Kisah Unuq Putri Adam
&
Kisah Auj Bin Unuq, Cucu Nabi Adam yang Badannya Sebesar Gunung
Inti artikel berikut ini adalah Anak dan Cucu beda seperti dalam kisah sejarah ini, walaupun namanya hampir mirip atau serupa sama agar tidak ada kesalahan dalam kisah sejarah, sejarah bisa di tambah kurangi dalam cerita tapi inti kisah cerita sejarah tetap alurnya dan benar.
Kisah Unuq Putri Adam yang disebut-sebut sebagai pionir seks bebas dan hamil di luar nikah banyak tersebar di jaringan YouTube. Unuq dikisahkan punya anak haram yang amat kontroversial. Bagaimana tidak, selain bertubuh mega-raksasa, sang putra hidup ribuan tahun, yakni sampai pada era Nabi Musa AS . Tak sedikit ahli tafsir yang menyatakan bahwa kisah putra Unuq yang bernama Auj adalah kisah dusta. "Cerita ngawur yang tidak ada asalnya," sanggah Ibnu Katsir dalam kitabnya yang berjudul al-Bidayah wal-Nihayah.
Kisah Unuq memang menarik dan mirip dongeng. Banyak keanehan-keanehan. Dan ulama tafsir perlu mengkritisi kisah ini karena dianggap sudah bertentangan dengan Al-Qur'an dan sunnah Nabi . Mari kita tengok kisah yang kontroversial itu. Jumlah putra dan putri pasangan Nabi Adam dan Siti Hawa lumayan banyak. Konon Siti Hawa hamil sebanyak 120 kali dan setiap kehamilan melahirkan anak kembar dua, laki dan perempuan. Maknanya, jumlah anak Nabi Adam adalah 240 orang. Hal tersebut diriwayatkan Ibnu Thabari dalam Tarikhu ath-Thabari. Soal jumlah putra putri Nabi Adam ini memang ada banyak riwayat yang berbeda. Imam Ibnu Jarir dalam kitab tarikhnya yang diriwayatkan dari beberapa perawi menyebutkan, bahwa putra putri Hawa dengan Adam tidak sebanyak itu. Hawa melahirkan 40 anak dari 20 kelahiran. Atsar ini juga disebutkan oleh Ibnu Ishaq dengan sanad yang sama. Beberapa ulama menjelaskan pada setiap kelahirannya dua anak kembar, satu orang putra dan satu orang putri, anak pertama mereka adalah Qobil dan Iqlima, sedangkan anak terakhirnya bernama Abdul Mugits dan Ammatul Mugits.
Lahir Tunggal Hanya saja, dalam kisah Unuq lain lagi. Diriwayatkan bahwa ada satu-satunya turunan Nabi Adam AS yang lahir tunggal. Dia adalah Unuq. Dia memiliki ciri yang unik yakni dengan 2 kepala, sebagaimana kepalanya terdapat pada masing-masing bahu, yakni kiri dan kanan. Kemudian ciri berikutnya memiliki 20 jari tangan, yakni telapak tangan masing-masing 10 jari. Memiliki kuku yang panjang dan bengkok. Diriwayatkan, Hawa dengan jiwa keibuannya, tetap merawat Unuq hingga si anak dewasa. Terjadilah peristiwa pembunuhan pertama di bumi, yakni Qabil membunuh Habil. Atas peristiwa tersebut, Qabil meninggalkan gunung dan menempati lembah. Maka terpisahlah, kedua kelompok anak Adam dengan balada yang berbeda. Kelompok yang beriman bersama Adam dan Hawa menempati puncak gunung. Sementara Qabil dan keturunannya menempati lembah. Hawa memperlakukan anaknya sama, merawatnya agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Itu menjadi ciri keturunannya yang mendiami puncak, sementara yang senang melanggar perintah Allah menempati lembah. Saat berangkat dewasa, Unuq bergabung dengan Qabil. Ini terjadi setelah Nabi Adam AS wafat. Beberapa sejarawan menyebutkan, bahwa sebelum meninggal dunia, Adam merasakan hidup bersama anak, cucu, cicit, dan seterusnya hingga berjumlah 40.000 orang. Nah, ketika Nabi Adam wafat, seluruh keturunan Adam menangis selama tujuh hari tujuh malam karena duka. Melihat hal tersebut, maka setan menggoda mereka.
Kisah Auj Bin Unuq, Cucu Nabi Adam yang Badannya Sebesar Gunung
Pernah mendengarkan nama Auj Bin Unuq ? Auj Bin Unuq merupakan cucu daripada Nabi Adam A.S. yang dikisahkan memiliki badan yang sangat besar seperti gunung dan tubuh yang sangat tinggi sekali.
Lanjut cerita, suatu saat Nabi Nuh A.S akan membuat perahu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Namun, yang jadi masalah adalah kayu yang akan dibuat perahu, posisinya ada di daerah Kufah. Daerah yang sangat jauh dari lokasi Nabi Nuh A.S, dan ini membuat bingung bagi Nabi Nuh untuk bagaimana caranya membawanya.
Akhirnya turunlah wahyu dari Allah kepada Nabi Nuh A.S untuk meminta bantuan Auj Bin Unuq untuk membawakan kayu tersebut. Singkat cerita akhirnya Nabi Nuh meminta bantuan ke Auj Bin Unuq, namun ternyata Auj Bin Unuq punya syarat yang harus dipenuhi Nabi Nuh A.S, jika ingin dibantu, yaitu harus mengenyangkan perutnya terlebih dahulu.
Kemudian Nabi Nuh A.S. mengambil secuil roti kemudian diberikan kepada Auj. Melihat hal itu malah ditertawain oleh Auj, yang menyindir apakah hal itu bisa mengenyangkan saya, padahal saya makanannya ikan-ikan besar.
Oleh Nabi Nuh roti tersebut bukannya ditambah, melainkan dibagi dua. Lalu diberikan yang setengah cuil itu kepada Auj, sambil berucap: “makanlah roti ini dengan didahului Bismillah”. Akhirnya Auj dengan mantap makan setengah cuil roti tersebut dengan membaca Bismillah terlebih dahulu.
Kemudian Nabi Nuh memberikan setengah cuil sisanya, namun Auj tidak mau karena merasa sudah kenyang. Setelah itu Auj pergi mengambilkan kayu untuk Nabi Nuh A.S. Jadi makna artikel diatas tersebut, ketika kita makan hendaknya diawali dengan bacaan Bismillah, agar apa yang kita makan walaupun sedikit bisa memberikan keberkahan buat kita.
Kisah ‘Auj Bin Unuq.
Diantara kisah yang paling sering disebut-sebut oleh umat Islam adalah kisah mengenai ‘Auj bin Unuq. Kisah ini juga terdapat dalam beberapa kitab tafsir yang sering dibaca umat Islam.
Ciri-ciri Auj bin Unuq dan perilakunya yang disebut-sebut dalam kitab-kitab tafsir dan sejarah :
1. Dalam rangka menjelaskan kisah Auj Bin Unuq sebagai kisah dusta, Ibnu Katsir menyebutkan berdasarkan kisah-kisah yang disebut tukang cerita bahwa Auj Bin Unuq tersebut mempunyai ciri-ciri berikut :
a. ‘Auj bin Unuq lahir sebagai anak zina dari seorang ibu yang bernama ‘Unuq binti Adam.
b. Sudah ada sebelum zaman Nuh dan tetap hidup sampai zaman Nabi Musa.
c. Saat lapar, dia mengambil ikan dari dasar laut dan memanggangnya pada matahari.
d. Dia memperolok-olok Nabi Nuh yang membuat kapal dengan mengatakan : “Apakah ini mangkokmu ?”
e. Dia seorang kafir, fasiq, keras kepala dan sombong.
f. ‘Auj bin Unuq panjangnya mencapai 3333 1/3 hasta.
2. Ibnu Munzir dalam tafsirnya dengan sanad dari Ibnu Umar mengatakan, panjang ‘Auj Bin Unuq 13 ribu hasta, berasal dari kaum ‘Aad, pagi dan malam bersama matahari.
3. Al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir-nya dengan sanad dari Ibnu Mas’ud mengatakan, Musa a.s. panjangnya dua belas hasta, panjang tongkatnya dua belas hasta dan jauh lompatannya dua belas hasta, namun ketika Musa a.s. memukul ‘Auj Bin Unuq, maka tidak sampai kecuali hanya pada mata kaki ‘Auj Bin Unuq.
4. Syeikh Ibnu Hayyan dalam kitab al-‘Udhmah dengan sanad dari Ibnu Abbas mengatakan, yang paling pendek kaum ‘Aad adalah tujuh puluh hasta dan sepanjang-panjangnya adalah seratus hasta, sedangkan panjang Musa a.s. tujuh hasta dan panjang tongkatnya tujuh hasta serta jauh lompatannya ke udara tujuh hasta. Musa hanya mendapatkan mata kaki ‘Auj, lalu membunuhnya.
5. Riwayat Ibnu Munzir, al-Thabrani dan Syeikh Ibnu Hayyan di atas telah dikutip oleh al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Hawi lil Fatawa. Disamping itu al-Suyuthi juga menyebut beberapa riwayat lain yang satu sama lainnya versinya berbeda.
Bagaimana kedudukan kisah ini, shahihkah atau justru palsu ?
Berikut ini keterangan ulama mengenai kedudukan kisah di atas, yaitu :
1. Ibnu Hajar al-Haitamy dalam al-Fatawa al-Haditsiyah mengatakan :
“Al-Hafizh al-‘Imad ibn al-Katsir mengatakan, Kisah ‘Auj bin Unuq dan semua yang diceritakan tentangnya adalah cerita ngawur yang tidak ada asalnya. Kisah tersebut diada-adakan kaum zindiq dari ahlul kitab, padahal itu tidak ada sama sekali pada masa Nuh, karena orang kafir tidak ada yang selamat dari banjir zaman Nuh.”
2. Pendapat Ibnu Katsir yang dikemukakan Ibnu Hajar al-Haitamy pada point pertama di atas merupakan pendapat yang dikemukakan Ibnu Katsir dalam kitabnya, al-Bidayah wal-Nihayah. Selanjutnya dalam al-Bidayah wal-Nihayah Ibnu Katsir menyebutkan argumentasi kepalsuan kisah Auj bin Unuq ini, sebagai berikut :
a. Bertentangan dengan akal.
Bagaimana bisa mungkin Allah membiarkan selamat ‘Auj bin Unuq yang kafir, fasiq, keras kepala dan sombong, sementara Allah Ta’ala mencelakakan anak Nabi Nuh karena kekafirannya, anak seorang nabi ummat dan pemimpin orang-orang beriman. Bagaimana bisa mungkin Allah membiarkan selamat ‘Auj bin Unuq dengan sifat-sifatnya yang keji di atas, sementara Allah tidak memberi rahmat kepada seorangpun yang tidak naik kapal bersama Nuh, tidak memberi rahmat kepada ibu bayi dan juga tidak kepada bayinya. Kisah Allah juga menenggelamkan ibu bayi bersama bayinya dalam banjir zaman Nuh disebut dalam riwayat Abu Ja’far Ibnu Jarir dan Abu Muhammad bin Abi Hatim dalam tafsir keduanya.
b. Bertentangan dengan nash syara’.
a). Firman Allah Ta’ala :
ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِينَ
“Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain.” (Q.S. al-Shafaat : 82)
b). Firman Allah Ta’ala :
رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا
“Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (Q.S. Nuh : 26)
Kedua ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa tidak ada yang selamat pada banjir zaman Nabi Nuh kecuali yang naik kapal bersama Nuh, apalagi apa yang dinamai dengan nama ‘Auj bin Unuq yang kafir, fasiq, keras kepala dan sombong,
c).Dikisahkan bahwa ‘Auj bin Unuq panjangnya mencapai 3333 1/3 hasta. Keterangan ini bertentangan dengan hadits dalam Shahihaini, yakni Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا، ثُمَّ لَمْ يَزَلِ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى الْآنَ
“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dimana panjangnya adalah enam puluh hasta, kemudian senantiasa makhluq itu kurang panjangnya sampai dengan sekarang. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun keturunan Adam yang melebihi ukuran panjangnya dari pada Adam sendiri. Sedangkan dalam kisah ‘Auj bin Unuq disebut bahwa panjangnya mencapai 3333 1/3 hasta.
3. Dalam kitab al-Asrar al-Marfu’ah fil-Akhbar al-Maudhu’ah, karya Mulla ‘Ali Qari seorang ahli hadits bermazhab Hanafi disebutkan :
“Tidak mengherankan keberanian seperti ini pada sipendusta atas Allah, tetapi yang mengherankan adalah orang-orang yang memasukkan hadits ini (kisah ‘Auj bin Unuq) dalam kitab-kitab ilmu tafsir dan lainnya, padahal tidak dijelaskan kedudukan hadits itu.”
4. Namun al-Suyuthi setelah menyebut beberapa riwayat kisah ‘Auj bin Unuq ini sebagaimana telah kami kemukakan di atas, pada ujungnya beliau berkomentar :
“Yang mendekati mengenai ‘Auj bin Unuq ini merupakan sisa dari kaum ‘Aad. panjangnya secara global adalah seratus hasta atau sekitar itu, tidak dengan panjang yang telah disebutkan dan Musa a.s. telah membunuhnya dengan tongkatnya. Ukuran ini merupakan ukuran yang kemungkinan dapat diterima.
Kanti Suci Project