BUNDA MARIA
By, Kanthi
Maria (Aram-Yahudi מרים
Maryām "pahit"; Bahasa Yunani Septuaginta Μαριαμ, Mariam, Μαρια,
Maria; Bahasa Arab: Maryem, مريم)
adalah ibu Yesus dan tunangan Yusuf dalam Kekristenan dan Islam.
Menurut sumber-sumber non-kanonik, orangtuanya bernama
Yoakim dan Hana. Sebuah teori mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Heli, yang
disebutkan dalam silsilah menurut Lukas. Maria, yang saat itu seorang perawan,
mengetahui dari malaikat Gabriel, utusan Allah, bahwa ia akan mengandung Yesus,
anak dari Allah yang hidup, melalui mukjizat dari Roh Kudus.
Karena Lukas 1:48 ("mulai dari sekarang segala
keturunan akan menyebut aku berbahagia"), Maria banyak diagungkan di
kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik Roma dan Gereja
Ortodoks. Umat Muslim pun sangat menghormatinya. Bidang teologi Kristen yang
berhubungan dengannya disebut Mariologi. Pesta kelahiran Maria dirayakan di
kalangan Gereja Ortodoks, Katolik Roma, dan Anglikan pada 8 September. Gereja
Ortodoks dan Katolik Roma juga mempunyai banyak hari perayaan lainnya untuk
menghormati Maria.
Gelar-gelar Maria
Gelar-gelar Maria yang paling lazim antara lain adalah
Perawan Terberkati Maria atau Bunda kita (Notre Dame, Nuestra Señora, Madonna).
Oleh Gereja Ortodoks dan tradisi-tradisi Timur dalam
Gereja Katolik, Maria kerap disebut juga sebagai Theotokos. Gelar bagi Maria
ini diakui dalam Konsili Ekumenis III di Efesus pada tahun 431. Theotokos
sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Bunda Allah,"
atau lebih harafiah lagi "Yang Melahirkan Allah." Makna Teologis yang
terkandung dalam gelar ini adalah bahwa putera Maria, Yesus, adalah sepenuhnya
Allah dan sepenuhnya manusia, dan bahwa dua sifat Yesus (Illahi dan insani)
dipersatukan dalam satu Pribadi tunggal.
Maria dalam Perjanjian Baru
Malaikat Agung Gabriel mewartakan khabar kepada Maria.
Lukisan karya El Greco (1575)
Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari
Perjanjian Baru. Dia adalah kerabat dari Elizabet, istri dari imam Zakaria
anggota golongan imam Abiyah. Elizabet sendiri seorang keturunan Harun.
Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea,
kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah
dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud [3]. Para Apologis Kristen
kadang-kadang menduga bahwa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang
keturunan Raja Daud. Selama masa pertunangan mereka – yakni tahap pertama dalam
pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak
diperbolehkan sama sekali untuk berduaan saja di bawah satu atap, meskipun
sudah sah disebut suami isteri. Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa
dia akan menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya
melalui Roh Kudus. Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria
dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun
malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai
isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan
itu.
Karena malaikat telah memberitahukan Maria bahwa
Elizabet, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria
lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria
di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" (kemungkinan di
Yuttah[6], bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth). Begitu
Maria tiba dan menyalami Elizabet, Elizabet dengan segera menyatakan Maria
sebagai "ibu dari Tuhannya", dan meberinya sebuah kidung ungkapan
syukur yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya,
tampaknya sebelum kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya.
Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekrit dari kaisar
Romawi Augustus yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke
Betlehem, sekitar 80 atau 90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk
mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Betlehem, Maria melahirkan putera
sulungnya; namun karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan (tempat
bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing, dia harus menggunakan
sebuah palungan, atau tempat makan hewan, sebagai buaian bayi.
Sesudah delapan hari, anak itu disunat dan dinamai Yesus,
menurut instruksi yang diberikan oleh "malaikat Tuhan" kepada Yusuf setelah
Maria menerima anunsiasi, karena nama ini menunjukkan bahwa "dia [akan]
menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka". Upacara-upacara
tradisional tersebut dilanjutkan dengan penyerahan Yesus kepada Tuhan di Bait
Allah di Yerusalem sesuai dengan aturan hukum bagi anak-anak sulung, kemudian
kunjungan orang-orang majus, pengungsian keluarga itu ke Mesir, kembalinya
mereka dari sana setelah mangkatnya Raja Herodes Agung sekitar tahun 2 atau 1
Sebelum Masehi, dan menetap di Nazareth (Matius 2). Maria tampaknya menetap di
Nazareth selama kira-kira tiga puluh tahunan tanpa peristiwa-peristiwa
istimewa. Dia terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal kedewasaan Yesus
yang tercatat dalam Perjanjian Baru : pada usia dua belas tahun, Yesus terpisah
dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari perayaan Paskah di
Yerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah. Kemungkinan
besar antara peristiwa tersebut sampai dengan permulaan tampilnya Yesus ke
depan umum, Maria menjadi janda, karena Yusuf tidak disebut-sebut lagi.
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan dicobai
oleh iblis di padang gurun, Maria hadir ketika Yesus mengerjakan mujizat
pertamaNya di hadapan umum pada pesta pernikahan di Kana dengan mengubah air
menjadi anggur berkat perantaraan Maria. Selanjutnya dalam beberapa
peristiwa Maria hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf,
Simon dan Yudas) serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan
nama-namanya. Maria juga dilukiskan hadir pada peristiwa penyaliban Yesus,
berdiri di dekat "murid yang dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria
Klopas (kemungkinan besar Maria Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu
Yakobus muda dan Yusuf yang disebutkan dalam, serta Maria Magdalena.
Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu anak-anak Zebedeus",
yang diduga bernama Salome yang disebut-sebut dalam Markus 15:40, serta
wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilea dan melayaniNya
(disebutkan dalam Injil Matius dan Markus). Maria, menggendong jenazah
puteranya, meskipun tidak tertulis dalam injil, merupakan motif yang umum dalam
seni, yang disebut "pietà" atau "kesalehan".
Menurut Kisah Para Rasul, sesudah kenaikan Yesus ke
surga, kurang-lebih 120 jiwa berkumpul di Kamar Atas pada peristiwa terpilihnya
Matias untuk mengisi posisi Rasul yang ditinggalkan Yudas Iskariot, di mana
Maria adalah satu-satunya orang yang disebutkan namanya selain ke-12 rasul
serta para kandidat. Sejak peristiwa ini, namanya menghilang dari Alkitab,
meskipun beberapa golongan Kristiani yang meyakini bahwa Maria sekali lagi
digambarkan sebagai Wanita surgawi dalam Wahyu.
Kematiannya tidak tercatat dalam Alkitab.
Tulisan-tulisan dan tradisi-tradisi umat Kristen
selanjutnya
Menurut Injil Yakobus, yang, meskipun bukanlah bagian
dari Kitab Perjanjian Baru, berisi materi biografis mengenai Maria yang
dianggap "dapat dipercaya" oleh beberapa kalangan Kristiani Ortodoks
dan Katolik, Maria adalah puteri dari Yoakim dan Ana. Sebelum mengandung janin
Maria, Ana mandul, dan kedua orang tua Maria sudah berusia lanjut ketika dia
dikandung. Mereka membawa Maria untuk tinggal di Bait Allah di Yerusalem ketika
umurnya baru tiga tahun, sangat mirip dengan peristiwa Hana membawa Samuel
untuk tinggal di Tabernakel, sebagaimana yang tercatat dalam Kitab Perjanjian
Lama (Tanakh, Alkitab Ibrani).
Menurut tradisi Katolik Romawi dan Ortodoks Timur, antara
tiga sampai lima belas tahun sesudah kenaikan Kristus, di Yerusalem atau
Efesus, Maria meninggal dunia; disaksikan para rasul Kristus. Selanjutnya,
ketika para rasul membuka makamnya, ternyata kosong, sehingga mereka
menyimpulkan bahwa dia telah diangkat secara badaniah ke Surga. ("Makam
Maria" - sebuah makam di Yerusalem diyakini sebagai makam Maria, namun
makam itu baru dikenal pada abad ke-6.)
Maria dalam agama-agama non-Abrahamik
Beberapa penganut agama-agama non-Abrahamik (non-Samawi),
khususnya para penganut agama Wicca, menghubung-hubungkan Maria dengan Ibu
Pertiwi dalam pelbagai tradisi Neo-pagan. Beberapa umat Buddha bahkan pernah
menghubung-hubungkan Maria dengan Kwan-Yin, Bodhisattva Welas-Asih yang
dihormati oleh berbagai sekte Buddha di Tiongkok. Para penganut agama Santeria
menganggap Maria (sebagai Bunda Maria dari Regla) adalah Dewi Yemaja, dan Maria
(sebagai "Virgen de la Caridad del Cobre") adalah Dewi Oshun. Tapi
bagaimanapun, anggapan dan pandangan perihal Maria secara tepat hanya bisa
dilihat dari sudut pandang agama Kristiani yang memang mengerti dan secara khas
berkaitan dengan Maria, dimana Maria sungguh adalah makhluk ciptaan Tuhan yang
sangat mulia, terpuji di antara wanita, memiliki posisi yang istimewa di mata
Tuhan, namun tetaplah bukan seorang dewi atau pun makhluk setengah Tuhan. Ia
tetap manusia biasa yang berkenan di mata Tuhan.
Catatan ayat Alkitab
1. ^ Matius 1:18-20, Lukas 1:35
2. ^ Lukas 1:5, 1:36
3. ^ Lukas 1:26
4. ^ Lukas 1:35
5. ^ Matius 1:18-25
6. ^ Yosua 15:55, 21:16
7. ^ Lukas 1:39
8. ^ Lukas 1:46-56 bdk. 1 Samuel 2:1-10
9. ^ Lukas 1:56-57
10. ^ Lukas 2:1
11. ^ Mikha 5:2
12. ^ Lukas 2:6-7
13. ^ Matius 1:25, Lukas 2:21; bdk. Matius 1:21
14. ^ Lukas 2:41-52
15. ^ Yohanes 2:1-11
16. ^ Matius 13:54-56, Markus 6:3, Kisah Para Rasul 1:14
17. ^ Matius 27:55, bdk. Markus 15:40
18. ^ Yohanes 19:25-26
19. ^ Kisah Para Rasul 1:12-26, khususnya ayat 14,
meskipun disebutkan dalam ayat ini bahwa saudara-saudara Yesus juga hadir
20. ^ Wahyu 12:1
Maria adalah seorang perawan yang tinggal di Nazaret,
daerah Galilea. Yoakim dan Anna adalah nama ayah dan ibunya. Sebagai seorang
Yahudi Maria sangat mengharapkan kedatangan sang Mesias, yaitu Juruselamat
dunia. Dalam kehidupan Geraja Katolik, Bunda Maria merupakan sosok pribadi yang
mempunyai tempat sungguh istimewa. Gereja Katolik sangat menghormatinya,
sehingga dapat kita lihat, begitu kuat Devosi terhadap Bunda Maria.
Penghormatan ini dilakukan oleh Gereja
Katolik dengan berbagai macam cara dan Devosi. Gereja
Katolik memberikan bulan khusus, yaitu Mei dan Oktober untuk menghormati Bunda
Maria. Pada bulan Mei dan Oktober, Gereja Katolik mengajak umatnya untuk berdoa
Rosario, baik secara pribadi maupun berkelompok (baik di lingkungan/stasi, dsb)
ataupun lewat ziarah-ziarah ke gua Maria. Dalam kehidupan Liturgi Gereja
Katolik, menempatkan beberapa pesta yang berkaitan dengan bunda Maria. Hal
tersebut menunjukan bahwa Bunda Maria sungguh mempunyai tempat yang istimewa di
dalam Gereja katolik.
Dimana Letak keistimewaan Bunda Maria?
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel
pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang
bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu
Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai
engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar
perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata
malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh
kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia
akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah
akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan
menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya
tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana
hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu
kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi
akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut
kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang
mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam
bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang
mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;
jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan
dia. (Luk 1:26-38)
Dari perikop diatas kita mengetahui, bahwa dengan penuh
iman dan penyerahan diri secara total kepada penyelenggaraan ilahi, Bunda maria
berani menjawab panggilan Allah.
Dalam perjalanan Hidupnya Bunda Maria mempunyai relasi
yang sangat mesra dengan Putranya Yesus Kristus, sejak ada dalam kandungan
serta sampai wafat-Nya, karena ia telah dipilih oleh Allah menjadi Bunda Allah.
Lewat kedekatan relasi inilah yang menjadikan Gereja katolik memppunyai
keyakinan bahwa Maria sungguh-sungguh istimewa, baik dihadirat Allah maupun
manusia.
lewat perjalanan sejarah Gereja dalam bimbingan Roh
Kudus, lewat berbagai konsili Nicea, Konsili Efesus, konsili Kalcedon
menetapkan bahwa Yesus sebagai Anak Allah, yang memang sungguh-sungguh Allah
oleh karena sehakikat dengan Bapa, menjadi daging, menjadi manusia begitu rupa,
sehingga Ia adalah Allah dan manusia (secara serentak), namun tetap satu.
Karena Yesus adalah benar-benar Allah, maka ibu Yesus
menjadi ibu Allah. Istilah "Mater Dei" (bahasa latin) yang artinya
Bunda Allah, mulai disebut pada abad ke IV
Inkarnasi
Misteri inkarnasi (natal) bukan cuma soal Sabda yang
menjadi daging (manusia) atau Allah yang
mendatangi manusia untuk menebus umat manusia, melainkan misteri itu bisa kita
lihat dan renungkan lebih dalam lagi yaitu Allah yang berinisiatif untuk
bersatu dengan ciptaanNya secara definitif supaya ciptaanNya bersatu dengan
Dia. Di sinilah terjadi peristiwa iman-wahyu : Proses Membuka diri (contoh).
(bdk. Yoh 1:1)
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah
Dalam peristiwa inkarnasi, Kristus, Sang Putra Allah,
menjadi senasib dengan manusia, membuat ke-AllahanNya yang tidak terbatas
menjadi seolah-olah terbelanggu dan berdiam dalam kemanusiaanNya, dengan segala
kelemahan dan ketebatasanNya. Dalam hal ini Santo Agustinus mengatakan : Dia
yang adalah Allah Putra, mengosongkan diriNya, dan mengambil rupa seorang
hamba, namun Ia tidak kehilangan ke-AllahanNya.
Inkarnasi, Allah yang menjadi manusia, adalah suatu
rencara besar Allah bagi manusia (Luk 2:10-14). Rencana ini tidak pernah bisa dilepaskan
dari sejarah keselamatan manusia sejak manusia pertama kali jatuh ke dalam
dosa.
(bdk. Ibr 1:1-2).
Setelah pada jaman dahulu Allah berulang kali dan dalam
pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan
AnakNya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.
Maria diikutsertakan dalam Rencana Allah
Setiap manusia dilibatkan oleh Allah dalam rencana
keselamatan. Seperti kita ketahui cerita dan riwayat para nabi (Yesaya,
Yeremia, Samson, Daud, Ishkak, dll). Dalam hal ini Maria mendapatkan peran yang
sangat penting demi terjadinya kehendak Allah tersebut. Maria dipilih oleh
Allah menjadi ibu Mesias.
Selama ini yang sering kita dengar dan renungkan mungkin
hanya Maria akan mengandung seorang bayi, dan bayi itu anak Allah. Tetapi kalau
kita memahaminya dari sudut pandang orang Yahudi tentunya tugas ini menjadi dua
kali lebih berat dari pada yang kita bayangkan. Orang Yahudi sangat kental
tradisi keagamaanNya. Orang Yahudi pada jaman Yesus bahkan sampai sekarang,
menanti-nantikan hadirnya seorang Mesias, Juru Selamat. Sebagaimana janji Allah
kepada Daud, Raja Israel, Allah akan membangkitkan seseorang dari keturuan Daud
(dibaca : akan lahir dari keturunan Daud), dan akan menjadi raja bagi bangsa
Israel, dan kerajaanNya akan jaya selamanya dan tidak akan pernah berakhir.
Sebagai seorang Yahudi yang saleh, Maria tentunya juga
hidup dalam pengharapan yang sama dengan harapan orang-orang sebangsanya. Dalam
peristiwa Maria menerima kabar Gembira dari Malaikat sebenarnya Maria mengalami
dua keterkejutan sekaligus kebahagian.
Keterkejutan yang pertama adalah ternyata Mesias seorang
tokoh yang sudah ditunggu-tunggu oleh seluruh bangsanya akan muncul. Harapan
besar itu segera terwujud. Segala penderitaan Israel karena penjajahan dan
morat marit pemerintahan pada waktu itu akan segera berakhir dengan hadirnya
seorang mesias.
Keterkejutan yang kedua adalah ternyata mesias ini akan
hadir ke dunia melalui rahimnya sendiri. Seperti yang sudah sering kita dengar,
hal ini tentu tidak mudah bagi Maria yang nota bene masih sangat muda waktu
itu.
Sisi yang kita mau kupas dalam kesempatan ini adalah
pergulatan Maria ketika ia tahu bahwa yang dikandungnya adalah seorang tokoh
besar yang sudah dinanti-nantikan dan diharap-harap oleh banyak orang. Orang
Israel mengira Mesias akan lahir dari rahim seorang perempuan dari kalangan
kerajaan, yang jelas-jelas keturunan Raja Daud. Sementara Maria hanya perempuan
biasa. Bisa kita bayangkan sejak semula Maria sudah sadar akan penolakan
bangsaNya terhadap Putranya ini. Akan terjadi tegangan antara pengharapan
orang-orang sebangsanya dengan kenyataan apa yang dikehendaki oleh Yesus. Dan
sepertinya penolakan terhadap Yesus Sebagai Sang mesias sungguh-sungguh
terjadi.
Seperti kita tahu mendidik anak bukanlah pekerjaan yang
mudah. Anak adalah titipan Tuhan di mana seorang ibu mempunyai tugas untuk
mendidik dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan yang
tidak sedikit.
Dalam kasus Maria, hal ini menjadi sangat tidak mudah.
Bisa dibayangkan bagimana sikap dan kelakuan Yesus setelah besar kalau Maria
salah mendidiknya. Tugas Maria tidak berhenti ketika ia mengandung dan
melahirkan Yesus. Tugas Maria seperti dikatakan dalam Injil adalah mendidik
Yesus, memperkenalkan Yesus pada bait Allah, memperkenalkan Yesus pada tradisi
bangsanya, mendampingi Yesus, bahkan sampai menemani di kaki Salib.
Senjata Maria adalah Doa. Menghadapi tugas yang tidak
mudah itu Maria mempunyai kekuatan yaitu kesadaran bahwa Allah pasti akan
mendampingi dia dalam segala hal. Doa Maria sudah sering kita doakan seperti
Ibadat Sore yaitu dalam Kidung Maria.
(Luk 1:46-55) Dalam Kidung Maria sebetulnya terkandung
iman Maria yang sangat dalam, yaitu Allah yang selalu setia pada perjanjianNya.
Hidup kita ini didasari oleh perjanjian antara Allah dan manusia, di mana Allah
akan memberikan berkat melimpah kepada manusia yang senantiasa percaya dan
berpegang teguh padaNya. Dan dalam perjanjian itu Allah selalu setia sedangkan
manusia seringkali lupa dan tidak setia dengan perjanjian tersebut. Namun Allah
sebagai pihak yang dirugikan berkali-kali memperbaharui perjanjianNya dengan
manusia dengan harapan manusia akan berubah. Di atas ketidaksetiaan manusia,
Allah tetap setia.
Relevansi kita sekarang:
Sebagai biarawati ataupun imam, kita sering mendapat
penugasan-penugasan dari para pemimpin kita. Mungkin beberapa penugasan adalah
hal yang tidak mudah ataupun yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Bahkan dalam pengalaman ada penugasan-penugasan yang sepertinya dalam hati kita
mau nya kita tolak entah karena kita tidak suka, tugas itu terlalu berat, atau
pun alasan lainnya.
Dalam situasi ini kita mungkin bisa mencontoh pengalaman
Maria, yaitu melihat tugas itu dalam kacamata seluruh sejarah keselamatan Allah
bagi manusia. Artinya setiap manusia menjadi rekan kerja Allah dalam mewujudkan
keselamatan bagi dirinya dan sesamanya. Mungkin mendengar hal itu kita menjadi
minder dan kecil hati dengan bertanya : Siapakah diri kita, kok bisa
menyelamatkan seluruh dunia?
Dalam hal ini kita perlu ingat, Kerjaan Allah justru
bermula dari hal-hal kecil dan sederhana yang hampir tidak diperhatikan dan
diperhitungkan orang lain. Lagi-lagi Maria bisa menjadi contoh bagi diri kita untuk
berani mengatakan : “Terjadilah padaku
menurut kehendakMu.”
Gelar Maria sebagai Tabut Perjanjian & Dogma
Immaculata
St. Maria digelari tabut perjanjian. apakah ada dasarnya
dalam kitab suci tentang hal tersebut? Pertama-tama marilah kita lihat apakah
itu tabut perjanjian?
Tabut perjanjian adalah tempat untuk menyimpan 10
Perintah Allah. tabut perjanjian dibuat sebagus dan sebaik mungkin (lihatlah
pada keluaran 25:10-22) lalu sesudah semua itu dilakukan Tuhan pun hadir dalam
bentuk (dng tanda) awan (lihatlah pada keluaran 40:34) maka kesimpulannya untuk
menaruh Firman Allah diperlukan tempat yang terbaik demikian halnya dengan
Maria yang harus mengandung Yesus yang adalah Firman.Maria di-identifikasi
sebagai Tabut Perjanjian Baru (The Ark of the New Covenant) seperti bisa
dilihat dalam ayat-ayat berikut ini:
Tabut Perjanjian yang berisi manna, tongkat harun dan loh
batu: Ibrani 9:4 "Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan
tabut perjanjian yang seluruhnya disalut dengan emas, di dalam tabut perjanjian
itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas
dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian.
Yesus adalah Roti yang turun dari Surga = Manna: Yohanes
6:32-35 "Maka kata Yesus kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Ku
yang memberikan kamu roti yang benar dari surga. Karena roti yang dari Allah
ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia...Akulah
roti hidup, barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi."
Yesus adalah Imam Agung = Tongkat Harun: Ibrani 8:1
"Inti dari segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar
yang demikian, yang duduk di sebelah kanan tahta Yang Mahabesar di surga"
Yesus adalah Sang
Firman = 10 Perintah Allah: Yohanes 1:1 "Pada mulanya adalah Firman,
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah"
Seperti Daud berkata tentang tabut perjanjian, demikian
pula Elizabeth berkata tentang Maria:
2 Samuel 6:9 "Pada waktu itu Daud menjadi takut
kepada Tuhan, lalu katanya: 'Bagaimana tabut Tuhan itu dapat sampai kepadaku?''
Lukas 1:43 "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku
datang mengunjungi aku?"
Juga ada adegan dimana Daud melonjak-lonjak/menari
gembira di depan tabut perjanjian dan pararelnya bisa ditemukan pada ayat Lukas
1:44 "Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak
yang di dalam rahimku melonjak kegirangan"
Wahyu 11:19 dan 12:1 "Maka terbukalah Bait Suci
Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci
itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es
lebat." "Maka tampaklah suatu
tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan
di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas
kepalanya."
Dari uraian diatas Gereja Katolik percaya Maria dikandung
tidak bernoda dosa asal karena Maria mengandung Yesus sang sabda yang menjadi
Manusia (lihat pada yohanes 1:1-18) kita tahu bahwa Allah tidak mungkin bersatu
dengan dosa karena Allah adalah Kudus (lihatlah pada Yes 6:3) dan jika kita
tidak suci maka kita tidak akan melihat Allah (Ibrani 12:14) apalagi Maria yang
harus mengandung Allah yang menjelma menjadi manusia. Pada Lukas 1:28
"engkau yang dikaruniai" menurut salah seorang Bapa Gereja yang
bernama Origenes kata dikaruniai hanya diberikan kepada Maria hal itu
dikarenakan Maria dibebaskan dari noda dosa sehingga ia layak menyandang gelar
"yang dikaruniai" dosa asal dan dosa pribadi menghalangi orang untuk
menerima Karunia sedangkan pada Maria mendapat gelar "yang
dikaruniai" maka ini menunjukkan Maria dibebaskan dari noda dosa (saya
sudah cek dari Konkordasi kitab suci memang kata dikaruniai hanya ada pada
lukas 1:28) oleh sebab itulah Martin Luther (Tokoh Reformasi Protestan)
mengatakan: "She is full of grace, proclaimed to be entirely without sin -
something exceedingly great. For God's grace fills her with everything good and
makes her devoid of all evil." (Personal {"Little"} Prayer Book,
1522). maka karena hal itu Gereja Katolik percaya Maria dipersiapkan dari awal
mula untuk mengandung Yesus sang sabda, hal itu mungkin sekali karena sebelum
kita lahir Allah sudah mengenal kita (lihatlah pada Yeremia 1:5) dan tentunya
karena Maria akan mengandung sang Sabda tentunya Maria dipersiapkan sebaik
mungkin oleh Allah sama halnya bila kita mengambil analogi dari tabut
perjanjian dimana tabut perjanjian dipersiapkan dari awal (sebelum tabut itu terbentuk
misalnya harus disepuh emas,dll) untuk menyimpan sabda Allah. Hal ini tidak
bertentangan dengan Roma 3:23 karena Maria bebas dari noda Dosa juga karena
Rahmat Penebusan dari Yesus Kristus yang akan dikandungnya jadi Maria memang
tetap memerlukan penyelamat itulah makanya Maria berkata "hatiku
bergembira karena Allah, Juruselamatku," (lukas 1:47) ini menunjukkan
bahwa Maria tetap butuh seorang penyelamat.
Tentang Maria diangkat ke Surga
Dalam Gereja Katolik St. Maria dipercaya diangkat ke
Surga dengan jiwa & Raganya setelah meninggal dunia hal ini menjadi Dogma
dalam Gereja Katolik yang dimaklumkan pada 1 November 1950 oleh Paus Pius XII.
Dogma ini bukan sesuatu yang jatuh dari langit tetapi sudah lama hal ini
dihayati dalam Tradisi Apostolik.
Bila kita mereview Dogma ini dalam Kitab Suci ini
merupakan suatu hal yang panjang dan rumit sekali kita akan membahasnya dengan
lebih jelas bila kita sudah memahami Dogma Maria Immaculata.
dalam Perjanjian Lama ada 2 orang yang kesurga tanpa
mengalami kematian yakni Henokh & Elia. Jika Henokh dan Elia tidak
dipersiapkan secara Khusus oleh Allah untuk mengandung Yesus dengan dibebaskan
dari segala Noda dosa apalagi Maria yang sudah dipersiapkan secara Khusus.
Henokh & Elia tidak mendapat gelar "yang dikaruniai"(Lukas 1:28)
dapat diangkat ke Surga apalagi Maria yang mendapat Gelar itu. selain itu, St.
Paulus dalam surat-suratnya juga menyatakan bahwa dimungkinkan adanya
pengangkatan ke surga (bdk 1tes 4:17, 2kor 12:2). Jika demikian, mengapa Maria
tidak mendapat kehormatan tersebut?
Dogma Maria diangkat ke Surga didasari karena ia
dipersatukan erat dengan Puteranya "Dan suatu Pedang akan menembus jiwamu
sendiri" (lukas 2:35) ini menunjukkan perasaan yang akan dialami Maria
perihal Yesus yang di ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan ........
(Lukas 2:34) ini menunjukkan kedekatan antara Maria & Yesus demikian halnya
ketika Yesus wafat, bangkit dan naik ke Surga. Maria juga mengalami kematian,
tetapi dibangkitkan dengan jiwa & raganya untuk bersatu dengan Puteranya disurga
itulah juga yang dialami oleh semua orang yang diselamatkan oleh Yesus (1 Tes
4:17) jadi Dogma Maria diangkat ke Surga menyatakan bahwa Maria mendahului
semua orang lain menikmati keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus karena ia
dipersatukan erat dengan Puteranya.
Dalam Wahyu 11:19 dikatakan "Maka terbukalah Bait
Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait
Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es
lebat." disini dinyatakan bahwa Tabut perjanjian berada didalam surga lalu
Wahyu 12:1-6"Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari
dua belas bintang di atas kepalanya....." jelas disini adalah Maria dan wahyu
11:19 sambungannya langsung adalah Wahyu 12:1-dst jadi setelah terlihat tabut
perjanjian-Nya maka ada kilat,dll sesudah itu tanda besar di langit: Seorang
perempuan berselubungkan.....dst....... ini menunjukkan bahwa tabut perjanjian
ada di Surga dan tabut perjanjian itu adalah Maria jadi langsung atau tidak
langsung Yohanes hendak mengatakan bahwa Maria ada di Sorga dengan Tubuhnya
juga bukan hanya rohnya saja. mengapa? karena Tubuh Maria adalah Tabut
perjanjian dimana Sang sabda yaitu Yesus yang menjelma menjadi Manusia
dikandung ditubuhnya (lebih jelasnya baca uraian diatas tentang tabut
perjanjian baru). lalu diperkuat dalam Wahyu 12:6 muncul kesan bahwa Maria
memang disediakan suatu tempat oleh Allah dan bisa saja St. Yohanes hendak
mengatakan bahwa Maria sesudah selesai segala tugasnya Maria diberi tempat
Khusus.
itulah sebabnya Para Kudus pada masa awal kekristenan
bersaksi:
St. Gregory (594 AD), bishop of Tours, declared that
"the Lord . . . commanded the body of Mary be taken in a cloud into paradise;
where now, rejoined to the soul, Mary reposes with the chosen ones."
St. Germaine I (+732 AD), Patriarch of Constantinople,
speaks thusly to Mary, "Thou art . . . the dwelling place of God . . .
exempt from all dissolution into dust."
St. John Damascene asserted, "He who had been
pleased to become incarnate (of) her . . . was pleased . . . to honor her
immaculate and undefiled body with incorruption . . . prior to the common and
universal resurrection."
Sampai sekarang, tidak pernah ditemukan kubur St. Maria.
padahal kita tahu umat Kristen perdana sangat menghormati Maria, mustahil jika
misalnya makam Bunda Maria tidak dijaga dan dilestarikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa apa yang
terjadi pada Maria, dapat terjadi pada kita umat beriman. Maria adalah typos
(model) Gereja. Maria Dikandung tanpa Noda Dosa karena dipersiapkan untuk
menghadirkan Kristus melalui dirinya [lihat penjelasan tabut perjanjian] untuk
menjalankan rencana penyelamatan Allah, kita menjadi bebas noda dosa (dosa asal
dan dosa sebelum pembabtisan) pada saat pembabtisan [walaupun dalam perjalanan
hidup sesudah pembabtisan kita dapat berbuat dosa kembali] untuk mempersiapkan
kehadiran Yesus dalam diri kita sehingga dapat kita wartakan pada masyarakat
sehingga benarlah yang dikatakan oleh Paulus “namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”
(Galatia 2:20). Maria Diangkat ke Surga setelah wafatnya, kitapun akan
dibangkitkan pula dengan jiwa dan raga kita, kita akan mengenakan tubuh yang
baru yang tidak akan binasa lagi (lih. 1Kor 15:50-54) setelah kita wafat.
Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan, jiwa
dan citra serta awal penyempurnaan. Gereja dimasa datang. Begitu pula dalam
dunia ini sampai tiba hari Tuhan (bdk.2 Ptr.3:10) ia bersinar gemilang sebagai
tanda harapan yang pasti dari tanda hiburan bagi umat Allah, yang sedang
berziarah. (Lumen Gentium Artikel 68)"Manusia dewasa ini membiarkan
dirinya terpikat oleh macam-macam gambaran contoh, mode,tontonan dan kebiasaan
yangseringkali merupakan bujukan nafsu,
kenikmatan dan keburukan ..., semangat toleransi yang
membiarkan arus dekadensi moral, peracunan pendapat umum dan perusakan adat
kebiasaan yang baik. Untuk menemukan kembali keindahan, cinta dan hidup dalam
ungkapannya yang murni, marilah kita cari dalam kemurnian sejati yang terpancar
dalam diri Maria yangtelah terkandung tanpa noda" (Paus Paulus VI).
KEISTIMEWAAN MARIA
Bukan saja karena kewanitaannya Maria istimewa dan pantas
di puji, lebih dari pada itu, Maria yang telah dipilih Allah menjadi wahana
kehadiranNya yang menyelamatkan di tengah umat manusia dan dimuliakan dengan
diangkat ke surga. Tentu saja dalam kepenuhan dirinya sebagai wanita, Maria
menjawab panggilan istimewa itu. Jadi Maria merupakan teladan atau model kita
semua sebagai orang beriman, Maria yang diangkat ke surga dengan badan dan jiwa
merupakan idealisme umat Allah. Tentu saja idealisme hanya diperlukan selama
umat Allah menempuh eksistensi keduniaannya, yakni berziarah. Di dalam Maria
umat Allah menemukan tanda yang paling cocok untuk menopang aspirasinya
mengenai kehidupan surgawi. Maria sebagai citra umat Allah, awal penyempurnaan
umat Allah di masa depan dan tanda pengharapan yang pasti bagi umat Allah.
Melalui penegasan ini diakui sepenuhnya bahwa Yesus Kristus sendiri telah
menggenapi janjiNya perihal eschaton di dalam diri Maria, Artinya:
Pertama, Kerajaan Allah sudah ditetapkan dalam dan
melalui peristiwa Yesus Kristus. Dalam batasan ini Kerajaan Allah merupakan
realitas yang sungguh ada. Kesaksian Kitab Suci menandaskan bahwa dengan
peristiwa Yesus Kristus sudah terwujudlah eskatologi.
Kedua, Kerajaan Allah terwujud sepenuhnya dalam waktu
yang akan datang. Kerajaan Allah tidak pernah sepenuhnya sekarang, dalam
sejarah bangsa manusia.
Ketiga, berkat kehidupan, kematian, kebangkitan dan
permuliaan Yesus Kristus Kerajaan Allah sudah dipastikan. Oleh karena itu para
beriman "memiliki kesempatan" untuk menantikan serta mengharapkan
aktualisasi keselamatan paripurna dalam rangka sejarah duniawi ini. (Rm.8:23),
atau memperoleh jaminan bakal terwujudnya keselamatan melalui Roh Kristus
sendiri (2Kor 1:22;5:5; Ef 1:14).
Keyakinan ini menguatkan pengharapan kaum beriman.
Keselamatan yang mencakup seluruh situasi dan yang sekarang diharapkan tidak
hanya terjadi dalam waktu yang akan datang tetapi juga disini dan saat ini.
Jadi berbicara tentang dogma Maria Diangkat Ke Surga, berarti menegaskan
peranan Maria. Maria menikmati keselamatan paripurna sekaligus mengafirmasikan
bahwa keselamatan ilahi itu meliputi seluruh eksistensi (tubuh dan jiwa) Maria
(bdk.Rm 8:23;Flp.3:21 ;Kej. 1:3-31). Dan dengan demikian dinyatakan :
keselamatan definitif mencakup eksistensi manusia seluruhnya. Maka apa yang
terungkap dalam dogma tentang Maria itu ialah pusat pengharapan kristiani,
yakni janji akan penebusan tubuh dan jiwa. Oleh karena itu penyelamatan Maria
bukan sekedar cerita mistis seperti halnya dalam pewayangan atau legenda rakyat
yang sakral. Keselamatan itu benar-benar tertuju pada pribadi tertentu yang
pernah hidup di dunia ini "Pengalaman " khas pribadi Maria ini de
facto mempengaruhi hidup orang beriman dalam menantikan dengan rindu
keselamatan paripurna yang masih akan datang. Maria adalah tanda harapan yang
hidup di tengah Umat Allah untuk menggambarkan keselamatan paripurna. Jadi,
ajaran tentang pemuliaan Maria itu menegaskan kembali peran Maria dalam rangka
Gereja, yaitu bahwa kini, didunia ini (sampai hari Tuhan,2 Ptr 3:10) Maria
menjadi citra awal penyempurnaan Gereja di masa depan. Sekaligus Maria menjadi
tanda harapan yang pasti dan hiburan bagi gereja yang berziarah. Dengan
memahami peran ganda Maria sebagai citra awal penyempurnaan Gereja di masa
depan dan tanda harapan yang pasti bagi Gereja, umat beriman mempunyai gambaran
tentang keselamatan kekal yang bakal dinikmati.
Penyelamatan itu hanya terjadi dalam kuasa Kristus Tuhan
berpolakan keselamatan Maria yang meliputi semua tingkatan eksistensinya
biologis dan spiritual. Berkat dogma mengenai Maria diangkat ke surga dengan
tubuh dan jiwanya kepercayaan dan harapan umat beriman akan kebangkitan badan
dan kehidupan kekal semakin diperkokoh dan dihidupkan. Karena penetapan itu
menilai positif kehidupan manusia dalam kerangka dunia ini, sekaligus
meneguhkan dan merumuskan keyakinan bahwa hal-hal eskatologis seyogyanya
dimengerti secara historis dalam dan mulai di dunia ini. Di dunia ini Gereja
berziarah. Satu-satunya tujuan akhir ziarah Gereja ialah Allah yang maha baik,
yang telah menjanjikan dan melaksanakan keselamatan. Keselamatan yang dijanjikan-Nya
itulah yang telah dinikmati para kudus, khususnya Maria bermakna sebagai tanda
real sukacita dan harapan Gereja. Pasalnya, nasib mereka itulah nasib yang akan
dialami Gereja yang kini berziarah di dunia. Ini semua dimungkinkan berkat
Allah yang menyatakan diriNya secara penuh dalam Anak Maria, Yesus Kristus yang
telah mati dan dibangkitkan demi kemuliaan Bapa serta kehidupan
saudara-saudari-Nya dalam Gereja yang mendunia.
Hari-hari Resmi
Sudah berabad-abad lamanya Gereja menghormati Bunda Maria.
Keyakinan bahwa Maria ini sudah mulia dan berbahagia selamanya di surga de
facto telah men- dorong anggota Gereja untuk berlari ke bawah perlindungannya
serta memohon bantuan darinya terhadap segala maraba--haya yang mengancam
hidupnya. Devosi Maria ini dapat berupa "Cultus Privatus" (Rosario,
Ziarah, Novena, dll). Namun dalam liturgi resmi Gereja sepanjang tahun
dirayakan pesta pesta atau peringatan - peringatan yang berkenaan dengan Bunda
Maria. Ini yang disebut "Cultus Publicus",
dengan konsekwensi seluruh Gereja terlibat. Menurut
kalenderium liturgi sekurang-kurangnya ada 18 (delapan belas) perayaan
(sepanjang tahun) yang berhubungan dengan Bunda Maria :
Tujuh (7) perayaan kelas satu(solemnitas), yaitu :
1 Januari : Santa Maria Bunda Allah;
6 Januari, Penampakan Tuhan ;
19 Maret, St. Yusuf (suami Maria);
25 Maret, Kabar Sukacita;
15 Agustus, Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga;
8 Desember, Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa;
25 Desember, Kelahiran Yesus.
Lima (5) perayaan kelas dua (festum), yaitu :
2 Febuari, Yesus dipersembahkan Dalam Kenisah;
31 Mei, Maria Mengunjungi Elizabet;
22 Agustus, Santa Perawan Maria, Ratu;
8 September, Kelahiran Santa Perawan Maria;
30 Desember, Keluarga Kudus
Enam (6) perayaan kelas tiga (memoria), yaitu :
11 Februari, Santa Perawan Maria di Lourdes;
16 Juli, Santa Perawan Maria di Gunung Karmel;
26 Juli, Yoakim dan Anna (orang tua Maria);
15 September, Santa Perawan Maria Berdukacita;
7 Oktober, Rosario Santa Perawan Maria;
21 November, Santa Perawan Maria Dipersembahkan Dalam
Bait Allah
Dari perkembangan devosi ini diketahui, bahwa pada
pokoknya anggota umat Allah "mendekati" Bunda Maria karena selain
didesak oleh kerinduan untuk menyerupai jalan hidup Maria yang nampaknya
membahagiakan; juga didorong untuk sampai kepada Yesus Kristus melalui Maria,
Bunda-Nya, Per Mariam ad lesum!
Delapan butir motif berdevosi Maria
Pertama, devosi ini terdorong untuk membaktikan diri
secara menyeluruh demi pengabdian kepada Allah.
Kedua, devosi membuat kita mengikuti jejak Kristus dan
meneladan kerendahan-Nya.
Ketiga, devosi membuahkan kesadaran panggilan dan tugas
kehidupan seperti Maria.
Keempat, devosi merupakan sarana unggul untuk menjaga
kemuliaan Allah yang lebih besar.
Kelima, devosi mengantar kita pada kesatuan dengan Tuhan
secara singkat menyenangkan.
Keenam, devosi memberi kita kebebasan mendalam yang
merupakan dambaan sebagai anak-anak Allah (bdk.Rm.8:21).
Ketujuh, devosi mendapatkan rahmat agung bagi sesama
kita.
Kedelapan, devosi merupakan sarana ketekunan yang
mengagumkan