JUJUR DAN AMANAH DALAM ISLAM
By, Rahma Kanthi Suci
Jujur adalah sifat penting bagi Islam. Salah satu pilar
Aqidah Islam adalah Jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong.
Orang yang bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam Islam.
Bahkan bisa jadi orang pendusta ini digolongkan sebagai
orang yang munafik. Orang-orang munafik tergolong orang kafir. Nauzubillah.
Allah berfirman :
Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman
kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
[QS.2 Al-Baqarah :8-10]
Kalau seandainya ummat Islam seorang pendusta, tidak
jujur, tentunya ketika ia menyatakan beriman, maka imannya sangat rapuh untuk
dipercaya, karena orangnya tidak amanah atau dapat dipercaya karena telah
dianggap pendusta.
Memang kita diciptakan manusia ini dua jalan.
Jalan kejahatan dan
Jalan kebaikan.
Firman Allah ta’ala:
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya. [QS. As-syam :8]
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Tetapi dia
tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. [QS. Al-Balad :10-11]
Yang dimaksud dengan “Dua jalan” ialah jalan kebajikan
dan jalan kejahatan. Jalan kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak
dikerjakan, tetapi jalan kebaikan dan kebajikan adalah jalan yang sulit,
mendaki lagi sukar.
Kalau kita memilih jalan kebaikan, kebajikan. Inilah
jalan yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala, dan orang yang berada dijalan ini
akan mendapat ganjaran dari allah subhanahu wata’ala. Tetapi jalan kebaikan ini
tidak mudah, sulit lagi sukar.
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,atau memberi
makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau
kepada orang miskin yang sangat fakir. [QS. Al-Balad :12-16]
Demikianlah jalan kebaikan yang harus orang-orang mu’min
tempuh dan selalu bersabar berada dijalannya sama seperti kita puasa dibulan
ramadhan ini tetap sabar dalam menjalankan ibadah dan segala kebaikan dan
kebajikan yang kita amalkan selama dalam bulan Ramadhan.
Perbuatan baik dijalan yang baik tersebut diantaranya
juga bersikap jujur. Jujur dalam segala perbuatan dan perbuatan kita. Karena
orang yang terbiasa tidak jujur akan selalu menjadi serentetan kebohongan
berikutnya yang lambat laun menjadi kebiasaan, dan dicaplah sebagai pembohong
atau pendusta, nauzubillah.
Hadits nabi membawa pesan nabi salallohu alaihi wasalam
tentang kejujuran adalah:
Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu
mengantarkan kamu pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada
surga.
Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan
dosa, dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka. [Hadits:
Mutafaqun Alaih]
Oleh sebab itu hendaklah kita akan senantiasa jujur. Dan
dikatakan kita sebagai orang yang jujur. Orang jujur ada kemungkinan akan teguh
dalam memegang amanah. Sedangkan orang yang pendusta atau tidak jujur sama
sekali tidak bisa memegang amanah.
Jujur dan amanah adalah serangkaian sifat yang perlu kita
sikapi. Sebagaimana rasulullah adalah seorang yang mempunyai sifat jujur,
terpercaya [Amanah]. Oleh sebab itu kita patut menjadikan Rasulullah sebagai
suri tauladan yang baik.
Sebagaimana Firman allah ta’ala:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[QS. Al-Ahzab :21]
Pengertian Amanah Dalam Islam
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada
manusia untuk dilaksanakan yang tercakup di dalamnya
Khilafah ilahiyah (khalifat allah, ibad allah),
Khilafah takwiniah (al-taklif al-syar’iah) dalam
kaitannya dengan hablun min allah dan hablun min al-nas.
Dalam ajaran Al-Qur’an manusia adalah makhluk yang
memikul beban (mukallaf). Pembebanan (taklif) meliputi hak dan kewajiban.
Setiap beban yang diterima manusia harus dilaksanakan sebagai amanah.
Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan
aman, sehingga mu’min berarti yang beriman, yang mendatangkan keamanan, juga
yang memberi dan menerima amanah. Orang yang beriman disebut juga al-mu’min,
karena orang yang beriman menerima rasa aman, iman dan amanah.
Bila orang tidak menjalankan amanah berarti tidak beriman
dan tidak akan memberikan rasa aman baik untuk dirinya dan sesama masyarakat
lingkungan sosialnya. Dalam sebuah hadis dinyatakan “Tidak ada iman bagi orang
yang tidak berlaku amanah”.
Dalam kontek hablun min allah, amanah yang dibebankan
Allah kepada manusia adalah Tauhid artinya pengakuan bahwa hanya Allah yang
harus disembah, hanya Allah yang berhak mengatur kehidupan manusia dan hanya
Allah yang harus menjadi akhir tujuan hidup manusia, sehingga pelanggaran
terhadap tauhid adalah syirik dan orang musyrik adalah orang khianat kepada
Allah.
Termasuk dalam kontek ini pula adalah mengimani seluruh
aspek yang termuat dalam rukun iman dan melaksanakan ubudiyah yang termaktub
dalam rukun islam.
Manusia diperintah Allah untuk menyampaikan amanah kepada
yang berhak menerimanya (QS. 4 : 58), hal ini berkaitan dengan tatanan
berinteraksi sosial (muamalah) atau hablun min al-nas.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan [menyuruh kamu] apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.
An-Nisa :58)
Sifat dan sikap amanah harus menjadi kepribadian atau
sikap mental setiap individu dalam komunitas masyarakat agar tercipta
harmonisasi hubungan dalam setiap gerak langkah kehidupan.
Dengan memiliki sikap mental yang amanah akan terjalin
sikap saling percaya, positif thinking, jujur dan transparan dalam seluruh
aktifitas kehidupan yang pada akhirnya akan terbentuk model masyarakat yang
ideal yaitu masyarakat aman, damai dan sejahtera.
Pengertian Amanah
Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi)
dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur
atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan,
perintah, keterangan atau wejangan.
Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat
beberapa pendapat, diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah
sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak
memilikinya.
Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala
sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan
izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu
pengertian bahwa amanah adalah menyampaikan
hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan
tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.
Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan
hak orang lain untuk menunaikan nya karena menyampaikan amanah kepada orang
yang berhak memilikinya adalah suatu kewajiban.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3 macam,
yaitu :
1. Amanah
manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara
berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya.
Termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan
anggota tubuh untuk hal-hal yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu
berasal dari Tuhan.
Sesungguhnya seluruh maksiat adalah perbuatan khianat
kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Amanah
manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya
yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara
keseluruhan.
Termasuk pada jenis amanah ini adalah
Pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya,
Ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan
memberi petunjuk kepada mereka untuk memiliki i’tikad yang benar,
Memberi motivasi untuk beramal yang memberi manfaat
kepada mereka di dunia dan akhirat,
Memberikan pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang
halal serta memberikan nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar
terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan
kebaikan.
Amanah dalam katagori ini juga adalah seorang suami
berlaku adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-istri
tidak menyebarkan rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus
yaitu hubungan suami istri.
3. Amanah
manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah
melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
Amanah merupakan faktor utama terciptanya kesejahteraan
dan kemakmuran suatu bangsa, sebab dengan sikap amanah semua komponen bangsa
akan berlaku jujur, tanggung jawab dan disiplin dalam setiap aktifitas kehidupan.
Mewabahnya korupsi, monopoli dan oligapoli dalam berbagai
lapangan kerja dan sektor ekonomi baik ekonomi mikro maupun ekonomi makro, baik
yang dikelola pemerintah maupun swasta, hilangnya saling percaya, tumbuhnya
saling mencurigai (negative thinking), menjamurnya mental hipokrit, apriori
terhadap tugas dan kewajiban dan sifat-sifat tercela lainnya sebagai akibat
dari hilangnya amanah.
Pentingnya Amanah dalam Kehidupan
Berbicara tentang orang-orang yang akan menentukan masa
depan bangsa ini, tak lepas dari membicarakan masalah amanah. Di tengah
berbagai konflik yang ada, mampukah mereka menjalankan amanah itu?
Kata “amanah” adalah suatu kata yang besar dalam Islam.
Bila dilihat berdasarkan syariat, amanah ini pengertiannya sangat luas dan
mendalam. Mulai dari “Menyimpan rahasia hingga “menjalankah sesuatu yang
menjadi perjanjian atau tugas”.
Amanah adalah akhlak dari para Nabi dan Rasul. Mereka
adalah orang-orang yang paling baik dalam menjaga amanah. Tidak heran bila
Rasulullah dikenal sebagi orang yang paling terpercaya, terutama dalam
menjalankan amanah.
Ada empat elemen penting dalam konsep amanah, yaitu:
Menjaga hak Allah SWT
Menjaga hak sesama manusia
Menjauhkan dari sifat abai dan berlebihan, artinya amanah
memang harus disampaikan dalam kondisi tepat, tidak ditambahi atau dikurangi
Mengandung sebuah pertanggung jawaban
Perlu dicatat, amanah sangat berkaitan dengan akhlak yang
lain, seperti kejujuran, kesabaran, atau keberanian. Karena untuk menjalankan
amanah, perlu keberanian yang tegas. Amanah sebagai salah satu unsur dalam
Islam, membuktikan bawah salah satu fungsi agama adalah memberikan nilai pada
kehidupan. Apalagi, amanah dititipkan pada hal-hal kecil, bukan hanya hal-hal
besar saja.
Islam mengajarkan bahwa tidak ada iman bagi orang yang
tidak amanah dan tak ada agama bagi orang yang tak berjanji. Ini berarti amanah
adalah bagian dari iman. Sehingga mereka yang tidak menjaga amanah, termasuk
pada golongan orang-orang yang tidak beriman. Selain itu, agama juga
mengajarkan kita untuk berjanji dan menepatinya karena itu bagian dari
kehidupan.
Lebih lanjut, berbicara amanah juga merujuk pada golongan
manusia yang termasuk para pemimpin. Bagaimanapun juga, kita semua merupakan
pemimpin, setidaknya bagi diri sendiri dan keluarga. Sehingga, nanti kita pasti
akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban tentang kepempinan kita. Hal ini
tercantum dalam Alquran surat Al Anfaal ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Dari ayat di atas, kita bisa lihat bahwa Allah
benar-benar dengan tegas melarang sifat khianat. Rasulullah pun dengan tegas
mendidik orang untuk menjalankan amanah, bahkan sedari kecil.
Misalnya, ada satu kisah tentang seorang anak kecil
bernama Abdullah. Pada suatu hari, dia disuruh ibunya menyampaikan setandan
anggur kepda Rasulullah. Tapi di jalan, mungkin karena kehausan, beberapa
anggur dimakan oleh Abdullah.
Ketika anggur itu diberikan, Rasulullah mengetahui hal
itu dan seketika itu juga Rasulullah menjewer telinga Abdullah sambil
mengucapkan kalimat, “Hai pengkhianat” sebanyak tiga kali.
Dalam hal ini, kita bisa lihat, bahwa menjaga amanah itu
sangat penting dan memiliki konsekuensi yang besar untuk orang-orang yang
mengabaikan amanah. Begitu besarnya, hingga bumi, langit, dan gunung pun takut
melanggarnya. Hal ini tercantum dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 72:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
Bila mereka saja takut, bukankah kita seharusnya lebih
takut? Karena kitalah yang akhirnya dititipi amanah itu dan nantinya akan
ditanya tentang pertanggungjawabannya.