JAGA DIRIMU DAN KELUARGAMU DARI API NERAKA
By, Rahma Kanthi Suci
QS.066 At-Tahrim 006
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا
يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ
وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.
Rosulullah SAW pernah menasehati sahabatnya yang bernama
Abu Dzar al-Ghifari, “Perbaharuilah perahumu, sebab lautan teramat dalam.
Bawalah bekal yang banyak, sebab perjalanan teramat jauh. Ringankan bebanmu
(dosa-dosamu -pen), sebab jalannya curam. Dan ikhlaskanlah amalmu, sebab
pengamatnya (ALLAH) sangat waspada”.
Menjaga keluarga dari siksa api neraka adalah wajib
hukumnya, sebagaimana disampaikan Alloh dalam firman-Nya diatas. yang menjadi
pertanyaan barangkali bagaimana caranya kita melakukannya, tidak lain adalah
dengan ilmu. Ilmu dapat membimbing, menuntun kita kepada jalan yang semestinya
kita lalui, dengan ilmu kita terbimbing kepada tujuan yang kita harapkan yaitu
Jannah. Ilmu bak cahaya dikegelapan malam. maka tidak heran kalau Alloh dan
Rosulnya menyanjung orang-orang yang berilmu di dalam firman-Nya dan sabdanya.
untuk memenuhi kebutuhan ini mestinya kita mengajarkan kepada keluarga kita
akan ilmu. Karena itu, adh-Dhahhak dan Muqatil menafsirkan ayat tersebut diatas
, “Wajib bagi setiap muslim, mengajarkan keluarganya, kerabat dan hamba
sahayanya akan apa yang diwajibkan oleh Allah atas mereka, dan apa yang
dilarang-Nya.” Hal senada dikatakan oleh At-Thabari, “Hendaknya kita mengajari
anak-anak dan keluarga kita masalah agama dan kebaikan, serta apa-apa yang
penting dan dibutuhkan dalam persoalan adab dan akhlak.”
Pentingnya menjaga
diri dan keluarga
Hidup dan kehidupan kita adalah amanah yang akan kita
pertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah, sebagaimana penciptaan kita dan
seluruh makhlukNya yang penuh makna dan nilai (tidak sia-sia) ketika
diciptakan oleh Allah di muka bumi ini. Maka hal yang kita lakukan adalah
berusaha menepati amanah Allah dengan senantiasa terus berusaha mencintai
kebaikan dan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kesungguhan atau mujahadah
adalah hal mutlak yang kita butuhkan– sebagaimana ketika kita menginginkan
sesuatu dalam kehidupan duniawi kita– apabila kita menginginkan kebaikan
kehidupan di dunia dan akhirat. Maka menjaga diri, kemudian keluarga dari
hal-hal yang dapat menjerumuskan kita ke dalam api neraka menjadi suatu hal
yang niscaya untuk kita perhatikan bersama. Karena ketika seseorang dapat
menjaga dirinya dengan baik, maka dia akan selalu berada di dalam hidayah Allah
sehingga tidak akan ada yang dapat memberikan mudharat kepadanya. Sebagaimana
firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu;tiadalah
orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat
petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” , Q.S. Al-Maa`idah/5: 105.
Begitu pula dengan keluarga, yang di dalam bahasa Arab
disebut usroh, secara harfiyah berarti ad-dir`u al-hashinah, yaitu benteng yang
kuat. Keluarga memang suatu benteng yang kuat yang menjadi pertahanan manusia
dari berbagai gangguan yang dihadapinya dalam kehidupan sosial, seperti
kriminal, material, seksual, dan sebagainya. Keluarga juga dapat membentengi
dan melindungi sekaligus menyelesaikan problem kemanusiaan dari waktu ke waktu.
Sehingga upaya dan ikhtiar maksimal untuk menjadikan rumah kita sebagai syurga
kecil kita (baiti jannati) harus terus kita upayakan. Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”, Q.S. A-Tahrim/66: 6
Rasulullah SAW bersabda di dalam salah satu hadits beliau
:
“Takutlah kamu ( Aisyah ) terhadap api neraka meskipun
hanya bisa bersedekah dengan sebutir kurma”
Di antara penjelasan tafsir fi Zhilaalil Qur`annya Sayyid
Qutb tentang surat at-Tahrim ayat 6 ini adalah bahwa setiap mukmin diwajibkan
untuk memberikan petunjuk kepada keluarganya dan memperbaiki seluruh anggota
keluarganya, sebagaimana ia diwajibkan terlebih dahulu memperbaiki dirinya.
Islam adalah suatu agama yang mengatur keluarga, maka ia mengatur kehidupan
berumah tangga. Rumah tangga yang Islami akan menjadi dasar terbentuknya
masyarakat yang Islami. Seorang ibu harus memiliki pribadi dan prilaku Islami
sebagaimana pula seorang ayah harus memiliki pribadi dan prilaku Islami
sehingga mereka dapat mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih dan
shalihah.
Keluarga biasanya merupakan pihak yang palingbanyak
diabaikan hak-haknya.
Dalam membangun keluarga yang dilandasi taqwa, seorang
Muslim harus memandangnya sebagai ibadah kepada Allah dan hanya mengharap
keridhaan dan pahala dari Allah SWT. Untuk itu, kedua belah pihak, antara suami
dan istri, harus mengetahui dan memahami seluruh persoalan yang berkaitan
dengan kehidupan suami istri, baik ajaran-ajaran atau tata krama Islam, ataupun
yang menyangkut hak-hak dan kewajiban suami istri, dan harus bersungguh-sungguh
melaksanakn tugas dan kewajiban masing-masing, sehingga bangunan keluarga
muslim yang dapat memberi teladan benar-benar terwujud.
Hak seorang istri adalah kewajiban sang suami dan
sebaliknya kewajiban istri merupakan hak suami. Keseimbangan dalam emmenuhi halk
dan kewajiban diantara keduanya akan menjaga kelangsungan dan keharmonisan
keluarga.
Kiat menjaga
keselamatan diri dan keluarga antara lain :
1.
Mengajarkan aqidah yang benar. Keimanan (aqidah) adalah hal terpenting yang
harus senantiasa diperhatikan oleh orangtua. Karena jika aqidah seseorang baik
dan kuat maka segi-segi yang lainpun akan menjadi baik.
2.
Tauladan dalam ibadah dan akhlaq. Keteladanan merupakan faktor penting dalam
sebuah pendidikan. Baik atau buruknya akhlak seorang anak sangat tergantung
dari keletadanan yang diberikan oleh orangtua.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, hal ini karena orang tua
adalah contoh terbaik dan terdekat dalam pandangan anak, yang akan ditirunya
dalam tindak-tanduknya dan tata santunnya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak
dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran orangtua tersebut, baik dalam ucapan
atau perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui.
Betapapun suci dan bersihnya fitrah manusia, betapapun baiknya suatu sistem
pendidikan tidak akan mampu mencetak/ membentuk generasi yang baik, tanpa
adanya ketelaudanan dari sang pendidik .
Orangtua tidak hanya dapt memberikan sesuap nasi saja
tapi bagaimana, dapat menyukupi kebutuhan lahir maupun batin yang beraklak
mulia, serat kapan orang tua dapat menjadi bapak/ibu, pemimpin, teman, sahabat, atasan,
paragon bagi anak.
Ini membutuhkan pendalaman ilmu pengetahuan dan ilmu
ketaqwaan serta keiklasan, tulus lahir batin juga tentunya pembelajaran budaya
kita yang KETIMURAN sangatlah elok dan mempesona akan keramahan dan kesopanan, budaya malu dan budaya takut melakukan
dosa/kuwalat, saling menghargai, handarbeni, hangrungkepi, ing madya mangun
karso, ing madya sung tulodo, tut wuri handayani, teposliro, ajining diri soko
lathi, ajining rogo soko busono, emoh njiwit, kembang terong istilah bukan
haknya diempong/dicuri/dirampok/dikorupsi, semua merupakan amanah dan
ahlak yang mulia.
Anak akan tumbuh dalam kebaikan, memiliki kemuliaan
akhlak yang mulia sesuai ajaran Islam, Imam, Ihsan.