Hubungan Takdir, Usaha, Doa dan Tawakal
Takdir,
ikhtiar, dan tawakal merupakan konsep-konsep penting dalam pemahaman keimanan
dan tindakan manusia dalam Islam. Oleh karena itu, sebagai umat Islam haruslah
bisa jelaskan hubungan antara takdir, ikhtiar, doa, dan tawakal.
Hubungan
antara keempat konsep ini sangat erat. Manusia diharapkan untuk berikhtiar
sekuat tenaga. Namun, dalam prosesnya, manusia harus menyadari bahwa takdir
Allah yang akan menentukan hasil akhirnya.
Hubungan
antara takdir, ikhtiar, doa, dan tawakal dalam Islam mencerminkan keyakinan dalam rahmat Allah
serta tindakan manusia dalam menjalani kehidupan. Konsep ini memiliki
keterkaitan erat dan memberikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ada
kalanya ketika seseorang ingin menggapai sesuatu, tetapi ia tidak berusaha dan
berdoa. Ia hanya bergantung dan menyerahkannya kepada takdir Allah SWT. Dengan
anggapan, bila memang sudah ditetapkan oleh-Nya, ia akan mendapatkan hal itu.
Begitu juga sebaliknya, ia tidak akan meraihnya, bila Allah tak menghendakinya.
Namun
sebenarnya, seorang hamba tetap harus ikhtiar (usaha), juga berdoa, dan
bertawakal dalam menentukan garis takdir dalam hidupnya. Memang benar bahwa
Allah SWT telah menetapkan takdir seseorang semenjak ia belum diciptakan,
tetapi Dia juga bisa mengubah suatu keputusan atas kehendak-Nya.
Macam-macam Takdir
Sebagaimana takdir Allah dibagi menjadi dua :
Takdir Mubram
Takdir yang tidak mungkin bisa diubah dan sudah pasti terjadi. Ketetapan ini mutlak keberlakuannya, dan tak ada peran manusia dalam penentuannya, seperti umur, ajal, kecelakaan, juga kebahagiaan.
Takdir Muallaq
Ketentuan
Allah SWT yang bisa diubah atas kehendak-Nya dengan peran manusia dalam
ikhtiar, dan doa. Bisa dikatakan Allah ingin mengetahui kesungguhan hamba-Nya
dalam menjalani kehidupan.
Sesuai
firman Allah SWT dalam Surah Ar-Ra'd ayat 11, yang mengingatkan bahwa usaha
bisa mengubah kondisi seseorang atau kelompok.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ
innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā
yugayyirụ mā bi`anfusihim
Artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka
mengubah apa yang ada pada diri mereka."
Adapun
ikhtiar perlu dibarengi dengan doa agar manusia tak merasa bahwa hanya usaha
yang dibutuhkan untuk mengubah takdir, melainkan juga doa. Karena tanpa
kehendak-Nya, takdir tak akan berubah.
Allah
juga mengatakan bahwa bila hamba-Nya memohon, maka ia akan mengabulkannya,
kalam Allah dalam Surah Ghafir ayat 60:
ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ
لَكُمْ
ud'ụnī
astajib lakum
Artinya:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu
harapkan)."
Setelah
usaha dan doa dilaksanakan, barulah seorang hamba bertawakal kepada-Nya. Yang
mana tawakal merupakan sikap menyerahkan diri atas segala sesuatu kepada Allah
SWT setelah bersungguh-sungguh. Sesuai firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat
159:
فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
fa
iżā 'azamta fa tawakkal 'alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn
Artinya:
"Apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal."
Contoh
takdir muallaq seperti ikhtiar manusia dalam menjaga kesehatannya, meraih
cita-citanya, membuka jalan bagi rezekinya dengan bekerja.
Hubungan Takdir dengan Ikhtiar, Doa, dan Tawakal
Mengenai
keterkaitan antara takdir dan usaha, doa, juga tawakal bisa disambungkan dengan
ketetapan Allah SWT yang bisa diubah dengan kehendak-Nya, yakni perihal takdir
muallaq.
Seorang
hamba perlu tekun berikhtiar dan doa, sebab usaha tanpa doa termasuk
menyombongkan diri, dan seakan tak membutuhkan Allah. Sementara berdoa tanpa
ikhtiar merupakan hal yang sia-sia. Sembari keduanya dilakukan seseorang harus
bertawakal kepada-Nya dengan berserah diri dan membiarkan Allah memutuskan apa
yang terbaik.