Menanam Kebaikan
Kita semua pasti seringm endengar istilah ini "Jika kita menanam benih kebaikan maka kita pun akan menuai buah kebaikan" atau "Apa yang terjadi pada kita adalah akibat dari perbuatan kita sendiri". Setiap orang memiliki sikap dan perbuatan yang berbeda satu sama lain. Inilah salah satu kekuasaan Allah yang tidak ada dzat yang bisa menandinginya. Subhanallah. Allah menciptakan manusia satu dengan manusia yang lain berbeda- beda bahkan sidik jari manusiapun tidak ada yang sama, bayangkan betapa banyak jumlah manusia di bumi ini dengan sidik jari yang berbeda- beda. Berbuat baik menjadi salah satu investasi yang agung, melakukan kebaikan menjadi tabungan untuk kita di masa yang akan datang. Memang dampaknya tidak dapat dirasakan secara langsung, namun percaya lah bahwa kebaikan yang kita lakukan Allah pasti akan membalasnya dengan yang lebih baik. Terlebih jika kita melakukannya dengan ikhlas semata- mata karena Allah. Dimana keikhlasan sudah menjadi barang langka dan hampir punah. Susah memang, tapi jangan berkata susah bila belum mencobanya.
Melakukan kebaikan merupakan akhlak mulia bagi seorang Muslim, seperti memberikan pertolongan dalam kebaikan, menasihati untuk kebaikan, berbagi ilmu atau berbuat baik dalam berbagai hal kepada orang lain.
Hendaklah semua kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT dan mengharap ridha-Nya. Kebaikan yang dilakukan oleh seseorang akan membuahkan balasan pahala sepuluh kali lipat dan tambahan kebaikan seperti diterangkan pada dua ayat berikut :
Hendaklah semua kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT dan mengharap ridha-Nya.
Pertama, “Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.“ (QS al-An’am [6]: 160).
Kedua, "Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya." (QS asy- Syura [42]: 23).
Rasulullah SAW bersabda tentang balasan dari kebaikan, bahkan juga untuk yang masih berniat walaupun belum dilakukan. "Barangsiapa berniat melakukan kebaikan dan melakukannya maka baginya pahala sepuluh kali kebaikan. Tetapi jika niat itu tidak dilakukan maka baginya pahala satu kali kebaikan." (HR Ahmad).
Jika kita mendapat kebaikan dari orang lain jangan melupakannya, yang diterangkan pada ayat berikut. “Janganlah kamu lupa kebaikan di antara kamu." (QS al-Baqarah [2]: 237).
Hendaknya membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan atau mendoakannya. “Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepada kalian maka balaslah, apabila kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah dia hingga kalian melihat bahwa kalian telah membalasnya." (HR Abu Dawud).
“Sungguh Kami-lah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kami-lah Yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)." (QS Yasin [36]: 12).
Ayat di atas menerangkan tentang bekas-bekas yang ditinggalkan oleh orang yang telah wafat berupa jejak kehidupan. Orang akan dikenang karena jejak kehidupannya, yaitu jejak kebaikan atau jejak keburukan.
Jika meninggalkan jejak kebaikan akan mendapat pahala atas setiap kebaikan dari orang lain yang mengikuti jejak kebaikan tersebut. Begitu pula sebaliknya dengan jejak keburukan, sebagaimana yang diterangkan pada hadis berikut.
“Barangsiapa melakukan kebaikan dan setelah itu diikuti dan dilakukan oleh orang lain, maka akan dicatat baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya dan sedikit pun tidak akan mengurangi pahala orang itu. Sebaliknya barangsiapa melakukan keburukan dan setelah itu diikuti dan dilakukan oleh orang lain, maka akan dicatat baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya dan sedikit pun tidak akan mengurangi dosa orang itu." (HR Muslim).
Tentunya kita akan membuat jejak kebaikan yang mendatangkan maslahat dan menghindari untuk membuat jejak keburukan yang akan mendatangkan mudharat. Ada doa yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim memohon kepada Allah SWT agar kelak kemudian selalu diingat dan diikuti dalam kebaikan. "Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian." (QS asy-Syu'ara [26]: 84).
Yang Menanam Akan Menuai.
Salah satu bentuk sunnatullah atau aturan-aturan Allah yang berlaku di kehidupan dunia ini adalah yang menanam akan menuai. Artinya apa? Yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Apa yang kita lakukan itulah yang akan kita panen dalam kehidupan kita. Nah, prinsip ini begitu banyak Allah sebut dalam Al-Qur’an.
Kita ambi contoh misalnya, seseorang yang selalu berbicara baik maka balasan yang akan dia terima juga kebaikan. Surah Ar-Rahman (55) ayat ke 60, misalnya, hal Jazaa-ul ihsaani illal ihsaan, tidak balasan kebaikan kecuali kebaikan juga. Ini prinsip yang sering orang lupakan. Maka, kalau ada orang yang menanam keburukan, misalnya, dengan sering menyebarkan kebencian, berbicara yang isinya kebohongan atau melakukan hal tindakan yang dapat melukai dan menyakiti hati orang. Sebenarnya dia sedang melukai hatinya atau dirinya sendiri.
Itu sebuah prinsip yang sederhana namun kebanyakan kita lupa.
In ahsantum, ahsantum li anfusikum, wa in asa’tum falaha, jika kau berbuat baik, kebaikan itu untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, kejahatan itu atau akibat dari kejahatan itu tidak akan menimpa siapapun kecuali juga dirimu sendiri.
Ungkapan lain begitu banyak di Al-Qur’an, baik itu aspek syukur, aspek amal shaleh, semuanya sama. Yaitu apa? Siapa yang menanam akan menuai. Yang menanam kebaikan-kebaikan dalam hidupnya maka bersiaplah dan bergembiralah karena akan memanen begitu banyak kebaikan bahkan berlipat.
Tapi sebaliknya, waspadalah ketika seseorang berusaha atau senantiasa menyebarkan keburukan, hal-hal yang dapat memicu bahkan memacu keburukan dalam kehidupan masyarakat. Akibat itu juga, yang pertama kali akan menanggungnya adalah pelakunya. Semoga kita selalu dapat senantiasa menanam kebaikan sehingga kita akan memanen kebaikan juga.