wahidiyah Ahad Pagi -oleh Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef - Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA, Alghouts Fii Zamanihi).
AL HIKAM 1 HAL 7
ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ
اِجْتِهَادُكَ فِيمَا ضُمِنَ لَكَ، وَ تـَقْصِيْرُكَ فِيمَا طُلِبَ مِنْكَ، دَ لِيلٌ عَلَى انـــْطِمَاسِ الْــبَصِيْرةِ مِنْكَ
(Kegiatanmu mengusahakan apa-apa yang telah dijamin Alloh bagimu, (yaitu rizkimu), disamping keteledoranmu dan kenggelonjomanmu melaksanakan apa-apa yang dikehendaki (diamanatkan) Alloh kepadamu, itu menunjukan butanya mata hatimu)
Rizki yang dijamin Alloh adalah kebutuhan yang fital dan pokok. Artinya kalu tidak mendapat rezki itu menjadi sebab manusia dan makhluk hidup lainnya mati, tidak hidup. Seperti tersebut dalam Al-Qur’an surat Al-'Ankabut - ayat 60.
وَكَاَيِّنْ مِّنْ دَاۤبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَاۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ٦٠
wa ka'ayyim min dâbbatil lâ taḫmilu rizqahallâhu yarzuquhâ wa iyyâkum wa huwas-samî‘ul-‘alîm
(Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat membawa mengurus rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui)
Berusaha soal rezki jika sampai meneledorkan kewajiban-kewajiban terhadap Alloh SWT, sampai mengurangi amal-amal ibadah yang melancarkan jalan kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW, terkecam !.
Ini membuktikan mata hati yang buta. Buta terhadap Alloh SWT, itu baru usaha rezki yang pokok yang sangat dibutuhkan. Lebih-lebih kalau berusahan melebihi dari itu, lebih terkecam, malah dalam syari’at dilarang berlebih-lebihan, isrof. Tidak boleh.
Itu tadi semua jika berusahanya tidak didasari dengan niat LILLAH. Menurut istilah Wahidiyah, disamping kesadaran BILLAH, yaitu bahwa yang mengerakkan usaha itu adalah atas titah ALLOH !, maka usaha soal rezki baik kebutuhan ysng pokok maupun kebutuhan yang lain-lain asal didasari LILLAH-BILLAH dan LIROSUL-BIRROSUL seperti ajaran Wahidiyah, itu sudah menjadi persoalah. Sebab dengan begitu otomatis berarti melakukan amal-amal ibadah yang akan membawa pendekatan diri kepada Alloh SWT wa Rosuluihi SAW.
Disamping itu otomatis menurut perhitungan asal betul –betul tepat LILLAH-BILLAH, LIROSUL-BIRROSUL tidak mungkin sampai teledor dan nggelonjom melaksanakan amanat atau kehendak atau perintah Alloh SWT. Secara umum amanat atau kehendak atau perintah Alloh menciptakan bangsa manusia dan bangsa jin di dunia ini tidak lain supaya mengabdikan diri kepada –NYA.
Seperti berulang kali kita baca, kita dengar, kita bahas, yaitu seperti firman Alloh dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦
wa mâ khalaqtul-jinna wal-insa illâ liya‘budûn
(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi diri kepada-Ku)
Para hadirin hadirot, mari kita koreksi keadaan haria kita masing-masing, apakah kita termasuk orang yang ngoyo istilah orang jawa dalam usaha ekonomi dan disamping itu teledor didalam melaksanakan “liyakbuduuni”, ataukah kita betul-betul sudah tepat LILLAH-BILLAH dan LIRROSUL-BIRROSUL.
Kita para hadirin hadirot ?, mari kita koreksi diri kita masing-masing !, yang belum tepat pengalaman harian kita yang sudah-sudah berarti dosa !. mari kita taubat selagi masih ada kesempatan, dan kemudian beri berusaha untuk meningkat dalam segala bidang !, meningkat Kesadaran kita Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW !. mari para hadirin hadirot, kita bersungguh-sungguh menaruh perhatian yang sebanyak-banyaknya soal ini.
Al Faatihah .....