Learned Helplessness
Learned Helplessness yaitu Rasa ketidakberdayaan atas pengalaman berulang yang tidak terkendali yang menurunkan harga diri dan ketidakmampuan melihat peluang usaha untuk mengubah pengalaman berulang yang tidak menyenangkan tersebut yang disebut learned helplessness oleh Martin Seligman (dikutip dalam Hoeksema, 2007).
Learned helplessness adalah keyakinan individu atas ketidakmampuan dirinya dalam menangani, mengontrol, ataupun mengubah keadaan yang terjadi di sekitarnya yang dianggap tidak menyenangkan dan terjadi berulang-ulang, sehingga menimbulkan rasa menyerah dan sikap pasif, disebabkan kegagalan.
Penyebab ketidakberdayaan (Learned helplessness)
Ketidakberdayaan yang dipelajari biasanya terwujud sebagai kurangnya harga diri, motivasi rendah, kurangnya kegigihan, keyakinan bahwa dirinya tidak kompeten, dan akhirnya kegagalan. Hal ini lebih umum terjadi pada orang-orang yang telah mengalami peristiwa traumatis berulang seperti pengabaian dan pelecehan di masa kecil atau kekerasan dalam rumah tangga.
Ketidakberdayaan adalah perasaan atau keadaan tidak mampu melakukan apa pun untuk membantu diri sendiri atau orang lain : Melakukan sesuatu untuk orang lain dapat menghilangkan perasaan tidak berdaya. Saya diliputi perasaan tidak berdaya saat didorong ke ruang operasi.
Menurut Carpenito (2009), Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, perasaan tidak berharga, ketidakadekuatan koping sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan.
Catatan :
(adekuatan = memenuhi syarat, memadai, sama harkatnya).
Koping adalah upaya seseorang untuk mengatasi situasi yang menekan, seperti stres dan cemas, dengan cara melakukan perubahan perilaku maupun kognitif.
Koping juga bisa diartikan sebagai daya tanggulang yang merupakan tanggapan pikiran dan perilaku untuk mengatasi konflik yang muncul dari situasi penuh tekanan.
LEARNED HELPLESSNESS : KETIDAKBERDAYAAN MELAKUKAN SESUATU
Tahukah pembaca artikel blogger ini, Apa itu mengenai learned helplessness ?
Learned helplessness merupakan sebuat wujud ketidakberdayaan ketika telah melakukan sesuatu dan akhirnya mempercayai bahwa hak tersebut tidak dapat diubah. Learned helplessness merupakan keadaan yang terjadi setelah seseorang mengalami situasi stres berulang kali. Mereka menjadi percaya bahwa mereka tidak dapat mengendalikan atau mengubah situasi, sehingga mereka tidak mencoba bahkan ketika peluang untuk perubahan tersedia.
Learned helplessness dapat dianalogikan ketika seekor hewan berulang kali mengalami stimulus permusuhan sehingga ia tidak dapat melarikan diri. Akhirnya, hewan itu akan berhenti berusaha menghindari stimulus dan berperilaku seolah-olah tidak berdaya untuk mengubah situasi. Bahkan ketika kesempatan untuk melarikan diri disajikan, learned helplessness ini akan mencegah tindakan apa pun.
Tapi menjadi subyektif tak berdaya adalah masalah lain. ketidakberdayaan adalah kognitif dan dipelajari. Hewan itu harus “mendeteksi” kurangnya kontingensi seperti yang didefinisikan di atas dan karenanya harus “mengharapkan” bahwa di masa depan kejutan akan terlepas dari tanggapannya. Ini adalah saran radikal untuk tahun 1960-an. Teori pembelajaran pada masa itu menyatakan bahwa organisme hanya dapat mempelajari asosiasi atau pasangan, misalnya respons yang dipasangkan dengan kejutan memperkuat asosiasi ini (akuisisi) atau respons yang dipasangkan tanpa kejutan melemahkan asosiasi ini (kepunahan). Alasan untuk pandangan asosiasionistik yang sempit berasal dari penghindaran kognisi behavioris pada hewan dan tampaknya integrasi dua probabilitas bersyarat probabilitas kejutan yang diberikan respons terintegrasi dengan kemungkinan kejutan tanpa adanya respons itu dan kemudian digeneralisasikan di semua tanggapan harus sangat kognitif.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa Learned helplessness terjadi ketika seorang individu terus-menerus menghadapi situasi negatif yang tidak terkendali dan berhenti mencoba mengubah keadaan mereka, bahkan ketika mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya. Misalnya, seorang perokok mungkin berulang kali mencoba dan gagal untuk berhenti. Dia mungkin menjadi frustrasi dan menjadi percaya bahwa tidak ada yang dia lakukan akan membantu, dan karena itu dia berhenti mencoba sama sekali. Persepsi bahwa seseorang tidak dapat mengendalikan situasi pada dasarnya memunculkan respons pasif terhadap bahaya yang terjadi.
Individu yang mengalami learned helplessness seringkali kurang mampu membuat keputusan.
Learned helplessness dapat meningkatkan risiko depresi seseorang. Prof. Martin Seligman, salah satu psikolog yang dikenal mendefinisikan learned helplessness, telah merinci tiga kata kunci :
• Menjadi pasif dalam menghadapi trauma
• Kesulitan belajar bahwa respons dapat mengendalikan trauma
• Dapat meningkatkan tingkat stress
TANDA TANDA LEARNED HELPLESSNESS
Learned helplessness merupakan kondisi yang dapat dialami semua kategori usia, termasuk anak-anak.
Beberapa tanda learned helplessness antara lain :
• Pasif
• Rendah motivasi
• Mudah menyerah
• Kurangnya usaha
• Menunda-nunda pekerjaan
• Rendah harapan untuk sukses
• Kurangnya ketekunan dalam melakukan tugas
• Pasrah dan tidak meminta bantuan orang lain ketika kesulitan
• Frustrasi
• Kurangnya usaha
• Tingkat percaya diri yang rendah.
Jika seseorang merasakan gejala-gejala di atas, segeralah berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mengetahui kondisi yang mendasarinya. Penanganan sedini mungkin bisa mencegah kondisi seseorang bertambah parah.
LEARNED HELPLESSNESS PADA ORANG DEWASA
Pada orang dewasa, learned helplessness muncul sebagai orang yang tidak menggunakan atau mempelajari respons adaptif terhadap situasi sulit. Orang-orang di negara bagian ini biasanya menerima bahwa hal-hal buruk akan terjadi dan bahwa mereka memiliki sedikit kendali atas mereka. Mereka tidak berhasil dalam menyelesaikan masalah bahkan ketika ada solusi potensial.
Berikut adalah beberapa contoh situasi yang dapat menyebabkan learned helplessness pada orang dewasa :
• Melanjutkan merokok meskipun telah mencoba beberapa kali untuk berhenti dapat menyebabkan seseorang percaya bahwa mereka akan selalu menjadi perokok.
• Tidak dapat menurunkan berat badan setelah melakukan berbagai perubahan pola makan atau gaya hidup dapat menyebabkan seseorang percaya bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi dan menyerah untuk mencoba.
• Meninggalkan situasi kekerasan dalam rumah tangga bisa sangat sulit. Wanita yang memiliki pengalaman ini cenderung pergi beberapa kali sebelum melakukannya untuk selamanya. Seseorang mungkin percaya bahwa mereka tidak akan pernah bisa lepas dari pelaku, bahkan ketika bantuan dan dukungan tersedia.
• Pelecehan seksual yang dialami seorang wanita. Meskipun sudah melawan pelaku namun karena adanya peredaan berat dan kekuatan, maka akhirnya memilih pasrah dan berakhir pada trauma akan kejadian tersebut.
LEARNED HELPLESSNESS PADA ANAK-ANAK
Seorang anak dengan learned helplessness mungkin menunjukkan kurangnya motivasi dan harapan keberhasilan yang rendah. Seringkali, learned helplessness dimulai pada masa kanak-kanak.
Ketika pengasuh tidak menanggapi dengan tepat kebutuhan anak akan bantuan, anak mungkin belajar bahwa mereka tidak dapat mengubah situasi mereka. Jika ini terjadi secara teratur, keadaan learned helplessness dapat bertahan hingga dewasa.
Anak-anak dengan riwayat pelecehan dan pengabaian yang berkepanjangan, misalnya, dapat mengembangkan learned helplessness dan perasaan tidak berdaya.
Beberapa karakteristik learned helplessness pada anak-anak meliputi :
• Tingkat percaya diri yang rendah
• Motivasi rendah
• Harapan sukses yang rendah
• Kurang ketekunan
• Tidak meminta bantuan
• Menganggap kurangnya keberhasilan karena kurangnya kemampuan
• Menganggap kesuksesan sebagai faktor di luar kendali mereka, seperti keberuntungan
Di masa kanak-kanak, learned helplessness sering muncul di sekolah. Jika seorang anak belajar dengan giat agar dapat mengerjakan tugas sekolahnya dengan baik, tetapi hasilnya buruk, mereka mungkin merasa tidak berdaya dan putus asa.
Sebuah studi tahun 2004 meneliti efek learned helplessness pada pengambilan tes pada siswa. Setiap anak yang terlibat mengambil satu dari dua tes. Yang pertama dimulai dengan pertanyaan yang sangat sulit dan yang lainnya dengan pertanyaan yang lebih mudah.
Para siswa (responden / relawan) yang mengikuti tes pertama tampak frustasi, meragukan kemampuan akademiknya, dan melewatkan soal-soal yang mudah. Para penulis menyarankan bahwa learned helplessness mempengaruhi nilai tes mereka. Mereka yang mengikuti tes kedua tidak mengalami efek ini.
PENGARUH LEARNED HELPLESSNESS TERHADAP KESEHATAN MENTAL
Learned helplessness yang tidak ditangani dengan baik bisa memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan mental. Beberapa gangguan psikologis yang dapat semakin parah akibat kondisi ini, di antaranya depresi, kecemasan, fobia, rasa malu, dan perasaan kesepian. Sebagai contoh, orang yang menderita masalah kecemasan atau depresi mungkin saja akan menolak terapi atau obat untuk meredakan gejala mereka.
Hal tersebut terjadi karena mereka kehilangan motivasi untuk bisa sembuh dan pulih dari kondisi yang dialami. Ketika tidak mendapatkan penanganan seperti seharusnya, masalah kesehatan mental yang diderita pun akan semakin parah. Tidak hanya berdampak pada psikologis, kondisi fisik Anda juga akan turut terganggu.
Pada korban learned helplessness dengan tindak pelecehan seksual biasanya korban akan merasa sudah tidak berdaya dan tidak berarti, sehingga ia akan cenderung menyalahkan diri sendiri dan berperilaku seksual yang sembrono (kurang pertimbangan serius) dan mungkin yang paling parah adalah penyalahgunaan obat tertentu sehingga menjadikan individu lebih rentan untuk memperoleh kekerasan berikutnya.
CARA MENGATASI LEARNED HELPLESSNESS
Apabila mengalami learned helplessness, Anda tidak perlu khawatir karena kondisi ini dapat ditangani. Tindakan penanganan yang umum digunakan untuk mengatasinya adalah terapi perilaku kognitif (CBT).
Melalui terapi ini, Anda akan diajak untuk mengubah cara berpikir dan berperilaku menjadi lebih rasional.
Beberapa manfaat yang bisa didapatkan melalui terapi perilaku kognitif, antara lain :
• Mengidentifikasi pikiran negatif yang memicu munculnya learned helplessness
• Mengidentifikasi perilaku negatif yang memicu berkembangnya learned helplessness
• Mengembangkan cara untuk mengurangi perasaan ketidakberdayaan saat menghadapi trauma
• Mengubah pola pikir dan perilaku negatif menjadi lebih positif dan bermanfaat
• Meningkatkan harga diri
• Menantang emosi negatif yang muncul akibat learned helplessness
• Mengatasi luka yang muncul akibat trauma
• Menetapkan tanggung jawab dan tujuan bagi diri sendiri
Selain terapi, menerapkan pola hidup sehat juga dapat berdampak baik bagi kesehatan seseorang, baik secara fisik maupun mental.
Pola hidup sehat seperti konsumsi makanan bernutrisi, rutin berolahraga, dan mengelola stres terbukti dapat mengurangi sekaligus mencegah kecemasan, depresi, maupun masalah kesehatan lainnya.
Semoga bermanfaat dan berkah.
Kanti Suci Project