Kitab Ta'lim Muta'allim
Kitab
Ta‟lim al-Mutta‟allim merupakan literature klasik yang membahas tentang etika
belajar yang mengedepankan akhlak. Meskipun kecil dan judul yang seakan-akan
hanya membahas metode belajar, sebenarnya kitab ini juga membahas tujuan,
prinsip dan strategi belajar yang berdasar pada moral religius.
Pesantren
merupakan sarana para pelajar menimba ilmu pengetahuan secara intensif. Hal ini
tampak dari padatnya jadwal pengajian serta ragam kitab yang dipelajari. Namun,
dalam tradisi pensantren, ada yang lebih urgen ketimbang ilmu pengetahuan,
yakni adab atau etika. Termasuk etika dalam mencari ilmu itu sendiri. Bagi para santri, akhlak lebih tinggi
derajatnya daripada ilmu. Sedikitnya sopan santun lebih berharga daripada
banyaknya ilmu. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Imam Ibnu
al-Mubarak :
نَحْـنُ إِلَى قَلِيْــلٍ مِــنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ
مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعِلْمِ
“Kita
lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak”
(Syekh Syatha Dimyathi al-Bakri, Kifâyah al-Atqiyâ wa Minhâj al-Ashfiyâ, Dar
el-Kutub al-‘Ilmiyah, h. 262).
Dalam
menggembleng akhlak santri, pesantren memasukkan pelajaran tentang etika dan
tata cara menuntut ilmu ke dalam kurikulumnya. Hal ini dilakukan supaya para
santri memahami akhlak yang terpuji dan tata cara menuntut ilmu yang benar,
supaya ilmu mereka bermanfaat saat mengabdi di masyarakat.
Ada
beragam kitab yang digunakan dalam pembelajaran akhlak di pesantren.
Beberapa
yang bisa disebut antara lain al-Akhlâq lil Banîn karya Syekh Umar bin Ahmad
Baraja, Adabul ‘Âlim wal Muta‘allim karya Hadratussyekh Muhammad Hasyim
Asy’ari, Bidâyatul Hidâyah karya Imam al-Ghazali, dan yang sangat terkenal di
setiap pesantren yaitu kitab Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum karya Imam
al-Zarnûji. Kitab Ta’lîm al-Muta’allim
Tharîq at-Ta’allum merupakan salah satu kitab yang menghimpun tuntunan belajar.
Nama
lengkap penyusunnya adalah Burhânuddîn Ibrâhim al-Zarnûji al-Hanafi. Kata
al-Zarnûj dinisbatkan kepada salah satu kota terkenal dekat sungai Oxus, Turki.
Dari penisbatannya kepada al-Hanafi di ujung namanya dapat diketahui bahwa
beliau bermazhab Hanafi. Mengenai tahun kelahirannya para ulama tarikh masih
berbeda pendapat, begitupun dengan tahun wafatnya. Sebagian menyebutkan Imam
al-Zarnûji wafat pada 591 H, namun ada juga yang menyebutkan wafat pada 640 H
(Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum, Beirut: al-Maktab
al-Islami, cetakan pertama, 1981, halaman 18).
Imam
al-Zarnûji berguru kepada beberapa ulama besar pada masanya, di antaranya
adalah Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakr (573 H), Hammad bin Ibrahim,
Fakhruddin al-Kâsyâni, Fakhruddin Qâdhi Khan al-Awz Jundi, dan Ruknuddin
al-Farghâni. Para ulama tersebut adalah ahli fiqih sekaligus sastra. Mungkin
faktor inilah yang menyebabkan banyaknya nasihat yang dikutip oleh Imam
al-Zarnûji berasal dari ulama Hanafiyah, dan banyaknya syair di dalam kitab
ini.
Latar
belakang penulisan kitab ini adalah adalah sebagaimana yang beliau tuturkan
sendiri dalam mukaddimah kitabnya :
فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون
إلى العلم ولايصلون ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون لما أنهم أخطأوا
طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت وأحببت
أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم والحكم
Tatkala
aku melihat banyak dari para penuntut ilmu pada masa kita bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya. Di antara manfaat dan
buah ilmu adalah mengamalkan ilmu dan menyebarkannya.
Mereka
terhalang (dari ilmu) sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka
meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan setiap orang yang salah jalan maka
akan tersesat, dan tidak mendapat sesuatu yang ia inginkan sedikit ataupun
banyak. Maka aku ingin menjelaskan kepada mereka tata cara belajar berdasarkan
yang telah aku lihat dan dengar dari guru-guruku yang memiliki ilmu dan hikmah.
(Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum,halaman 57)
Imam
al-Zarnuji menjelaskan metode belajar dalam kitabnya. Ada 13 pasal yang
disebutkan olehnya dalam Ta’lîm al-Muta’allim, yaitu :
1.
Hakikat ilmu dan keutamaannya
Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji
membicarakan perihal kewajiban menuntut ilmu, dan tidak semua ilmu harus
dipelajari. Karena yang wajib bagi mereka adalah Ilmul hâl, seperti ilmu iman,
ilmu shalat, zakat, dan semacamnya. Setelah itu beliau menyebutkan
keutamaan-keutamaan menuntut ilmu, di antaranya analogi Imam al-Zarnuji akan
keutamaan Nabi Adam AS dibanding para malaikat adalah karena ilmu yang
dimilikinya. Imam al-Zarnuji juga
menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu ada 4. Pertama, fardlu‘ain, salah satunya
adalah ilmu wudhu dan shalat. Kedua, fardlu kifayah, seperti ilmu cara
menguburkan jenazah. Ketiga, haram, seperti mempelajari ilmu ramalan
berdasarkan perbintangan. Keempat, jawâz (boleh), seperti mempelajari ilmu
kedokteran.
2.
Niat ketika belajar
Imam Zarnuji menyebutkan, bahwa
seorang pelajar harus memiliki niat saat menuntut ilmu. Landasan yang digunakan
beliau yaitu sabda Nabi tentang niat, “innamal a’mâlu binniyyât”, “Sesungguhnya
amal seseorang tergantung pada niatnya.” Ada beberapa niat yang dianjurkan Imam
al-Zarnuji ketika menuntut ilmu. Pertama, mencari ridha Allah SWT. Kedua,
menghilangkan kebodohan dirinya dan orang lain. Ketiga, menghidupkan agama dan
mendirikan Islam. Keempat, mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Dalam
pasal ini Imam al-Zarnuji juga memberi peringatan supaya seorang pelajar tidak
mencari dengan maksud mencari pengaruh supaya orang-orang berpaling kepadanya,
begitu juga mencari kedudukan di sisi penguasa, kecuai jika ilmu tersebut
digunakan untuk menyeru kebaikan dan mecegah kemungkaran di tengah
pemereintah.
3.
Memilih ilmu, guru, dan teman, serta keteguhan dalam
menuntut ilmu
Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji
memberi saran bagi para pelajar untuk memilih ilmu, guru, dan teman. Hendaknya
bagi seorang pelajar mendahulukan ilmu yang dibutuhkannya sekarang dalam urusan
agama (ilmul hal), baru kemudian mempelajari ilmu yang berguna baginya pada
masa yang akan datang. Dan Imam Zarnuji menyarankan agar mencari guru yang
lebih pandai dan lebih sepuhdari dirinya, dan memilih teman yang tekun, wara’,
baik tabiatnya, dan tanggap.
4.
Menghormati ilmu dan ahlinya
Di sini Imam al-Zarnuji menjelaskan
bahwa seorang pelajar tidak akan mendapat ilmu melainkan ia menghormati ilmu
dan pemiliknya, yaitu gurunya. Beliau menyebut etika apa saja yang harus dilakukan
seorang pelajar, di antaranya adalah tidak duduk di tempat duduk gurunya, tidak
memulai percakapan dengan guru kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara di
sisi gurunya, dan lain-lain.
5.
Sungguh-sungguh, tekun, dan semangat
Imam al-Zarnuji memandang ilmu
adalah tujuan yang agung, ia harus dicapai dengan kesungguhan, ketekunan dan
semangat yang tinggi. Kesungguhan tidak hanya bergantung pada pelajar saja,
namun guru dan orangtua pun harus bersungguh menyiapkan pendidikan anaknya.
Beliau banyak memberi saran supaya ilmu itu kuat melekat pada diri seorang
pelajar.Di antaranya dengan mengulang pelajaran pada setiap permulaan dan akhir
malam.
6.
Tahap awal, ukuran, dan urutannya
Di sini imam al-Zarnuji banyak
menyinggung soal urutan tingkat pelajaran yang mesti diajarkan guru kepada
murid, dari dasar baru kemudian kepada tingkat yang lebih tinggiSelain itu,
Imam al-Zarnuji juga menyatakan bahwa merupakan suatu keharusan bagi pelajar
untuk saling menggelar kegiatan seperti mudzâkarah, munâdharah, dan almuthârahah.
Imam al-Zarnuji juga mengingatkan kepada pelajar untuk senantiasa bersyukur
atas karunia yang dianugerahkan kepada mereka berupa kemampuan untuk menuntut
ilmu.
7.
Tawakal kepada Allah
Tentunya setelah usaha-usaha
diatas, seorag pelajar hars berserah diri kepada Allah SWT. Imam al-Zarnuji
menganjurkan para pelajar untuk tidak perlu merasa sulit dan menyibukkan hati
dalam masalah rezeki. Hal ini senada dengan hadis Nabi SAW, “Barangsiapa yang
mencari ilmu, maka Allah SWT akan menjamin rezekinya.”
8.
Masa produktif
Masa mencari ilmu ada seumur hidup,
sejak dilahirkan hingga masuk ke liang lahat. Menurut Imam al-Zarnuji, waktu
terbaik untuk mencari ilmu adalah saat masih muda. Jika seorang pelajar merasa
jenuh terhadap satu disiplin ilmu, ia dapat beralih pada disiplin ilmu yang
lain.
9.
Kasih sayang dan nasihat
Ilmu dan akhlak adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Seorang pelajar hendaknya memiliki rasa kasih sayang,
bersedia memberi nasihat dan tidak iri hati. Seorang pelajar juga seharusnya
menghindari permusuhan dengan orang lain, karena dapat menyia-nyiakan waktu.
Beliau juga menyarankan agar mereka selalu positif thinking, tidak berburu
sangka kepada orang lain.
10. Mengambil faedah
pelajaran
Imam al-Zarnuji meletakan metode
praktis untuk menambah pengetahuan, di antaranya ialah dengan mempersiapkan
alat tulis setiap saat, tidak menyia-nyiakan waktu, bergaul dengan guru dan
tamak kepada ilmu, fokus ketika pelajaran, dan taat kepada seorang guru.
11. Bersikap wara’
ketika belajar
Imam al-Zarnuji dalam pasal ini
memberi wejangan kepada para pelajar untuk menjauhi rasa kenyang, banyak tidur,
banyak membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, menghindari makanan dari
pasar bila memungkinkan, menggunjing, bergaul dengan orang yang rusak akhlaknya.
Dan hendaknya mereka bergaul bersama orang-orang sholeh, duduk menghadap
kiblat, mengamalkan sunnah -sunnah Rasul, memperbanyak sholawat.
12. Penyebab hafal dan
lupa
Menghafal termasuk ke dalam metode
belajar di berbagai lembaga pendidikan. Imam Zarnuji menyebutkan bahwa hal yang
banyak membantu hafalan ialah kesungguhan, tekun, sedikit makan, dan shalat di
malam hari, membaca Al-Qur’an.
Seadngkan hal-hal yang dapat menyebabkan lupa di antaranya adalah banyak
berbuat maksiat, banyak melakukan dosa, gelisah, khawatir, dan sibuk dengan
urusan dunia.
13. Sesuatu yang
mendatangkan dan menjauhkan rezeki, serta menambah dan memperpendek umur.
Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji
mengingatkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui apa saja yang menambah
rezeki dan apa saja yang menambah panjang usia dan kesehatan, supayamasa
belajarnya dapat diselesaikan dengan baik. Imam al-Zarnuji menyebutkan bahwa
perbuatan dosa dan dusta dapat menjadi penghalang datangnya rezeki. Selain itu,
Beliau juga menyatakan bahwa tidur pada waktu Subuh termasuk penghalang rezeki,
banyak tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir dalam ilmu. Sedangkan bangun di
waktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat mendatangkan
rezeki.
Dalam
memperkuat pendapatnya, Imam al-Zarnuji terkadang menggunakan hadis dan
syair-syair.
Banyak
sekali syair dalam kitab Ta’lîm al-Muta’allim, hingga ada yang menghimpunnya
dalam kitab khusus, yaitu syair Alala. Salah satu bait yang terkenal dalam
kitab ini adalah Syair Muhammad bin al-Hasan :
تعلم فإن العلم زين لأهله # وفضل وعنوان لكل المحامد
وكن مستفيدا كل يوم زيادة # من العلم واسبح في بحور الفوئد
Belajarlah,
karena ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, juga keutamaan dan tanda bagi
setiap sesuatu yang terpuji.Jadilah dirimu dapat mengambil faedah dari ilmu
setiap harinya, dan berenanglah engkau dalam lautan kemanfatan (Imam
al-Zarnuji, Ta’lîm al-Muta’alim, Beirut:halaman 61)
Karya
Imam al-Zarnuji ini telah dikenal banyak orang baik di Timur maupun di Barat.
Banyak para ulama yang memuji kitab Ta’lîm al-Muta’allim, di antaraya adalah
al-‘Allamah al-Kinawi a-Hindi. Beliau mengatakan, “Aku telah membaca kitab ini
berulang-ulang, dia adalah kitab yang ringkas, memiliki banyak manfaat,
berharga dan berfaedah. (Imam al-Zarnuji, Ta’lîm al-Muta’alim, Beirut : halaman40) Ta’lîm al-Muta’allim sangat cocok sekali
dipelajari oleh santri, kendati demikian, bahasa dalam kitab ini lumayan rumit
bagi pelajar pemula, terlebih syair-syair di dalamnya. Terkadang santri baru
akan menggunakan kitab Taysîr al-Khalâq atau al-Akhlâq lil Banîn sebelum
mempelajari kitab ini.
Keterangan :
Terjemah
Ta'lim Muta'alim (Taklim Al-Muta'allim) Judul kitab asal: Ta'limul Muta'allim
Tariq Al-Ta'allum Pengarang: Burhanul Islam Al-Zarnuji Bidang studi: Akhlak,
tasawuf dan budi pekerti
Nama
kitab : Terjemah Ta'lim Muta'alim (Taklim Al-Muta'allim)
Judul
kitab asal : Ta'limul Muta'allim Tariq Al-Ta'allum ( تعليم المتعلم طريق التعلم)
Pengarang :
Burhanul Islam Al-Zarnuji
Penerjemah :
Bidang
studi : Akhlak, tasawuf dan budi pekerti
Keterangan:
kitab Talim al-Muta'allim adalah salah satu literatur kitab kuning populer yang
biasa dikaji di pondok pesantren salaf. Dirilis ulang / ditulis ulang dalam
artikel pdf.
Download:
-
Versi Terjemah (pdf)
-
Versi Arab (pdf)
Koleksi Artikel Kanti Suci Project
Versi Terjemah (pdf) :