Meninggalnya Cucu Nabi Muhammad Saw, Sayidina Hasan Diracun Istrinya & Husien Dipenggal Kepalanya Di Karbala
Meninggalnya Cucu Nabi Muhammad Saw, Sayidina Hasan Diracun Istrinya.
Hasan bin Ali bin Abi Thalib, adalah cucu tercinta Rasulullah. Ia anak dari putri kandung Rasulullah, Fatimah Az Zahra. Rasulullah sangat menyanyangi cucunya, yakni Hasan dan Husein. Bahkan nama kedua cucunya itu, Baginda ambil langsung dari surga. Belum pernah orang Arab memakai nama itu.
Setelah wafatnya sang ayah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan dibaiat menjadi Khalifah. Akan tetapi, hal itu ditentang oleh kelompok Muawiyyah sehingga membuat nyawa Sayyidina Hasan terancam. Namun siapa sangka, nyawa Sayyidina Hasan justru hilang ditangan istri trercintanya sendiri. Berikut kisah lengkapnya.
Pada tanggal 28 Shafar tahun 50 H, merupakan salah satu hari menyedihkan dalam sejarah islam. Jauh sebelum sayyidina Husein terpenggal di karbala, sang kakak yaitu Sayyidina Hasan lebih dahulu wafat karena dibunuh. Berita wafatnya cucu Rasulullah itu, banyak membuat kaum muslimin di Madinah sangat sedih.
Sayyidina Hasan dikenal sosok yang sangat baik dan menyukai perdamaian. Sebelum wafat, beliau rela menyerahkan kekuasaan khalifahnya kepada Muawiyah bin Abu sufyan dari pada harus berperang menumpahkan darah antar sesama umat muslim.
Setelah Sayyidina Hasan menyerahkan kursi khalifah kepada Muawiyah, beliau lantas kembali ke kota Madinah al Munawaroh. Sayyidina Hasan disambut senang dan bahagia oleh para penduduk Madinah, meskipun rasa bahagia itu tercampur sedih sebab cucu nabi itu sudah tidak jadi khalifah Islam.
Di kota suci Madinah, Sayyidina Hasan memilih menjauhi lingkaran dunia perpolitikan. Beliau lebih menyibukkan diri beribadah dan memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sayyidina Hasan juga rajin mengisi kajian ilmu agama Islam kepada penduduk Madinah di masjid Nabawi. Di sisi kesibukanya mengajar, Sayyidina Hasan juga giat menimba ilmu kepada para sahabat kakeknya yang kala itu sudah banyak yang tua renta.
Namun di saat usia Sayyidina Hasan menginjak umur 46 tahun, beliau mengalami sakit yang sangat parah sebab diracuni seseorang. Pembunuhan inilah yang akhirnya menyebabkan cucu kesayangan Nabi itu meninggal dunia. Namun sebelum wafat, Sayyidina Hasan sempat berkata kepada sang adik Sayyidina Husein.
“Sudah tiga kali aku mengalami keracunan, namun tak separah yang kurasakan saat ini," ujar Sayyidina Hasan.
Sang adik lalu bertanya kepada sang kakak mengenai siapa orang yang tega meracuninya. Namun, Sayyidina Hasan tak mau memberitahu siapa pelakunya. Alasan Sayyidina Hasan tak mau memberitahukan hal itu kepada sang adik adalah dikarenakan beliau tahu kalau sang adik sikapnya lebih keras. Kalau diberitahu siapa pelakunya, dikhawatirkan sang adik akan menuntut balas atas kejahatan itu.
Diriwayatkan Al hamid Al Husaini, sebagian ahli sejarah meyakini bahwasanya yang meracuni Sayyidina Hasan adalah istri beliau sendiri yang bernama Ja’dah binti Al Asy’at. Istri Sayyidina Hasan diyakini tega meracuni suaminya sendiri atas perintah dari Muawiyah. Ja’dah dijanjikan akan diberi uang sebesar 100 ribu dinar apabila bisa meracuni suaminya sendiri.
"Kalau dirimu mau meracuni Hasan, maka diriku akan menikahimu," janji Yazid, kelompok Muawiyah.
Tetapi nyatanya setelah Ja'dah berhasil membunuh dan meracuni suaminya sendiri, Yazid malah ingkar janji. Ja’dah memperoleh imbalan uang tidak sebesar apa yang sudah dijanjikan Muawiyah itu.
Tak hanya itu saja, kelompok Muawiyah itu juga tidak mau menikahkan Yazid dengan Ja'dah sebab mereka khawatir jika Yazid nantinya juga mengalami nasib tragis seperti yang dialami Sayyidina Hasan.
Ketika sakit yang dirasakan Hasan semakin menjadi-jadi, perasaannya kurang terkendali. Rasa sakit itu adalah sakratul maut. Husain saat itu menemui Hasan dan mengingatkan Hasan mengenai kematian yang hanya roh meninggalkan jasad. Hal itu dilakuka Husain agar Hasan lebih tenang.
"Wahai Abu Muhammad, mengapa engkau bersikap seperti ini? Kematian itu hanyalah kepergian rohmu meninggalkan jasad, lalu ia akan menemui kedua orang tuamu, Ali dan Fathimah, kakek dan nenekmu, Nabi (Muhammad ) dan Khadijah, paman-pamanmu dari ayah, Hamzah dan Ja'far. Paman-pamanmu dari ibu, al-Qasim, ath-Thayib, Muthahhir, dan Ibrahim, juga bibi-bibimu, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Zainab" (Tarikh Dimasyq)," ucapnya.
Sebelum Al-Husain menyelesaikan perkataannya, Al-Hasan sudah terlihat gembira dan wajahnya kembali berseri-seri. Sambil menghadapkan wajahnya ke arah al- Husain, dia berkata jika dirinya akan bertemu sosok yang sebelumnya belum pernah ia temui.
"Adikku, aku sedang berhadapan dengan salah satu ketentuan Allah yang belum pernah kuhadapi sebelumnya. Aku juga akan melihat salah satu makhluk-Nya yang belum pernah kulihat sebelum ini" ucapnya.
Mendengar ungkapan kakaknya itu, Husain pun menangis (Al Bidayah wan Nihayah). Dia akhirnya yakin betul bahwa ajal dan waktu perpisahan Hasan dengan orang- orang terkasih segera tiba. Hasan kemudian menoleh ke arah orang-orang yang ada di sekitarnya, lalu ia meminta agar dirinya bisa dimakamkan di dekat makam Rasulullah.
"Setelah aku meninggal nanti, mintalah kesediaan Aisyah agar aku dimakamkan bersama Nabi, karena mungkin ia malu padaku. Jika ia mengizinkan, makamkan aku di rumahnya" pinta Hasan.
Hasan juga berpesan agar jika ada yang menolak pemakaman itu, maka beliau meminta agar dimakamkan di pemakaman umum baqi saja dari pada harus berdebat dan saling menumpahkan darah.
"Kecuali jika kalian khawatir hal itu akan menimbulkan penumpahan darah. Jika kalian khawatir demikian maka janganlah kalian menumpahkan setetes darah pun karena keinginanku. Kuburkan saja aku di pemakaman kaum muslimin," pesannya.
Aisyah pun mengabulkan permintaan Hasan itu. Namun saat jenazah Sayyidina Hasan hendak dimakamkan, maka terjadilah keributan diantara Bani Hasyim dan Bani Umayah. Mereka saling berselisih tentang lokasi pemakaman cucu Nabi itu.
Bani Umayah menolak apabila jenazah Sayyidina Hasan dimakamkan di dekat makam Nabi, hal ini sebab jenazah Sahabat Utsman bin Affan saja yang notabenya dari bani umayyah tak di makamkan di dekat makam nabi. Tetapi dari pihak Bani Hasyim bersikukuh untuk memakamkannya dekat nabi karena itu sudah menjadi wasiat.
Sahabat Abu Hurairah lantas mengingatkan kembali pesan Sayyidina Hasan sebelum wafat, yaitu apabila saat pemakaman terjadi perselisihan, maka meminta agar dimakamkan saja di pemakaman umam baqi. Akhirnya, jenazah cucu nabi itu dimakamkan di baqi dekat makam neneknya yang bernama Fatimah binti Asad, beliau adalah ibu kandung dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Husien Dipenggal Kepalanya Di Karbala.
Wafatnya Husein Cucu Rasulullah pada 10 Muharram.
Abu Abdullah Al Husein merupakan anak dari putri Rasulullah, Fatimah Az Zahra, dan Ali bin Abi Thalib. Husein lahir pada hari ketiga Syaban pada tahun keempat Hijriyah dan meninggal sebagai syuhada pada tahun 61 Hijriyah pada usia 57 tahun.
Dalam hadits disebutkan bahwa Husein merupakan salah satu cucu Rasulullah yang tetap hidup. Sedangkan, anak dan cucu laki-lakinya yang lain telah diwafatkan Allah ketika usia mereka masih anak-anak.
Janji Allah SWT bahwa tidak ada lagi nabi setelah Muhammad SAW, dan tidak ada satu orang pun yang akan mengaku sebagai anaknya sepeninggal Nabi yang akan hidup. Dalam Firman Allah Surah Al Ahzab ayat 40 disebutkan,
Ù…َا Ùƒَانَ Ù…ُØَÙ…َّدٌ Ø£َبَا Ø£َØَدٍ Ù…ِÙ†ْ رِجَالِÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙ„َٰÙƒِÙ†ْ رَسُولَ اللَّÙ‡ِ ÙˆَØ®َاتَÙ…َ النَّبِÙŠِّينَ ۗ ÙˆَÙƒَانَ اللَّÙ‡ُ بِÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ عَÙ„ِيمًا
Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dalam satu hadits disebutkan bahwa Allah akan mencintai hambanya yang juga mencintai Nabi dan keturunannya, termasuk Husein bin Ali bin Abi Thalib.
ØُسَÙŠْÙ†ٌ Ù…ِÙ†ِّÙŠ ÙˆَØ£َÙ†َا Ù…ِÙ†ْ ØُسَÙŠْÙ†ٍ Ø£َØَبَّ اللَّÙ‡ُ Ù…َÙ†ْ Ø£َØَبَّ ØُسَÙŠْÙ†ًا ØُسَÙŠْÙ†ٌ سِبْØ·ٌ Ù…ِÙ†ْ الأَسْبَاطِ
‘Husain (bagian) dari diriku dan saya (bagian) dari Husain. Allah mencintai kepada orang yang mencintai Husain. Husain di antara cucu (Nabi).’
Anak dan keturunan Husein kemudian menjadi salah satu suku yang beranak pinak. Suku keturunan Husein kemudian dikenal sebagai Husain Sibt. Terdapat satu hadits yang menyebutkan bahwa Husain adalah putra dari putrinya.
Rasulullah pun berkata: "Ini adalah putra saya dari putri saya. Ya Allah, saya mencintai mereka, jadi saya mencintai mereka dan saya mencintai mereka yang menyayangi mereka.
Husain juga dikenal sebagai pemimpin pemuda di surga. Dalam sebuah riwayat disebutkan,
Ø§Ù„ØØ³Ù† ÙˆØ§Ù„ØØ³ÙŠÙ† سيدا شباب أهل الجنة، وأبوهما خير منهما
"Hasan dan Husain adalah dua pemimpin para pemuda penghuni surga. Sementara, ayah mereka berdua lebih baik daripada keduanya" (HR Ibnu Majah).
Selama hidupnya, Husain dikenal sebagai pemuda yang cerdas. Husain telah menghafal sekitar 129 hadits dan dibukukan oleh Imam Ahmad. Bersama ayahnya, Husain pernah mengikuti banyak perang, di antaranya Perang Jamal, Shiffin, dan Khawarij. Setelah kematian ayahnya, ia juga berpartisipasi dalam penaklukan Afrika dan Asia, seperti yang dicatat oleh para sejarawan.
Saat wafat, Husain mati syahid pada Jumat atau Sabtu tanggal 10 Muharram dalam Pertempuran Karbala, Irak, pada tahun 61 Hijriyah. Imam Besar Muhammad Zaki Al Din Ibrahim menyatakan bahwa dia dibunuh oleh Hawalli bin Yazid Al Asbahi dan kepalanya dibawa oleh Sharif Sinan bin Anas Al Nakha'i, Shammar bin Dhi Al Jushan, dan harta miliknya dijarah oleh kelompok Ishaq bin Khuwailid Al Khadrami.
Kemudian, jenazahnya dimakamkan di Karbala, Irak. Sedangkan, kepalanya sempat ditempatkan atau diawetkan di Ashkelon, dari pos terdepan Palestina di Mediterania, saat Perang Salib berkobar. Dan di masa dinasti Fatimiyah, menterinya, Al Saleh Tala`bin Razik memberinya wewenang untuk memindahkannya ke Mesir hingga saat ini.
Keluarga Husain.
Husain menikahi beberapa wanita karena berharap dapat memiliki keturunan yang banyak. Sebagaimana Rasulullah yang bangga karena umatnya yang banyak.
Istri-istri Husain beserta anaknya di antaranya :
Pertama, Barra binti Urwa bin Mas'ud Al Thaqafi merupakan tokoh terhormat di Arab memiliki anak Ali As Sayid.
Kedua, Al Umairah Masyhir Banu binti Khusra Syahansyah yang merupakan anak Raja Persia. Dari istrinya ini, Husain memiliki dua putra, Imam Ali Al Awsat atau Al Mutsanna dan Ali Al Ashghar atau Al Mutsalats atau Zainal Abidin Al Sajjad.
Ketiga, Al Rabab binti Imru Al Qais Al Kindi merupakan putri salah satu raja Arab. Darinya lahir anak bernama Muhammad, Abdullah, Sakinatul Akbar, As Shaghir.
Keempat, Al Qadahiyah, lahir anaknya Jafar. Kelima, Umm Ishaq binti Thaliha bin Abdullah anak dari sahabat Rasulullah. Dia memiliki anak, Fatima dan Zainab.
Namun, keturunan yang hidup dari Husain bin Ali hanya yang berasal dari Ali Al Ashghar atau Zainal Abidin dan putrinya Fatima dan Zainab. Dari putrinya, tak banyak keturunan yang lahir.
Kanti Suci Project