Berkeluhkesah Semua Permasalahan Hanya Kepada Allah
Tidak
ada manusia tanpa masalah. Setiap saat yang dilalui manusia adalah masalah jika
ia memahaminya. Setiap detik adalah nikmat yang akan menjadi pertanyaan
akhirat,dan ini adalah masalah bagi yang menganggapnya sebagai masalah.
Namun,kebanyakan manusia tidak menganggapnya sebagai masalah sehingga
berjam-jam,berhari-hari,berminggu-minggu,berbulan-bulan,bahkan bertahun-tahun
waktunya terbuang begitu saja tanpa menyadari akan menjadi masalah besar kelak.
Manusia hanya menganggap urusan atau kebutuhan dunia yang tidak terpenuhi atau
tidak sesuai dengan keinginan saja yang dianggap masalah. Jelas ini adalah
masalah yang harus diselesaikan sebelum menimbulkan berbagai macam masalah berikutnya.
Menyadari
kepastian adanya masalah dalam hidup menjadikan seseorang lebih siap dalam
menghadapinya. Bobot masalah yang sama namun sangat berbeda cara menghadapinya
tergantung kesiapan yang ada. Maka,seorang muslim harus memandang bahwa
kehidupan dunia adalah karunia sekaligus masalah yang harus diwaspadai. Jangan
sampai karunia tersebut berubah menjadi petaka karena tidak disyukuri dengan
benar atau digunakan sesuai petunjuk pemberinya, yakni Allah Swt. Sadar akan
nikmat dan pandai mensyukurinya akan mengurangi masalah yang ditimbulkan
darinya. Ibnu Abid Dunya ra menyebutkan hadits dari ‘Abdullah bin Shalih ra, ia
berkata bahwa telah menceritakan padanya Abu Zuhair Yahya bin ‘Athorid Al
Qurosyiy, dari bapaknya, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda.
لا يرزق الله عبدا الشكر
فيحرمه الزيادة
“Allah
tidak mengaruniakan syukur pada hamba dan sulit sekali ia mendapatkan tambahan
nikmat setelah itu. Karena Allah Swt berfirman.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika
kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS.
Ibrahim: 7) (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman: 4/124).
Masalah
ada bukan untuk diratapi apalagi disesali,tapi untuk diselesaikan sehingga
menjadi pahala. Hakikat masalah adalah ujian yang Allah Swt berikan kepada
hamba-Nya. Setiap manusia akan mendapatkan masalah yang berbeda sesuai paket
yang telah Allah Swt tentukan. Dan Allah Swt Maha Adil lagi Bijaksana,tidak
mungkin akan memberikan masalah kepada manusia melebihi kemampuannya. Semua
telah diukur dengan baik dan benar serta tidak mungkin tertukar apalagi salah.
Tatkala ada masalah,sikap terbaik seorang muslim adalah segera mengadu kepada
Allah Swt sambil berusaha menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan
sunnatullah yang ada. Ibn ‘Athaillah As-Sakandari dalam Hikam-38 menerangkan
bahwa :
لَا تَرْفَعَنَّ إِلَى
غَيْرِهِ حَاجَةً هُوَ مُورِدُهَا عَلَيْكَ فَكَيْفَ يَرْفَعُ غَيْرُهُ مَا كَانَ هُوَ
لَهُ وَاضِعًا؟ مَنْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَرْفَعَ حَاجَةً عَنْ نَفْسِهِ فَكَيْفَ
يَسْتَطِيعُ أَنْ يَكُونَ لَهَا عَنْ غَيْرِهِ رَافِعًا؟
“Janganlah
mengadukan hajat (kesusahan, cobaan atau musibah) kepada selain Allah,
sementara Dia yang mendatangkannya kepadamu. Bagaimana bisa selain Allah
menghilangkan musibah yang Allah turunkan kepadanya? Orang yang tidak mampu
menghilangkan musibah dari dirinya sendiri, bagaimana dia mampu
menghilangkannya dari orang lain?” Meski boleh curhat tentang masalah yang
sedang melandanya kepada saudara,teman dekat,orang yang dipercaya,atau
lainnya,namun sekedarnya saja untuk meringankan beban yang ada. Juga dalam
rangka berusaha menyelesaikan masalah sesuai sunnatullah. Hati tetap dijaga bahwa
yang bisa menyelesaikan masalah adalah yang memberi masalah,yakni Allah Swt.
Seorang
muslim dilarang mengeluhkan masalahnya kepada setiap orang yang tidak
berkepentingan,apalagi dengan mengiklankan kepada khalayak. Sungguh tidak etis
sekali dan justeru akan menimbulkan masalah baru. Pro kontra,simpati dan
antipati,bahkan doa dan hujatan akan datang silih berganti yang jika tidak siap
mental justeru akan menambah bobot masalah pertamanya. Bagi yang pro,curhatan
masalah akan menambah kesedihnnya karena harus memikirkannya. Sedankan bagi
yang benci akan tertawa kegirangan mendengar orang lain mendapat masalah,dan
ini adalah dosa. Teladan dari seorang tabi’in perlu kita renungkan,bagaimana
beliau dalam menghadapi masalah yang sedang menimpanya dalam rentang waktu yang
begitu lama sekali namun sanggup bersabar dan menyembunyikan dari orang lain.
Syuraih Al-Qadhi ra adalah seorang tabi’in mulia. Beliau pernah menderita sakit
pada matanya hingga buta sejak lima belas tahun lamanya tapi tidak ada seorang
pun yang tahu. Salah seorang dari mereka yang pernah mendapat nasihat berharga
ini bercerita: Syuraih berkata kepadaku pada saat aku mengadukan sebagian
sesuatu yang membuatku resah karena ulah kawanku. Maka Syuraih memegang
tanganku dan menarikku ke pinggir lalu ia berkata:
يَا ابْنَ أَخِيْ، إِيَّاكَ
وَالشَّكْوَى لِغَيْرِ اللَّهِ ، فَإِنَّ مَنْ تَشْكُوْ إِلَيْهِ لَا يَخْلُوْ أَنْ
يَكُوْنَ صَدِيْقًا أَوْ عَدُوًّا، فَأَمَّا الصَّدِيْقُ فَتُحْزِنُهُ، وَأَمَّا العَدُوُّ
فَيَشْمَتُ بِكَ
“Wahai
anak saudaraku, janganlah kamu mengadu kepada selain Allah. Karena sesungguhnya
orang yang kamu mengadu kepadanya bisa jadi dia adalah kawanmu atau musuhmu.
Kalau kawan, berarti kamu membuatnya sedih dan kalau musuh maka kamu akan
ditertawakannya.” Kemudian dia berkata lagi, “Lihatlah mataku ini, sambil
menunjuk ke salah satu matanya -, demi Allah aku tidak bisa melihat seseorang
pun dan tidak bisa berjalan dengannya sejak lima belas tahun lalu, akan tetapi
aku tidak beritakan kepada siapapun kecuali kamu pada saat ini. Apakah kamu
tidak mendengar ucapan seorang hamba salih:
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو
بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
“Sesungguhnya
hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. Yusuf:
86). Maka jadikanlah Allah sebagai tempat pengaduanmu dan tempat kesedihanmu
setiap kali musibah menimpamu. Karena Dia adalah Dzat Yang Maha Dermawan dan
Yang paling dekat untuk diseru.” (Suwar min Hayatit Tabi’in: 119-120).
Subhanallah,sebuah sikap kesabaran tingkat tinggi lagi mulia dari seorang yang
mulia. Betapa lapangnya hati beliau sanggup menyembunyikan musibahnya
sedemikian lama. Sebuah sikap yang jarang bahkan langka bisa diteladani manusia
zaman sekarang.
Mengadu
kepada Allah Swt artinya berdoa kepada-Nya dengan meminta agar diberikan
kemudahan dan kekuatan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada.
Berdoa-berusaha-dan berdoa kembali adalah proses yang harus dilakukan seorang
hamba tatkala mengadukan masalahnya kepada Sang Pemberi masalah. Tanpa doa,
masalah pada hakikatnya belum bisa terselesaikan dengan sempurna. Yang ada
justeru Allah Swt akan marah kepadanya.
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ
اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ. (رواه الترمذي، حسن)
“Orang
yang tidak memohon kepada Allah maka Allah akan memurkainya.” (HR. Tirmidzi).
Orang yang tidak meminta atau berdoa kepada Allah Swt pastinya adalah orang
yang sedang putus asa atau orang yang sombong. Dan keduanya sangat dimurkai
oleh Allah Swt. Demikian penjelasan dari Al Hafizh Al Munawi dalam Faidh Al
Qadir, 3/16. Semoga kita bisa mengadu hanya kepada Allah Swt tatkala tertimpa
masalah atau musibah.