DEWI BANOWATI
Ngonceki lintang kang kethap-kethip nyawang kahanan
Harya Suman nylimuti Sang Duryudana kagiring ing jurang nendra mbabar lelamisan
Bosah-baseh Ngastina Pura dening culikane rasa kang kapiarsa alus pindha sutra
Ach Duryudana sansaya banter kesluru mburu nepsu kang kawangun
Harya Suman sansaya keket ngrangkul ngruket
Ngruket jiwane
Ngruket rasane
Ngruket panjangkane
Sang Banowati amung bisa ngunjal napas
Dhuh Sang Dewi.....
Acum tumungkul rumembyak rekmane ing wangine pinus
Samirana nggelar duhkitane rasa
ngaras kangen kang kesengker ing pethit ratri
kangen wangi kang kadhung angambar
kangen sotyaning ati ing unjalan impen
Sang Dewi wus lungkrah
sajrone kraton kang ora pernah
Njur apa uga ijih salah
ndeder impen ngoyak bungah ?
Dewi banowati
Rupane apik cantik manja Nanging atine elek |
Anenggih menika ta warnane kusumaning ayu dewi Banowati raja putri ing negari Mandaraka atmajanipun Prabu Salyapati kang wus ginarwa dining nalendra ing Hastina pura Prabu Duryudana sanadyan ayu rupane endah sulistya ing warna nanging nistha minangka jejering wanita tama gandrung gandrung kapirangu kaliyan satriya panengahing pandhawa Dyan Permadi ya Sang Harjuna sarta wus kelampahan akaronsih nganti apeputra kakung R Lesmana Mandra kumara mula candrane Raja putra ing Hastina kaya bocah mendho.
Wayang punika aran Dewi Banowati, putra putrinipun Prabu Salya Ratu ing Mandaraka.
Dewi Banowati gadhah sedherek pambayun aran Dewi Erowati ingkang kagarwa dening Prabu Baladewa ratu ing Mandura, wondene ingkang angka kalih aran Dewi Surtikanti garwanipun Adipati Karna satriya saking Ngawangga.
Dewi Banowati kagarwa dening Prabu Duryudana, Suyudana, Jakapitana, Tri Pamangsah, Kurawaindra, Destratmaja ugi aran Kurupati Ratu ing Astinapura.
Dewi Banowati tasih gadhah adhi kakung kalih cacahipun, inggih menika Burisrawa kaliyan Rukmarata.
Ingkang dereng kula mangertosi punika sinten asmane sisihan utawi garwanipun si Burisrawa ?
BANOWATI
Dalam Mahabharata, Banowati adalah nama tokoh tambahan, putri Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati alias Setyawati, putri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah. Ia mempunyai empat saudara kandung, masing-masing bernama : Dewi Erawati, Dewi Surtikanti, Arya Burisrawa, dan Bambang Rukmarata. Dewi Banowati menikah dengan Prabu Duryudana, raja negara Astina, putra Prabu Destarata dengan Dewi Gandari. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra yaitu Raden Lesmana Mandrakumara dan Dewi Lesmanawati. Sebelum menikah dengan Duryudana, Dewi Banowati jatuh cinta dengan Arjuna. Dewi Banowati berwatak jujur, penuh belas kasih, jatmika (penuh dengan sopan santun), tetapi agak sedikit genit. Akhir riwayatnya diceritakan, ia mati dibunuh oleh Aswatama, putra Resi Durna. Hal ini terjadi setelah berakhirnya perang Baratayudha, yaitu saat menunggu pindahan keluarga Pandawa dari negara Amarta ke negara Astina.
CINTA SEGITIGA BANOWATI
Kecantikan Dewi Banowati putri Prabu Salya penguasa Kerajaan Mandakara tiada duanya . Kecantikannya membuat para lelaki mulai dari rakyat jelata, ksatria dan Raja berlomba lomba ingin menyuntingya untuk dijadikan permaisuri dan istri.
Banowati jatuh cinta pada Arjuna sebelum menikah Prabu Duryudana. Cinta pertama Banowati dengan lelaki yang mempunyai julukan " Lananging Jagad " terus berkobar antara keduanya meski Banowati secara sah telah menjadi istri Duryudana.
Cinta sejati Banowati pada Arjuna tak pernah padam sejengkalpun .Banowati terpaksa menikah dengan Duryudana bukan atas dasar cinta tetapi menuruti kemauan ayahnya Prabu Salya yang tergiur limpahan harta.
Keduanya seringkali bertemu memadu kasih disebuah pesanggrahan saat Prabu Duryudana menuaikan tigas tugas Kerajaan. Meskipun diketahui pembesar Kerajaan dan dilaporkan kepada Prabu Duryudana.Sang Raja tak mempercayainya, karena lebih percaya pada permaisuri yang sangat disaysnginya
Kematian sang suami Prabu Duryudana dalam perang Baratayudha membuat impiannya bersatu dengan kekasih lamanya Arjuna menjadi nyata . Kemudian keduanya disatukan dalam maghligai perkawinan mewujudkan cinta sejatinya yang telah lama tumbuh sejak sebelum menikah dengan Prabu Duryudana
Sayang disayang malam kebahagian harus betakhir tragis, Banowati dibunuh Aswatama sebagai balas dendam atas kematian para Kurawa.
Kisah Mahabarata : Duryudhana Krama
Dewi Banowati sudah tak bisa mengelak lagi untuk mengundur menerima lamaran dari Prabu Anom Suyudana. Ia harus menentukan sikap. Dewi Banowati bingung. Lalu ia pergi ke kamarnya untuk bersemadi. Lalu sesuatu membuatnya kaget. Seketika ia bangkit dan kembali ke hadapan ayahnya, Prabu Salya. Dewi Banowati lalu mengatakan bersedia menikahi pangeran mahkota Hastinapura itu apabila mampu menghadirkan penata rias yang paling good looking dan menaiki gajah putih milik ratu gandarwa. Prabu Anom Suyudana seketika memerah wajahnya. Ia tahu kalau salah satu syarat itu memberatkannya, karena siapa yang tidak tahu jika pria paling good looking di Jawadwipa ini hanya Permadi. Adipati Karna menyabarkan sahabatnya itu. Ia akan meminta langsung kepada adiknya itu untuk memenuhi keinginan Suyudana.
Permadi yang dicari-cari sedang berbulan madu dengan Dewi Manuhara, putri Resi Sidiwacana di Andong Sumawi. Lalu Adipati Karna datang bersama Suyudana. Langsung saja ia berkata to the point bahwa ia ingin adiknya itu menjadi penata rias buat pernikahan Suyudana dan Banowati. Permadi kaget, hatinya perih mendengar pujaan hatinya akan menikahi orang lain. Namun ia berusaha menguatkan hatinya. Ia merelakan Banowati jadi isteri Suyudana. Untuk syarat kedua, Resi Sidiwacana tahu harus bertanya pada siapa. Ia punya sahabat dari kalangan gandarwa, malah ratunya bernama Nini Mirahdinebak. Singkat cerita, Resi Sidiwacana menunjukan hutan Tawangnangka, tempat tinggal Nini Mirahdinebak. Sesampainya di sana, Nini Mirahdinebakenyambut mereka. Adipati Karna lalu menceritakan apap-apa yang diinginkan sahabatnya itu. Nini Mirahdinebak mengerti. Ia lalu mengajak Prabu Anom Suyudana ke taman belakang istananya untuk bicara empat mata.
Sesampainya di taman, Nini Mirahdinebak berkata pada Suyudana bahwa ia bersedia meminjamkan gajah putihnya yang bernama Gajah Murdaningkung dengan syarat Suyudana harus bersenggama dengannya. Suyudana kaget dan menolak hal itu. Nini Mirahdinebak merayu Suyudana dan berkata kalau ia bersedia, Suyudana akan mendapat banyak keuntungan. Ia bisa menikahi pujaan hatinya sekaligus mendapat sekutu dari kalangan Gandarwa kelak saat perang nanti. Bahkan gajah Murdaningkung akan menjadi miliknya secara cuma-cuma, hanya untuknya. Tawaran itu sangat menggiurkan. Suyudana setuju. Maka Nini Mirahdinebak mengubah wujud mengerikannya jadi wanita yang sangat cantik jelita. Dalam wujud secantik itu, Suyudana jadi sangat kesengsem padanya dan akhirnya mereka melakukan perkimpoian yang sangat seronok. Mereka saling menumpahkan segala rasa dan birahi yang liar. Begitu keduanya sama-sama puas, mereka segera mandi di kolam istana dan anehnya, keperjakaan dan keperawana mereka kembali. Meskipun keperjakaannya kembali, Suyudana merasa ia tetap sudah bukan perjaka lagi. Lalu sesuai janji, gajah Murdaningkung diberikan kepada Suyudana.
Di Mandaraka, keluarga Prabu Salya mempersiapkan pernikahan Suyudana dan Banowati. Lalu datanglah keluarga Pandawa. Lalu terdengarlah suara iring-iringan mempelai pria ke arah kotaraja. Terlihat Prabu Anom Suyudana begitu gagah mengendarai seekor gajah putih yang dikusiri Nini Mirahdinebak. Dibelakangnya, terlihat Adipati Karna dan Dewi Srutikanti mengendarai Kereta Jatisura. Di belakangnya lagi, disusul iring-iringan para Kurawa yang dipimpin Arya Dursasana, Raden Permadi dan para Punakawan. Hari itu, selain Prabu Anom Suyudana, para Kurawa, dan Adipati Karna yang nampak cemerlang dengan pakaian kebesaran mereka, Raden Permadi yang juga memakai pakaian kebesaran menjadi fokus bagi semua orang terutama Dewi Banowati. Singkat cerita, Dewi Banowati masuk ke kamar bersama Permadi untuk dirias. Disana, Dewi Banowati menumpahkan segala rasanya kepada Permadi bahwa ia sangat mencintainya. Permadi pun sama. Mereka saling menangis dan meratapi nasib cinta mereka. Dewi Banowati lalu bercerita ia pernah bersemadi dan melihat pemandangan tentang perang besar yang sudah diramalkan Dewata dimana akan merenggut banyak korban termasuk ayah dan adik-adiknya. Itulah alasan ia menerima lamaran Suyudana. Ia akan membantu di kubu Pandawa dengan menyerahkan raganya kepada sulung Kurawa. Keduanya saling terharu dan memeluk satu sama lain. Tanpa sadar terjadilah kecelakaan yang dapat menyebabkan gerhana cinta diantara mereka bertiga.
Suyudana merasa lama sekali calon isterinya dirias. Karena tak sabar, ia mendobrak pintu dan melihat kalau riasan Dewi Banowati sangat rinci dan apik. Pantas jika sangat lama. Singkat cerita, pernikahan pun digelar meriah selama tujuh hari-tujuh malam. Kermaaian itu tak terkira megahnya. Semuanya memakai pakaian terbaik mereka. Permadi hanya bisa menonton dengan getir Suyudana dan Banowati menaiki gajah Murdaningkung berpesiar merayakan hari bahagia meraka. Setelah 35 hari pesta selesai, Suyudana memboyong Banowati ke Hastinapura. Sekembalinya Suyudana ke Hastinapura, Adipati Dretarastra turun takhta dan menyerahkan mahkotanya kepada Suyudana. Suyudana menjadi raja dan menggunakan nama lahirnya yakni Prabu Duryudhana.
Kelahiran Sarojakusuma, / Lesmana Mandra Kumara
Seperti sudah diketahui, hamilnya Dewi Banowati (permaisuri Hastinapura) tidak lantas membuat prabu Duryudana berbahagia. Pasalnya belum genap 7 bulan pernikahan keduanya, Banowati sudah hamil besar layaknya 9 bulan. Kecurigaan mengarah kepada Arjuna yg sudah menjadi rahasia umum merupakan "teman tapi mesra" dari Banowati. Pernikahannya dengan Duryudana sebenarnya bisa dikatakan kawin paksa. Banowati mau diperistri Duryudana namun cinta Banowati sesungguhnya hanya pada arjuna. Meskipin begitu Duryudana juga tidak bisa apa apa karena memang perjanjian itu sudah dia sepakati.
Namun pria mana yang rela diperlakukan terus menerus demikian. Bolak balik arjuna berkunjung ke taman kadilengleng saat hamilnya banowati. Hingga akhirnya murkalah Duryudana
Diusirnya banowati yang hamil tua. Sumpah Duryudana, apabila kelak lahir bayi perempuan maka itu bukanlah anaknya. Namun sebaliknya bila lahir laki laki maka itulah anaknya. Disaat bersamaan istri arjuna, dewi Manuhara juga hendak melahirkan. Singkat cerita banowati dan Manuhara sama sama melahirkan bayi perempuan. Khawatir tidak diterimanya banowati ke hastinapura maka dibuatlah tipu daya. Bayi perempuan banowati ditukar dengan bayi laki-laki Jim Wreksabahu.
Dengan segala kekurangan cacat mental bayi jim itu karena memang bukan manusia, tapi yg penting laki-laki. Bayi laki laki itu dibawa pulang ke hastinapura dan diakui putra oleh prabu duryudana. Sungguh senang dia karena anak laki-laki itu ia gadang-gadang kelak menjadi penerus tahta. Putra itu diberi nama sarojakusuma/lesmana mandra kumara.
Lantas bagaimana nasib 2 bayi perempuan tadi.
Mereka dirawat oleh dewi manuhara bersama kakeknya begawan sidik wacana. Keduanya diberi nama kembar yaitu Pregiwa dan Pregiwati. Kelak pregiwa berjodoh dengan gathutkaca sedang pregiwati dengan pancawala. Lain cerita dengan kisah cinta Sarojakusuma, meskipun dia
Putra raja, cintanya selalu kandas ditolak wanita. Hendak melamar Siti Sendari kalah dengan Abimanyu. Mau mencintai Janakawati sudah keburu diambil antasena.
Imajiner Nuswantoro