Doa dan Ketentuan Allah
Terdapat
hubungan di antara doa dan ketentuan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berdoa
dengan memohon hanya kepada Allah Ta'ala harus tetap dijalankan oleh seorang
muslim.
Doa
adalah wujud permohonan kepada Tuhan. Pengertian lain doa adalah memuat
harapan, permintaan, dan pujian kepada Tuhan.
Pengertian
doa dalam Islam adalah sikap berserah diri kepada Allah SWT. Pengertian doa ini
dituturkan Imam Hafizh Ibnu Hajar dari Imam At-Thaibi dalam kitab Fathul Bari,
memperlihatkan sikap berserah diri dan merasa membutuhkan Allah SWT, karena
tidak dianjurkan ibadah melainkan untuk berserah diri dan tunduk kepada
Pencipta serta merasa butuh kepada Allah SWT.
Pengertian
doa dalam Islam merupakan ibadah kepada Allah SWT. Allah SWT pun menegaskan
bagi orang-orang yang tidak mau berdoa kepada-Nya, itulah gambaran kesombongan
sesungguhnya sebagaimana dalam Al-Quran surah Ghafir ayat 60 ini.
Dan
Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahanam dalam keadaan hina dina.”
Doa tidak bertentangan dengan qadha. Seseorang berdoa karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menentukan bahwa dia akan terhindar dari suatu hal karena berdoa. Atau, Allah Subhanahu wa Ta'ala menentukan hal tersebut dan juga menentukan bahwa dia akan berdoa. Maka, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan hal tersebut darinya.
Takdir
merupakan ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Takdir baik
dan buruk bagi makhluk hidup, semua murni ditentukan Allah SWT. Umat muslim
wajib mengimaninya.
Percaya
dengan adanya takdir menjadi salah satu rukun iman. Penetapan takdir merupakan
hak Allah SWT dan tidak ada seorangpun yang mengetahui.
Mengutip buku Islamologi: Qadar atau Takdir oleh Maulana Muhammad Ali dijelaskan bahwa Imam Raghib berpendapat kata qadar atau takdir artinya ukuran (kamiyyah) suatu barang, atau ukuran saja. Imam Raghib menjelaskan, Allah SWT menakdirkan segala sesuatu dengan dua cara. Yang pertama dengan memberikan qudrah atau kekuatan kepada segala sesuatu. Sementara yang kedua yakni membuat segala sesuatu dengan ukuran tertentu dan dengan cara-cara tertentu menurut kebijaksanaan.
Misalnya
sebagai contoh, sebutir biji kurma telah ditakdirkan hanya akan menumbuhkan
pohon kurma, artinya tidak dapat sebutir biji kurma menumbuhkan apel atau buah
zaitun.
Takdir adalah satu undang-undang atau ukuran yang bekerja pada sekalian makhluk Allah SWT. Al-Qur'an telah menyebutkan lewat beberapa ayat yang menjelaskan tentang takdir.
Dalam
surat Al-Furqan Ayat 2, Allah SWT berfirman,
ٱلَّذِى لَهُۥ مُلْكُ
ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٌ فِى
ٱلْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ فَقَدَّرَهُۥ تَقْدِيرًا
Artinya:
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Demikian
juga dijelaskan dalam surat Al-Qamar Ayat 49,
إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ
خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍ
Artinya:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Takdir
Allah SWT meliputi segala hal yang ada di alam semesta. Termasuk dalam hal ini,
pergantian siang dan malam, berputarnya planet di tata surya hingga takdir yang
akan dijalani oleh setiap manusia. Hukum takdir pada manusia tidak ada bedanya
dengan hukum takdir pada makhluk lain.
Takdir Baik dan Takdir Buruk
Allah
SWT telah menetapkan takdir hamba-hambanya perihal kesengsaraan, kebahagiaan,
rezeki dan ajal mereka sebelum mereka diciptakan.
Mengutip
buku Qadha dan Qadar oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dijelaskan, dari Ali bin
Abi Thalib ra, ia berkata, "Kami pernah menguburkan jenazah di pemakaman
Baqi' al Gharqad. Tidak lama kemudian, Rasulullah SAW datang kepada kami lalu
beliau duduk dan kami pun duduk mengelilingi beliau. Saat itu beliau sedang
membawa tongkat kecil yang beliau tegakkan dengan kakinya. Beliau bersabda:
'Tidak ada seorang pun dan tidak ada satu jiwa pun yang bernapas, kecuali
tempatnya telah ditulis di neraka atau di surga, Telah pula ditulis, apakah ia
akan hidup sengsara atau bahagia.'"
Dalam
hadits lain yang diriwayatkan Imran ibn Husain, ia berkata, "Selanjutnya,
ditanyakan kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, apakah telah diketahui antara
penghuni surga dan penghuni neraka?' Beliau menjawab, 'ya.' Setelah itu,
ditanyakan lagi kepada beliau, 'Lantas apa gunanya orang beramal?' Beliau
menjawab, 'Setiap orang akan dimudahkan (menuju jalan) penciptaannya." (HR
Muttafaq Alaihi)
Allah
yang menciptakan manusia dan Allah pula yang menetapkan keadaan manusia. Di
mana manusia hidup dan bekerja adalah takdir Allah, namun Allah memberi
kebebasan kepada manusia untuk memilih perbuatan yang ia lakukan.
Manusia
mempunyai kebebasan untuk menjalankan hidup atau tidak menjalankan sesuatu,
maka manusia bertanggung jawab atas yang ia lakukan dan ia harus menanggung
segala akibat dari perbuatan yang ia lakukan.
2 Jenis Takdir dalam Islam
1. Takdir mubram
Menurut
Sumber Belajar Kemendikbud, takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah
SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.
Artinya, takdir mubram tersebut tidak akan mengalami perubahan.
Contoh
takdir mubram adalah kelahiran, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat.
Sebab, tidak ada manusia yang mengetahui kapan seseorang akan lahir maupun
mati. Sehingga itu hanya menjadi rahasia milik Allah SWT.
Hal
ini sesuai dengan keterangan dari firmanNya dalam surat An Nisa ayat 78 yang
berbunyi,
أَيْنَمَا تَكُونُوا
يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ وَإِنْ تُصِبْهُمْ
حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا
هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ
لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
Artinya:
"Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa
suatu keburukan, mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muham-mad)."
Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa
orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
(sedikit pun)?"
2. Takdir muallaq
Pembagian
takdir selanjutnya adalah takdir muallaq. Takdir ini disebut sebagai ketentuan
Allah SWT yang mengikuti sertakan peran manusia melalui usaha atau ikhitiar.
Artinya,
takdir muallaq dapat diubah ketetapannya berdasarkan usaha atau pun doa
seseorang. Contoh takdir muallaq adalah keberhasilan seseorang dalam berdagang
karena ia berusaha maksimal.
Dalil
takdir muallaq tertulis dalam surat Ar Rad ayat 11, Allah SWT berfirman
mengenai sesuatu yang tidak dapat diubah sampai suatu kaum tersebut mau
mengubahnya. Berikut bacaannya,
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ
بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ
لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ
اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya:
"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung
bagi mereka selain Dia."
Beriman
dengan adanya takdir artinya meyakini bahwa Allah SWT Maha Kuasa yang
menentukan takdir kita. Selebihnya, peran manusia hanya mampu berusaha dan
bertawakal kepadaNya.
Maka
berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena Dia telah menakdirkan bahwa
kamu berdoa kepada-Nya lalu anakmu lulus. Rasulullah ﷺ telah bersabda,
إن القضاء والدعاء يعتلجان
بين السماء والأرض
“Sesungguhnya
qadha dan doa saling berbenturan antara langit dan bumi.” (HR Hakim)
Doa
ingin mengubah qadha, sementara qadha ingin turun pada doa. Maka Allah
Subhanahu wa Ta'ala kemudian memenangkan doa di atas qadha.
Jadi,
seseorang harus berdoa. Jangan pernah merasa putus asa terhadap rahmat Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Perbanyaklah doa karena ia tidak bertentangan dengan
qadha. Akan tetapi, qadha bisa dirubah dengan qadha yang lain. Atau, qadha bisa
diperingan dan bisa berupa pahala atau balasan.
Akhirnya,
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, panjatkanlah doa,
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah ayat 201)