NIFSU SYABAN
Salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam ialah bulan Syaban. Bulan ke-8 hijriah ini memiliki banyak keutamaan, khususnya saat Nifsu Syaban.
Ketika Nifsu Syaban tiba, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah melalui lantunan zikir, ibadah, doa, puasa, dan amal ibadah lainnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pahala dan pengampunan dosa dari Allah SWT.
Nisfu Syaban ialah kata majemuk yang terambil dari kata bahasa Arab, Nisfu dan Sya'ban. Kata Nisfu berasal dari kata nashafa, yanshifu, nashfan yang berarti mencapai tengah-tengah atau setengah.
Sementara itu, Syaban berarti bulan Syakban atau bulan ke-8 tahun Hijriah. Jadi, Nisfu Syaban berarti pertengahan atau tengah-tengah bulan Syakban tahun hijriah.
Menurut laman nu.or.id, malam Nisfu Syaban adalah momen istimewa pada bulan Syakban. Sebab, di malam tersebut, Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa hamba-Nya. Maka dari itu, malam Nisfu Syaban disebut juga sebagai lailatul maghfirah atau malam pengampunan.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca istigfar dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang telah diperbuat.
Berikut dalil yang membahas mengenai ibadah saat Nifsu Syaban :
1. Dari Mu'adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam Nisfu Syaban, kemudian Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyahin (orang munafik yang menebar kebencian antar sesama umat Islam)." (HR Thabrani fi Al Kabir no 16639, Daruquthni fi Al Nuzul 68, Ibnu Majah no 1380, Ibnu Hibban no 5757, Ibnu Abi Syaibah no 150, Al Baihaqi fi Syu'ab al Iman no 6352, dan Al Bazzar fi Al Musnad 2389. Peneliti hadis Al Haitsami menilai para perawi hadis ini sebagai orang-orang yang tepercaya. Majma' Al Zawaid 3/395).
Ulama Wahabi, Syekh Nashiruddin al-Albani biasanya menilai lemah (daif) atau palsu (maudhu') terhadap amaliyah yang tak sesuai dengan ajaran mereka. Kali ini ia tak mampu menilai daif hadis tentang Nisfu Syaban. Bahkan, ia berkata tentang riwayat di atas, "Hadis ini sahih" (Baca as-Silsilat ash-Shahihah 4/86)
2. Hadis yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA sebagai berikut: "Aisyah RA berkata, 'Saya kehilangan Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau berada di Baqi' sambil mengangkat kepala ke langit.' Beliau berkata, 'Apakah engkau takut engkau dizalimi oleh Allah dan Rasul-Nya?' Saya menjawab, 'Ya Rasulullah, saya menyangka engkau mendatangi sebagian istri engkau.' Beliau besabda, 'Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun pada malam Nisfu Syaban ke langit dunia, maka Allah SWT mengampunkannya lebih banyak dari bulu domba Bani Kalb.'" (HR. Imam Ahmad. At-Tirmidzi berkata, "Imam Al-Bukhari mendaifkan hadis ini"). (Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar bin Abdil Malik Al-Qasthalani, Al-Mawahib Al-Laduniyah, [Kairo, Maktabah At-Taufiqiyah], juz III, halaman 300).
3. "Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya (rahmat) Allah SWT mendekat kepada hambanya (di malam Nisfu Syaban), maka mengampuni orang yang meminta ampunan, kecuali pelacur dan penarik pajak.'" (HR al-Thabrani dalam al-Kabir dan Ibnu 'Adi dari Utsman bin Abi al-'Ash. Syaikh al-Munawi berkata: Perawinya terpercaya. Baca Syarah al-Jami' ash-Shaghir 1/551)
4. "Rasulullah SAW bersabda, '(Rahmat) Allah SWT turun di malam Nisfu Syaban maka Allah akan mengampuni semua orang kecuali orang yang di dalam hatinya ada kebencian kepada saudaranya dan orang yang menyekutukan Allah.'" (al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Hadis ini hasan.
Diriwayatkan oleh Daruquthni dalam as-Sunnah dan Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid, Baca al-Amali 122) al-Hafidz Ibnu Hajar juga meriwayatkan hadis yang hampir senada dari Katsir bin Murrah :
Dari Katsir bin Murrah, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Tuhan kalian melihat di malam Nisfu Syaban kepada hamba-Nya, maka Ia memberi ampunan kepada mereka semuanya kecuali orang yang menyekutukan Allah ldan memutus kekerabatan." (Al-Mathalib Al-Aliyah 3/242)
Itulah pengertian dan dalil mengenai Nifsu Syaban, momen istimewa umat Islam yang penuh keberkahan dengan limpahan pahala dan ampunan dosa dari Allah SWT.
SEJARAH NIFSU SYABAN
Sebenarnya banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang keutamaan malam Nisfu sya'ban, namun banyak ulama yang menilanya dha'if. Ibnu Hibban menilai shahih sebagian hadits-haditsnya dan memasukanya dalam kitab shahihnya, Shahih Ibnu Hibban. Di antaranya sebagaimana diinformasikan oleh Al-Hafidz Ibnu Rajab adalah hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra sebagai berikut :
قالت: فقدت النبى- صلى الله عليه وسلم- فخرجت فإذا هو بالبقيع، رافع رأسه إلى السماء، فقال: أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله. فقلت: يا رسول الله قد ظننت أنك أتيت بعض نسائك، فقال: إن الله تعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى سماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب. (رواه أحمد، وقال الترمذى: إن البخارى ضعفه)
Artinya, "Aisyah ra berkata: "Saya kehilangan Rasulullah saw, tiba-tiba beliau berada di Baqi’ sambil mengangkat kepala ke langit”. Beliau berkata: “Apakah engkau takut engkau dizalimi oleh Allah dan Rasul-Nya?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, saya menyangka engkau mendatangi sebagian istri engkau”. Beliau besabda: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun pada malam Nisfu Sya’ban ke langit dunia, maka Allah swt mengampunkannya lebih banyak dari bulu domba Bani Kalb.” (HR. Imam Ahmad. At-Tirmidzi berkata: "Imam Al-Bukhari mendha'ifkan hadits ini."). (Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar bin Abdil Malik Al-Qasthalani, Al-Mawahib Al-Laduniyah, [Kairo, Maktabah At-Taufiqiyah], juz III, halaman 300).
Al-Imam Al-Qasthalani (wafat 923 H) menjelaskan awal mula adanya peringatan malam Nisfu Sya'ban dalam kitabnya Al-Mawahib Al-Laduniyah sebagai berikut :
وقد كان التابعون من أهل الشام، كخالد بن معدان، ومكحول يجتهدون ليلة النصف من شعبان فى العبادة، وعنهم أخذ الناس تعظيمها، ويقال: إنه بلغهم فى ذلك آثار إسرائيلية، فلما اشتهر ذلك عنهم اختلف الناس، فمنهم من قبله منهم، وقد أنكر ذلك أكثر العلماء من أهل الحجاز، منهم عطاء، وابن أبى مليكة، ونقله عبد الرحمن بن زيد بن أسلم عن فقهاء أهل المدينة، وهو قول أصحاب مالك وغيرهم، وقالوا: ذلك كله بدعة
Artinya, "Tabi'in tanah Syam seperti Khalid bin Ma'dan dan Makhul, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nisfu Sya'ban. Nah dari mereka inilah orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nisfu Sya'ban. Dikatakan, bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat (kabar atau cerita yang bersumber dari ahli kitab, Yahudi dan Nasrani yang telah masuk Islam) tentang hal tersebut. Kemudian ketika perayaan malam Nisfu Sya'ban viral, orang-orang berbeda pandangan menanggangapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya. Mereka yang memgingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha' dan Ibnu Abi Malikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha' Madinah menukil pendapat bahwa perayanan malam Nisfu Sya'ban seluruhnya adalah bid'ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya."
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang mula-mula memulai peringatan malam Nisfu Sya'ban adalah segolongan ulama Tabi'in daerah Syam. Dalam arti, peringatan malam Nisfu Sya'ban belum ada pada zaman Rasulullah dan Sahabat, baru ada pada zaman Tabi'in. Peringatan malam Nisfu Sya'ban yang kini diamalkan itu dasarnya adalah mengikuti perbuatan segolongan ulama Tabi'in negeri Syam atau kini dikenal dengan negara Suriah.
Adapun bentuk bagaimana bentuk dan teknis peringatan malam Nisfu Sya'ban ternyata ulama Syam berbeda pendapat. Dijelaskan ada dua pendapat terkait itu.
Pertama, disunahkan menghidupkan malam Nisfu Sya'ban secara jamaah di masjid. Khalid bin Ma'dan dan Lukman bin Amir mengunakan pakaian terbaik mereka, membakar dupa (bukhur) dan pada malam itu mereka i'tikaf di dalam masjid. Ishaq bin Rahawaih menyetujui atau tidak mengingkari apa yang mereka lakukan. Ia juga berkata: "Menghidupkan malam Nisfu Sya'ban di masjid-masjid secara berjamaah bukanlah bid'ah." Pendapat ini di nukil oleh Harb Al-Karmani dalam kitab Masa'ilnya.
Kedua, dimakruhkan berkumpul di dalam masjid-masjid untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan shalat, berdoa dan menyampaikaan kisah-kisah teladan, namun tidak dimakruhkan shalat sendiri untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban. Ini adalah pendapat Imam Al-Auza'i, seorang imam, ahli fiqih dan alimnya negeri Syam. (Al-Qasthalani, Al-Mawahib Al-Laduniyah, juz III, halaman 301).
AMALAN SAHIH MALAM NIFSU SYABAN
Dalam bulan Syakban, terdapat satu malam yang cukup spesial. Malam Nisfu Syaban adalah malam istimewa di pertengahan bulan, yakni jatuh tepat pada malam 15 Syakban.
Keistimewaan malam Nisfu Syaban dapat dilihat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Musa Al-Asy'ari, dengan nomor hadis 1144. Dijelaskan bahwa,
"Allah SWT mengamati kepada hambanya di malam pertengahan Syakban dan mengampuni yang memohon ampunan sekalipun sebanyak bulu domba di suku Kalb."
Dapat dipahami dari hadis tersebut, malam pertengahan Syaban menjadi momen "emas" bagi umat Islam untuk banyak-banyak memohon ampun kepada Allah SWT.
Amalan yang dapat dikerjakan selama malam-malam Syakban dan juga Nisfu Syaban.
Setidaknya ada tiga amalan yang dapat dilakukan di malam-malam Syakban, tanpa terkecuali ketika Nisfu Syaban. Berikut di antaranya :
1. Mendirikan Qiyamul Lail dan Salat Malam Lain
Menurut penjelasan Ustaz Adi Hidayat, ada tiga jenis salat yang dapat dikerjakan, yaitu qiyamul lail, salat tahajud, dan salat witir.
Qiyamul lail secara bahasa merujuk pada semua salat yang dikerjakan pada malam hari. Namun, jika ditarik dari sudut pandang fikih, qiyamul lail adalah salat yang dikerjakan setelah Isya dan sunahnya tanpa diawali tidur.
Ini berbeda dengan salat tahajud. Laman Rumaysho menjelaskan, salat tahajud adalah salat sunah yang dilakukan pada malam hari setelah bangun tidur.
Bagaimana dengan pelaksanaannya? Dilansir muhammadiyah.or.id, tata cara salat qiyamul lail, salat tahajud, ataupun salat witir kurang lebih sama, yakni dilaksanakan sebanyak 11 rakaat.
Hadis yang diriwayatkan Aisyah RA menyebutkan, Rasulullah mendirikan salat malam sebanyak 11 rakaat dengan membaginya menjadi 4 rakaat dan mengakhirinya dengan 3 rakaat witir (4+4+3=11 rakaat).
Sementara itu, Zain bin Kholid Al Juhani pernat memperhatikan Rasulullah melakukan salat malam sebanyak 13 rakaat yang dipecah menjadi 2 rakaat dan diakhiri dengan 1 rakaat witir (2+2+2+2+2+2+1=13 rakaat).
2. Membaca Al-Qur'an.
Para ulama menganjurkan memperbanyak bacaan Al-Qur'an sebagai latihan agar di bulan Ramadan nantinya kita juga semangat membacanya. Dari laman Rumaysho, Salamah bin Kahiil pernah mengatakan,
"Dahulu bulan Syakban disebut pula dengan bulan para qurra' (pembaca Al-Qur'an)."
3. Memperbanyak Doa dan Istigfar.
Amalan terakhir yang dapat detikers lakukan selama malam Nisfu Syaban dan malam-malam Syakban lainnya adalah memperbanyak doa dan istigfar. Mengapa? Karena di malam inilah, Allah SWT memberi banyak ampunan kepada hamba-hamba-Nya.
Dari Abu Musa Al-Asy'ari, bahwa Nabi SAW bersabda,
"Allah Tabaraka wa Ta'ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Syaban, lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan."
Di samping itu, Sayyid Muhammad bin Alawi dalam Ithmi'nânul Qulûb mengatakan bahwa sudah sepatutnya setiap muslim membiasakan diri untuk beristigfar. Pasalnya, amalan ini salah satunya dapat memudahkan rezeki.
Itulah tadi amalan-amalan sahih di malam Nisfu Syaban yang pernah dicontohkan Rasulullah, sahabat, dan ulama terdahulu. Perlu digarisbawahi bahwa tidak ada amalan khusus, baik salat ataupun membaca surah Al-Qur'an tertentu, saat malam Nisfu Syaban.
Jumhur ulama mengatakan, mayoritas hadis yang menyebutkan ibadah spesifik di malam Nisfu Syaban cenderung lemah dan bahkan palsu. Yang hanya dianjurkan adalah memperbanyak ibadah.
Adapun jenis ibadah yang dapat diperbanyak adalah seperti yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, mulai dari qiyamul lail, membaca Al-Qur'an, dan memperbanyak istigfar.