3 CARA MENGHANCURKAN NEGERI DAN BANGSA
Foto : Owner & Creator Imajier Nuswantoro |
Tiga cara melemahkan dan menjajah suatu negeri dan bangsa.
1. Kaburkan sejarahnya.
2. Hancurkan bukti-bukti sejarah bangsa itu hingga tidak dapat lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya.
3. Putuskan hubungan mereka dengan leluhur mereka, dengan mengatakan leluhur mereka itu bodoh dan primitive.
Tiga method ini terdapat dalam buku tulisan Juri Lina yang bertajuk, “Architects of Deception: The Concealed History of Freemasonry”. Juri Lina merupakan seorang journalist dan penulis yang berasal dari Estonia, kemudian dia berhijrah ke Sweden kerana mengalami perbalahan dengan Badan Intelijen UNI Soviet atau KGB, ketika Soviet menjajah dan menduduki Estonia. Buku-buku tulisannya sebahagiannya mengenai ideologi-ideologi politik dari komunisme sampailah kepada globalisme (mondialisme).
Ini merupakan sebuah buku yang berbentuk respond kepada penjajahan Soviet ke atas tanah airnya di Estonia, di mana Juri Lina menggambarkan Soviet sebagai gergasi penjajah yang dipandu oleh parti komunis yang memiliki pola fikir Masonik (freemason) di mana ia tidak hanya berusaha untuk menghilangkan identiti bangsa Estonia tapi juga bangsa Russia dengan cara membunuh “semangat” kebangsaan mereka dan menjadikan bangsa mereka hidup tanpa Tuhan serta hidup tanpa tanah leluhur mereka (pihak soviet menduduki dan menguasai tanah leluhur mereka), dengan itu mudah la pihak Soviet mengekspolitasi tanah, sumber alam dan bangsa jajahan mereka.
Bagi kita di Sabah dan Borneo, terutama bangsa Dusunic, kita juga sekian lama dikontrol oleh kuasa tertentu yang selama ini mengaburkan sejarah kita, menghapuskan bukti-bukti sejarah kita dan mengatakan budaya nenek moyang kita adalah budaya bodoh, primitive,barbarian, pagan, sesat dan sebagainya. Tugas kita sebagai generasi baru di zaman moden ini adalah untuk mendokumentasikan sejarah kita, memelihara bukti-bukti sejarah yang masih kita miliki dan menghormati budaya dan adat leluhur kita.
|
TIGA CARA MENGHANCURKAN SEBUAH BANGSA.
1. Kaburkan sejarahnya.
2. Hancurkan bukti-bukti sejarah itu, hingga tidak bisa lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya.
3. Putuskan hubungan mereka dengan Budaya tradisi yang datangnya dari leluhur bangsanya sendiri dengan mengatakan leluhur itu bodoh dan primitif, kafir dan musyrik.
MENGHANCURKAN BANGSA DENGAN MENGHILANGKAN SEJARAH BAGI GENERASINYA
Sering kita dengar muncul sebuah pernyataan bahwa, untuk menghancurkan suatu bangsa atau negara, maka cukup menghilangkan atau hancurkan ingatan sejarah generasi mudanya. Lalu, apa maksud dari pernyataan ini ?
Dalam buku Architects of Deception yang ditulis oleh Juri Lina, ada tiga cara untuk melemahkan, menjajah, atau bahkan menghancurkan suatu bangsa. Ketiga cara tersebut antara lain :
|
Pertama, kaburkan sejarahnya.
Kedua, menghilangkan atau hancurkan bukti-bukti sejarah bangsa itu sehingga tidak bisa diteliti dan dibuktikan kebenarannya.
Dan yang ketiga, putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya dengan mengatakan bahwa leluhurnya itu bodoh dan primitif.
Mengapa demikian ?
Sejarah adalah lambang kebesaran atau kekayaan suatu bangsa pada masa lampau. Contoh, di Indonesia terdapat banyak bukti sejarah bahwa dulu ada kerajaan-kerajaan baik yang bercorak Hindu, Buddha, maupun Islam dan Kristen yang berjaya di eranya masing-masing. Kerajaan-kerajaan tersebut tentunya mempunyai bukti peninggalan yang sangat berharga seperti artefak, prasasti, kerajinan, dan lain-lain.
Jika generasi muda mengingat tentang sejarah kemakmuran, kebesaran, dan kekayaan bangsa di masa lampau, tentunya akan menjadi sebuah hal yang baik. Sebab, dengan mengetahui hal tersebut, generasi muda akan terpacu untuk menjadi lebih baik.
Dengan meneliti dan membuktikan bahwa pada masa lalu bangsanya adalah sebuah bangsa yang besar, maka akan menjadi pemicu untuk menyamai atau melebihi prestasi para pendahulu pada masa lalu. Dan pada akhirnya, generasi muda akan menilai bahwa para leluhurnya adalah orang-orang hebat yang berjuang tanpa kenal lelah sehingga menghasilkan sebuah bangsa yang besar di era kemudian
Sebaliknya, jika generasi muda tidak mau mengingat tentang sejarahnya, atau dihancurkan ingatannya tentang sejarah bangsanya, maka generasi muda itu akan sangat mudah untuk mengambil kebudayaan bangsa lain tanpa menyerapnya, sehingga akan timbul pemikiran bahwa leluhurnya bodoh dan primitif, atau bahkan menganggap bahwa leluhurnya tidak memiliki budaya.
Pendidikan sejarah di sekolah, kata Ahmad Mansur Suryanegara, memiliki andil besar mengaburkan sejarah di Indonesia. Buku-buku pelajaran sejarah banyak mengacu pada buku-buku sejarah yang sumbernya adalah sudut pandang Belanda.
Menurut sejarawan dari Universitas Padjadjaran Bandung itu, Belanda memiliki tujuan tertentu ketika masih menjajah Indonesia, yakni berupaya mengaburkan sejarah di Indonesia.
Kita ambil contoh salah satu upaya Belanda dalam mengaburkan sejarah demi melemahkan perjuangan bangsa Indonesia, yaitu pengaburan terhadap sejarah Islam. Karena pemerintahan kolonial Belanda mendapatkan kesulitan dan perlawanan dari umat Islam. Maka, kata Mansur, wajar bila Belanda lantas berupaya menghilangkan atau mengaburkan peran kesejarahan umat Islam Indonesia
Selain itu beberapa buku sejarah juga menuliskan bagaimana leluhur bangsa Indonesia digambarkan seakan-akan hidupnya sangat primitif. Padahal, apabila kita melihat beberapa peninggalan-peninggalan sejarah di Indonesia, semua dibangun begitu megah dan indah. Itu menunjukkan bahwa leluhur bangsa Indonesia adalah masyarakat yang berperadaban maju.
Sebagai salah satu contoh situs purbakala di Cianjur, yaitu Situs Gunung Padang yang diperkirakan dibangun sekitar 20.000 tahun yang lalu. Logikanya tidak mungkin bangunan megalitik berupa punden berundak sebesar gunung bisa dibuat oleh masyarakat primitif. Itu semua dibangun atas ilmu kecerdasan dan kearifan leluhur bangsa Indonesia yang telah berperadaban maju.
Namun terkadang masalah lain sering muncul, diantaranya sering terjadi perusakan situs dan pencurian artefak atau arca serta manuskrip kuno oleh orang-orang. Sehingga peninggalan-peninggalan sejarah itu tidak bisa lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Tugas kita adalah menjaga dan merawat situs atau benda cagar budaya yang ada sehingga keberadaannya tetap lestari.
Foto : sebagai pemanis dari Mbah Google |
Jüri Lina (lahir 13 Oktober 1949 di Tartu) adalah seorang jurnalis Estonia , penulis, penyelidik paranormal, produser musik, pembawa acara radio, sutradara film dan ufologis .
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, ia menerbitkan banyak karya (artikel, ulasan, terjemahan) yang bersifat anti-Soviet. Karena perselisihan dengan kekuatan Soviet, pada tahun 1979 ia diusir dari Estonia oleh otoritas Soviet. Sejak saat itu, ia tinggal terutama di Swedia. Pada tahun 1991, ia direhabilitasi. Karya -karya Lina biasanya bersifat konspirasi , anti-Masonik, anti-Komunis, dan anti-semit . Ia adalah salah satu penyangkal Holocaust paling terkenal di Estonia.
Sejak 1995 ia menjadi anggota Asosiasi Humas Swedia (Publicistklubben).
Dari tahun 1960–1970, Jüri Lina pertama kali mulai menulis artikel, ulasan, dan terjemahan serta memproduksi program radio, yang paling terkenal adalah " Pobifo revüü ", yang program pertamanya disiarkan pada program II yang sesuai dari Eesti Raadio , atau Vikerraadio , pada tanggal 22 Mei 1968.
Pada tahun 1967, Lina berpartisipasi dalam pendirian klub film Amfo di Tartu , dan menjadi presiden pertamanya pada tahun yang sama. Pada musim panas tahun 1968, ia mulai bekerja dengan komposer Toivo Kurmet , yang karyanya mulai ia rekam di radio. Pada musim gugur tahun 1968, grup musik pop Finlandia Ernos menyelenggarakan pertunjukan di gedung konser Estonia .
Lina memberikan ceramah kepada para mahasiswa, pelajar, dan perusahaan atas inisiatif Ühing Teadus . Pada tahun 1972, ia mendirikan penerbit bawah tanah Agart, menerbitkan karya-karyanya sendiri dan karya terjemahan dalam bentuk manuskrip, yang sebagian besar adalah literatur tentang topik paranormal , tetapi juga menerjemahkan karya fiksi. Pada bulan Mei 1972, ansambel Ruja menyelenggarakan serangkaian konser di Estonia sebagai bagian dari "Popsalong", di mana ia sendiri menyampaikan ulasan musik pop . Acara tersebut dilarang oleh KGB . Ia terlibat dalam pertunjukan puisi di malam budaya bawah tanah di Tartu dan Tallinn . Ia berkolaborasi dengan sutradara dan aktor Jaan Tooming , dengan siapa ia merekam pertunjukan puisi "Virvatuled udus", yang disiarkan di Eesti Raadio.
Pada tanggal 2 Mei 1975, KGB menggeledah rumah Jüri Lina, dengan harapan menemukan materi anti-Soviet , yang sebenarnya tidak ada di sana. KGB kemudian memberinya peringatan keras karena melakukan pengalihan ideologis selama interogasi di gedung KGB di Jalan Vanemuise. Pada tahun yang sama, Jüri Lina dilarang menerbitkan karyanya karena pandangan yang berbeda. Setelah berkonflik dengan KGB, ia pindah ke Helsinki, Finlandia , pada bulan April 1979 dan kemudian ke Swedia pada bulan Agustus di tahun yang sama. Ia kemudian tampil di radio asing berbahasa Estonia, termasuk Radio Estonia di Stockholm , Voice of America di Washington, DC , dan Radio Free Europe di Munich . Pada tahun 1984, KGB mengajukan kasus pidana terhadap Jüri Lina berdasarkan aktivitas publisitasnya, termasuk buku "Öised päevad" dan "Sovjet hotar Sverige", atas dasar pengkhianatan, penyelidikan berlangsung beberapa tahun hingga ia direhabilitasi pada tahun 1991.
Kanti Suci Project