ASAL MULA NUSWANTORO
(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ)
Bismillahirrahmanirrahim
Artinya
:
"Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ
بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ
لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ
اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
١١
lahû
mu‘aqqibâtum mim baini yadaihi wa min khalfihî yaḫfadhûnahû min amrillâh,
innallâha lâ yughayyiru mâ biqaumin ḫattâ yughayyirû mâ bi'anfusihim, wa idzâ
arâdallâhu biqaumin sû'an fa lâ maradda lah, wa mâ lahum min dûnihî miw wâl
Artinya
:
“..Sesungguhnya
Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768]
yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia.(Q.S Ar-Ra’d: 11)
۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ
نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا
وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ ٢٧
watlu
‘alaihim naba'abnai âdama bil-ḫaqq, idz qarrabâ qurbânan fa tuqubbila min aḫadihimâ
wa lam yutaqabbal minal-âkhar, qâla la'aqtulannak, qâla innamâ yataqabbalullâhu
minal-muttaqîn
Artinya
:
Bacakanlah
(Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya.
Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya
(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata,
“Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah
hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.
Berawal
dari kisah Kobil dan Habil yang merupakan keturunan langsung dari Nabi Adam AS
maka proses penyebaran penduduk bumi ini yang disebut sebagai khalifah telah
melalui proses yang sangat panjang sekali (Q.S Al Maidah : 27)
Tetapi
dari cerita di atas ternyata ada sebuah kisah dan hikmah yang nyaris tidak
pernah dipublikasikan kepada umum dikarenakan sumbernya yang masih berdasarkan
cerita turun temurun dari nenek moyangnya.
Alkisah
dahulu kala Nabi Adam AS beserta Hawa setiap melahirkan anak yang selalu
“kembar” laki-laki dan perempuan.
Hingga
akhirnya dari 3 anak laki-lakinya (beserta istrinya ; dengan cara kimpoi silang
antar saudara) tersebut diperintahkan untuk mengisi masing-masing negeri yang
masih kosong.
Satu anaknya yang pertama mendiami daratan Afrika.
Satu anaknya yang kedua mendiami daratan Arabia.
Dan yang ketiga mendiami daratan Asia (tanah Jawa).
Dalam
kisah tersebut diceritakan bahwa diantara anaknya yang paling “CERDAS” itu
tiada lain bernama Nabi Sis AS ditunjuk untuk menempati daerah yang disebut
sebagai tanah Jawi.
Beliau
inilah yang merupakan cikal bakal nenek moyang kita yang diturunkan di tanah
JAWA ini.
Sebagai
seorang Nabi beliau selalu mengemban tugas untuk saling memperingatkan kaumnya
satu dengan yang lainnya untuk saling berbagi rezeki dan mempersembahkan
Kurbannya “hanya” untuk Allah SWT sebagai tanda ujud syukur atas ketaqwaannya
sebagai pemimpin di tanah jawa ini.
Selain
itu, sifatnya Nabi Sis AS yang lembut, sopan santun dan berilmu tinggi serta
diberikan kecerdasan yang sangat luar biasa oleh Allah menjadikan beliau ini
selalu menghasilkan hal-hal yang bersifat baru dan berteknologi sangat tinggi
dan akurat untuk kurun waktu / masa saat itu.
Hal
ini ditandai dengan penemuannya tentang caranya bercocok tanam yang baik dengan
memperhatikan musim yang bersadarkan pada perhitungan bintang (Falak),
pembuatan tempat persembahan berbentuk Piramida untuk Tuhannya (baik berupa
binatang maupun hasil bumi) maupun bagaimana memproses tanah (logam) menjadi
sebuah benda yang dapat dipergunakan untuk keperluan hidup sehari-hari (Nujum).
Itulah
keistimewaan Nabi Sis AS dengan kelemah-lembutannya, kepekaan sosialnya yang
tinggi serta kecerdasannya yang luar biasa akhirnya sama penduduknya
digambarkan sebagai seorang ‘SEMAR’.
Kata
ini di ambil dari kata “samiri” yang artinya samar-samar / kasat mata karena
beliau sehari-hari laku / kerjanya hanya beribadah kepada Tuhannya.
Tiada
laku hidupnya hanya untuk dipersembahkan kepada Tuhannya saja, tidak lebih.
Makanya
emas, perak, dan semua perhiasan maupun hasil bumi yang melimpah di bumi jawa
ini hanya sebagai “sarana” saja untuk menuju ketakwaan kepada Tuhannya.
Dilain
sisi, dengan kecerdasannya yang sangat tinggi itu melahirkan bangunan kota
modern yang tersistematis dengan desa-desa beserta irigasinya yang tertata rapi
serta tata kota pemerintahan berada dipusatnya (epicentrum).
Inilah
negeri yang selama ini disebut sebagai negeri Atlantis yang telah hilang itu
(Arysio Santos – The Lost Continent Finally Found).
Negeri
kita Indonesia Raya, dimana sang nyiur tak pernah lelah melambai-lambai
memanggil ibu pertiwi.
Negeri
peradaban dunia yang banyak dicari orang selama ini.
Bukti
bahwasanya kita adalah negeri yang sangat tinggi ditandai dengan kebudayaannya
yang beraneka warna, beragam bahasa, beragam adat istiadat, beragam suku yang
membaur dalam balutan sang “Merah Putih”.
Negeri
kemerdekaan untuk semua ummat.
Negeri
yang cinta damai.
Tetapi
seiring dengan perkembangan waktu di negeri Atlantis ini, sang keseimbangan
alam “Raksasa” (Gunung Toba dan Gunung Krakatau) mulai menunjukkan tanda-tanda
“saat”-nya sudah mau tiba.
Maka
berbondong-bondonglah sebagian besar penduduknya dengan menggunakan perahu
Raksasa menaiki itu kapal dan meninggalkan negeri Atlantis menuju negeri asing
lainnya.
Hingga
“saat” itu benar-benar terjadi yaitu dengan meletusnya gunung Toba yang konon
diameter kawahnya sekitar 50 km meledak, mendesak magma ke segala arah lalu
meledakkan gunung Krakatau juga dan membumi hanguskan semua yang ada
disekitarnya, membuat dunia gelap gulita selama 100 tahun lamanya serta
mencairkan lapisan es yang menutupi daratan yang sekarang disebut benua Eropa
itu.
Begitu
juga air laut-pun naik hingga mencapai 200 meter ! menenggelamkan lembah-lembah
pertanian yang subur dulu menjadi sebuah lautan.
Seiring
berakhirnya masa “Banjir” bandang sedunia itu maka para khalifah yang baru
inipun mulai berpencar ke seantero daratan yang “baru” seperti bumi eropa,
amerika, arabia maupun afrika.
Dinegeri
baru inilah mereka mengajarkan ilmunya kepada penduduk lokal sebagai rasa
sumbangsihnya terhadap daratan yang baru dihuninya.
Berhubung
mereka ini termasuk ummat-nya yang paling cerdas maka lambat laun mulai
ramailah peradaban baru ditanah yang baru ini. Tapi mereka juga tak luput
menceritakan asal usul tanah kelahirannya yang nun jauh di seberang dalam
berbagai ragam kisah yang unik yang termaktub dalam berbagai kitab para
nabi-nabi / pujangga sesudahnya.
Wallaahu
Alam Bishshowab.
Jadi
seandainya seluruh penduduk dunia ini disuruh tinggal di bumi Nuswantoro ini
maka mereka akan “betah” dan merasa tidak asing, mengapa ? jawabnya ya karena
sebetulnya Indonesia terutama tanah jawa ini merupakan ‘MOTHER HOME” city untuk
seluruh ummatnya Nabi Adam AS.
Kalaupun ada yang mengklaim bahwasanya Bani Israel itu adanya hanya di negeri Arab, itu juga nggak salah, karena nenek moyang kita juga menyebar kesana. Tapi kalau kita minder dan merasa sebagai bangsa yang terbelakang maka jawabannya nanti dulu.
Karena kitalah sesungguhnya RAS PALING UNGGUL diseluruh dunia ini.
Kadang
dengan kecerdasan kita yang MasyaAllah menjadikan kita saling menyalahkan satu
dengan yang lainnya. Saling beradu mulut, adu gengsi, dan seterusnya. Dan tidak
akan diketemukan dinegeri manapun dimuka bumi ini kecuali Indonesia.
Itulah
ciri negeri para FILSAFAT yang “ADA” dan “BERADA” sebelum negeri-negeri
“Teknologi” maupun negeri KEYAKINAN” saling bermunculan di bumi ini.
Di
dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa)
adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahamera.
Selain
itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi.
Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal.
Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan
Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.
Berdasarkan
pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur
dari raja-raja di tanah Jawa.
Kemungkinan
nabi Sis A.S adalah nabi syit.
Dalam
bahasa Jawi Kuno, arti jawa adalah moral atau akhlaq, maka dalam percakapan
sehari-hari apabila dikatakan seseorang dikatakan : “ora jowo” berarti “tidak
punya akhlaq atau tidak punya sopan santun”,
Menurut
“mitologi jawa” yang telah menjadi cerita turun temurun, bahwa asal usul bangsa
Jawa adalah keturunan BRAHMA DAN DEWI SARASWATI dimana salah satu keturunannya
yang sangat terkenal dikalangan Guru Hindustan (India) dan Guru Budha (Cina)
adalah Bethara Guru Janabadra yang mengajarkan “ILMU KEJAWEN”. Sejatinya “Ilmu
Kejawen” adalah “Ilmu Akhlaq” yang diajarkan Nabi Ibrahim AS yang disebut dalam
Alqur’an “Millatu Ibrahim” dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam wujud
Alqur’an dengan “BAHASA ASLI (ARAB)”, dengan pernyataannya “tidaklah aku
diutus, kecuali menyempurnakan akhlaq”.
Dalam buku kisah perjalanan Guru Hindustan di India maupun Guru Budha di Cina, mereka menyatakan sama-sama belajar “Ilmu Kejawen” kepada Guru Janabadra dan mengembangkan “Ilmu Kejawen” ini dengan nama sesuai dengan asal mereka masing-masing, di India mereka namakan “Ajaran Hindu”, di Cina mereka namakan “Ajaran Budha” dan ditimur tengah Islam Dalam sebuah riset terhadap kitab suci Hindu, Budha ,Injil dan Alqur’an, ternyata tokoh BRAHMA sebenarnya adalah NABI IBRAHIM, sedang DEWI SARASWATI adalah DEWI SARAH yang menurunkan bangsa-bangsa selain ARAB. sedangkan dalam bahasa Ibrani ABRAHAM.
Brahma
adalah Nabi Ibrahim terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi,
peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari
kenyataan yang ada.
Mitos
Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan
peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah,
dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak
akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).
Dan
kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata
‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama
Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha
mim).
Jadikan
semua perbedaan yang ada ini sebagai satu kekuatan nasional yang dahsyat untuk
membangun jati diri bangsa ini menggapai mercusuar dunia yang tidak lama lagi
ada dihadapan kita.
Ingatlah
wahai kaum bani Jawi ! dulu kamu pernah jaya. Kini ibumu Keturah telah
memanggilmu.
Baiklah
aku mengalah, dengarkan lagi ceritaku sekedar usaha menyadarkan, wahai bani Jawi ….. carilah tentang siapa dirimu ? dari mana kamu berasal ? ini semua aku
lakukan agar kamu teringat kembali akan asal-usulmu ….. aku menangis meraung-meraung
melihat kamu tertidur bagaikan mayat …. ya bagaikan mayat berjalan.
Bangunlah
dari tidurmu, jika kamu bangun aku percaya pasti kamu akan ingat akan “hirup”
dan “ngahuripkeun” tali Allah, itulah keadaanmu dulu mengemban amanah leluhur
kita nabi ibrahim a.s. …. itulah janjimu “hidup” di dunia ini, jika keadaanmu
telah “hidup” kamu akan seperti nama ibumu Keturah yang selalu harum mewangi selamanya ……
WASIAT
TERAHASIA NABI IBRAHIM A.S.
Nabi
Ibrahim a.s. bapak para nabi, mempunyai 3 (tiga) istri yaitu Siti Sarah, Siti
Hajar dan Siti Qanturah (Qatura/Keturah). Sarah melahirkan Ishak (Isaac), Hajar
(Hagar) melahirkan Ismail (Ishmael) dan Keturah melahirkan 6 (enam) org anak
yaitu Zimran, Jakshan, Medan, Midian, Ishbak dan Shuah.
“Now
the sons of Keturah, Abraham’s wife:she bare Zimran, and Jokshan, and Medan,
and Midian, and Ishbak, and Shuah. And the sons of Jokshan; Sheba, and Dedan.”
(Genesis 1:32)
Silsilah Bani Jawi
Dari
istri Keturah lahir bani jawi, agama jawi adalah agama nabi Ibrahim a.s. dan
dari sinilah kelak akan lahir SP/RA/al-mahdi.
Fitnah telah terjadi thdp istri-istri nabi Ibrahim a.s., hanya Sarah saja yang disebut istri. Sedangkan Hajar dan Keturah disebut gundik.
Rahasia terbuka, ternyata Siti Hajar yang difitnah sbg budak ternyata adalah putri Firaun yang dihadiahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. untuk menebus rasa bersalah Firaun ketika berkali-kali ingin merudapaksa Siti Sarah semasa nb Ibrahim a.s. dan Siti Sarah dalam tahanan. Dengan kuasa Allah SWT.
Setiap kali Firaun datang hendak berbuat senonoh merudapaksa Siti Sarah, perbuatannya selalu terhalang secara aneh berkat doa nb Ibrahim a.s.. Dari situlah baru Firaun sadar bahwa nb Ibrahim bukanlah orang sembarangan, beliau orang suci yang harus dihormati. Akibat rasa bersalah yang teramat sangat maka bukan saja Firaun membebaskan kedua-duanya tetapi malah menghadiahkan kepada mereka dgn seorang perempuan muda yang tertutup wajahnya sebagai “kifarat” dan hadiah kpd Nb Ibrahim.
Rahasia perempuan muda ini terbongkar ketika berjalan pulang dimana nb Ibrahim membuka tutup kepala perempuan itu sambil mempertanyakan asal-usulnya.
Alangkah terkejutnya Nabi Ibrahim dan Siti
Sarah mendengar pengakuan bahwa dia adalah anak perempuan Firaun, dia seorang
putri raja agung. Tersentuh hati nb Ibrahim sambil berucap rasa syukur kpd
Allah SWT yang hendak berkehendak
menjaga keturunan sebaik-baiknya.
Jadi
keturunan nabi Ibrahim yang bernama Ismail
yang turun kpd nabi Muhammad saw adalah
keturunan raja dari raja yang agung
Firaun yang pengaruhnya melewati Anatolia
dan Kanaan ketika itu (Firaun ini berbeda dgn Firaun pd jaman nb Musa, karena
Firaun ini hidup lebih lama dari Ramses II karena sejaman dengan Nabi Ibrahim a.s.).
Pada
jaman nb Ibrahim tidak ada bangsa yang
disebut sebagai Yahudi dan sesungguhnya nabi Ibrahim bukanlah seorang Yahudi, beliau
berasal dari satu kaum purba yang
sejaman dgn bangsa Hittites yang telah
raib dan bangsa misteri di mesir (Firaun tadi) yang mungkin mewarisi rahasia piramid dan
teknologi canggih zaman itu kepada bangsa Qibti yang menjadi pemerintah setelah itu termasuk
Ramses II di jaman nabi Musa a.s.
Al-Qur’an
surah Ali Imran 65-68 :
“Wahai
ahli-ahli kitab! mengapa kamu berani berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim,
padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim, apakah
kamu tidak berfikir?
Beginilah
kamu, kamu ini bantah-bantahan tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah
membantah tentang hal yang tidak kamu
ketahui? Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. Ibrahim bukan
seorang Yahudi dan bukan seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri dan
sekali-sekali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musrik.
Tafsir Surat Ali Imran, ayat 65-68
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنزلَتِ التَّوْرَاةُ وَالإنْجِيلُ إِلا
مِنْ بَعْدِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (65) هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ
بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (66) مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلا نَصْرَانِيًّا
وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى
النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا
وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68) }
Hai
Ahli Kitab, mengapa kalian bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat
dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kalian tidak
berpikir? Beginilah kalian, kalian ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang
hal yang kalian ketahui, maka mengapa kalian bantah-membantah tentang hal yang
tidak kalian ketahui? Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui.
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia
adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali
bukanlah dia dari golongan orang-orang musyrik." Sesungguhnya orang yang
paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini
(Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah
Pelindung semua orang yang beriman.
Allah
Swt. mengingkari perbuatan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani yang
saling berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim, kekasih Allah Swt. Masing-masing
pihak mengakui bahwa Ibrahim adalah salah seorang dari mereka. Seperti apa yang
diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq
ibnu Yasar; ia
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu
Muhammad maula Zaid ibnu Sabit, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Jubair
atau Berimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa orang-orang Nasrani
Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul di hadapan Rasulullah Saw., lalu
mereka saling berbantahan di antara mereka di hadapan Nabi Saw.
Para
pendeta Yahudi berkata bahwa Ibrahim itu tiada lain adalah seorang Yahudi.
Sedangkan orang-orang Nasrani berkata bahwa Ibrahim tiada lain adalah seorang
Nasrani. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ
Hai
Ahli Kitab, mengapa kalian berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim. (Ali Imran:
65), hingga akhir ayat.
Yakni
mengapa kalian mengakui, hai orang-orang Yahudi, bahwa dia (Nabi Ibrahim)
adalah seorang Yahudi; padahal masa Nabi Ibrahim jauh sebelum Allah menurunkan
kitab Taurat kepada Nabi Musa. Bagaimana pula kalian, hai orang-orang Nasrani,
mengakui bahwa dia adalah seorang Nasrani; padahal Nasrani baru ada jauh
sesudah Nabi Ibrahim dalam jarak zaman yang jauh sekali. Karena itulah dalam
akhir ayat ini disebutkan :
{أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Apakah
kalian tidak berpikir? (Ali Imran: 65)
Kemudian
Allah Swt. Berfirman :
هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ
حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ
عِلْمٌ
Beginilah
kalian, kalian ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kalian
ketahui, maka mengapa kalian bantah-membantah tentang hal yang tidak kalian
ketahui? (Ali Imran: 66), hingga akhir ayat.
Hal
ini merupakan sikap ingkar terhadap orang-orang yang melakukan bantah-berbantah
tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui. Karena sesungguhnya orang-orang
Yahudi dan orang-orang Nasrani berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim tanpa
ilmu. Seandainya mereka berbantah-bantahan tentang kitab yang ada di tangan
mereka yang sebagiannya terdapat hal-hal yang berkaitan dengan agama mereka
yang disyariatkan buat mereka hingga masa Nabi Muhammad Saw. diangkat menjadi
seorang utusan, maka hal tersebut lebih utama bagi mereka. Sesungguhnya mereka
hanyalah membicarakan hal-hal yang tidak mereka ketahui. Maka Allah Swt.
mengingkari perbuatan mereka itu, dan memerintahkan kepada mereka agar
mengembalikan hal-hal yang tidak mereka ketahui kepada Tuhan Yang mengetahui yang
gaib dan yang nyata yang mengetahui semua perkara sesuai dengan hakikat dan
kejelasannya. Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam akhir ayat ini :
{وَاللَّهُ يَعْلَمُ
وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}
Allah
mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui. (Ali Imran: 66)
Swt.
berfirman:
{مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ
يَهُودِيًّا وَلا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا}
Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang
yang hanif lagi muslim. (Ali Imran: 67)
Yakni
menyimpang dari kemusyrikan dan cenderung kepada iman.
{وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan
sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang-orang musyrik. (Ali Imran: 67).
Makna
ayat ini sama dengan ayat terdahulu di dalam surat Al-Baqarah yang mengatakan:
وَقَالُوا كُونُوا هُودًا
أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا
Dan
mereka berkata, "Hendaklah kalian menjadi penganut agama Yahudi atau
Nasrani, niscaya kalian mendapat petunjuk." (Al-Baqarah: 135)
Kemudian
Allah Swt. berfirman :
{إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ
بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ
وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ}
Sesungguhnya
orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan
nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan
Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 68)
Allah
Swt. berfirman bahwa orang yang paling berhak mengakui Nabi Ibrahim ialah
orang-orang yang mengikuti agamanya dan Nabi ini —yakni Nabi Muhammad Saw.—
serta orang-orang yang beriman dari kalangan sahabat-sahabatnya, yaitu kaum
Muhajirin dan kaum Ansar serta orang-orang yang mengikuti mereka sesudah mereka
tiada.
قَالَ سَعِيدُ بْنُ
مَنْصُورٍ: أَخْبَرَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ مَسْرُوقٍ، عَنْ أَبِي
الضُّحَى، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قال: "إنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ وُلاةً مِنَ النَّبِيِّينَ،
وإنَّ وَليِّي مِنْهُمْ أَبِي وخَلِيلُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ". ثُمَّ قَرَأَ:
{إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ [وَهَذَا النَّبِيُّ
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ]}
Sa'id
ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Sa'id
ibnu Masruq.'dari Abud Duha, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiap-tiap nabi mempunyai
seorang pelindung dari kalangan para nabi sendiri, dan sesungguhnya pelindungku
dari kalangan mereka (para nabi) adalah ayahku, yaitu kekasih Tuhanku (Nabi
Ibrahim a.s.). Kemudian beliau Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya orang
yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya. (Ali
Imran: 68), hingga akhir ayat.
Imam
Turmuzi dan Imam Al-Bazzar meriwayatkan hal yang sama melalui hadis Abu Ahmad
Az-Zubairi, dari Sufyan As-Sauri, dari ayahnya.
Kemudian
Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh selain Abu Ahmad,
dari Sufyan, dari ayahnya, dari Abud Duha, dari Abdullah, tanpa menyebut nama
Masruq.
Hal
yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui jalur Waki', dari Sufyan;
kemudian ia mengatakan bahwa sanad ini lebih sahih.
Akan
tetapi, hadis ini diriwayatkan oleh Waki' di dalam kitab tafsirnya. Untuk itu
ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Abu
Ishaq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda : kemudian menyebutkan hadits tersebut.
Firman
Allah Swt.:
وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
dan
Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 68)
Yakni
Pelindung semua orang yang beriman kepada rasul-rasul-Nya.