WASILAH ATAU TAWASSULAN ADALAH CARA MA'RIFAT BILLAH/MENGENAL (SADAR) KEPADA ALLAH SWT. WA ROSUULIHI SAW
Satu hal yang selalu kami syukuri dalam hidup ini karena Allah Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih Penyayang, Maha Bijaksana, Maha Welas Asih berkenan memperkenalkan Kekasih-Nya, Seorang Guru Mursyid kamil mukammil Al- Ghouts kepada kami para pengamal Sholawat Wahidiyah sehingga lewat Beliau Al-Ghouts kami diizinkan oleh Allah untuk menuju Ma'rifat Billah wa Rosulihi SAW, mengenal-Nya dengan sebenar-benar kenal (sadar billah).
Al Faatihah .....
يَآأَيُّـهَااْلغَـوْثُ سَـلاَمُ اللهِ # عَلَيْـكَ رَبِّــنىِ بِإِذْنِ اللهِ
وَانْظُرْ إِلَيَّ سَـيِّدِى بِنَـظْرَةِ # مُوْصِـلَةٍ لِّلْحَضْـرَةِ اْلعَلِـيَّةِ
( 3 X )
YAA AYYUHAL GHAUTSU SALAAMULLAAH
1. ‘ALAIKA ROBBINII BI-IDZNILLAAH
WANDUR ILAYYA SAYYIDII BINADZRAH 2. MUUSHILATIL LILHADHRATIL ‘ALIYAH
( 3 X )
Duhai Ghautsu (Penolong) Zaman, kepangkuanmu salam Allah kuhaturkan, bimbing dan didiklah diriku dengan idzin Allah.
Dan arahkan pancaran sinar nadhrahmu kepadaku duhai pemimpin kami, dengan (sinar) radiasi batin yang mewusulkan aku sadarr kehadirat maha luhur Tuhanku.
“Kenal” dengan “tahu” adalah dua kata yang sangat berbeda. Kebanyakan kita mengetahui tentang Allah dan Rosul-Nya, tapi tidak mengenal-Nya. Gambaran hal tersebut seperti ini :
Kita mengetahui nama Presiden RI, yang sekarang sedang menjabat bernama Presiden Joko Widodo atau yang lebih akrab di panggil Pak Jokowi dan seperti umumnya masyarakat Indonesia pasti mengetahui nama Presidennya dan mungkin ada yang pernah melihat wajahnya secara langsung atau lewat TV.
Hubungan kita dengan Presiden umumnya adalah hubungan “mengetahui” bukan hubungan “berkenalan”. Kita dianggap kenal, apabila pernah berjumpa, berjabat tangan dan saling menatap dan paling tidak ada ucapan sepatah dua patah kata dari Presiden kepada kita atau dialog kecil dengan demikian maka perkenalan kita dengan presiden menjadi sah. Hampir semua orang mengetahui dan mempunyai pengetahuan tentang sosok Presidennya, minimal mengenal namanya. Namun hanya segelintir orang yang benar-benar pernah berkenalan dengan Presiden. Istri dan anak-anak Presiden sangat dekat hubungan dengan Beliau begitu juga dengan para pembantunya, para Menteri, Gubernur, Bupati sampai kepada Pak Lurah, kesemuanya adalah orang-orang yang mempunyai hubungan dengan presiden dan semakin kecil jabatan yang dipegang akan semakin kecil pula peluang untuk bisa berkenalan dengan Presiden.
Dalam kasus tertentu, bisa jadi orang yang tidak mempunyai jabatan sama sekali, hanya rakyat kecil bisa begitu kenal dengan Presiden.
Bisa pembantu Rumah Tangga Presiden, atau tukang sapu yang bertugas menyapu jalan di depan rumah Presiden sehingga setiap pagi bisa melihat bahkan mendapat sapaan akrab dari presiden.
Senang atau tidak senang, untuk bisa berkenalan dengan Presiden harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, kalau tidak sesuai dengan aturan sampai kapanpun kita tidak akan pernah berkenalan dengan presiden atau malah kita kenal dengan Presiden gadungan atau sok kenal dengan presiden padahal belum pernah sekalipun berjumpa dengan Presiden.
Kenal dengan Presiden saja harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, begitu juga dengan kenal dengan Allah Sang Maha Raja Dunia Akhirat, tentu aturannya lebih ketat lagi.
Selain kelompok Atheis, semua orang mengakui adanya Tuhan, dan sebagian besar mengetahui nama Tuhannya dengan baik bahkan menghapal sifat-sifat Baik dan nama-nama baik (Asmaul Husna) dari Tuhannya, namun sedikit sekali yang bisa berkenalan dengan Tuhannya.
Analogi Presiden yang saya tulis diatas untuk memudahkan kita memahami hubungan antara manusia dengan Tuhan agar kita tidak merasa kenal apalagi merasa dekat.
Allah memberikan aturan bagaimana manusia bisa berkenalan dengan Allah lewat firman-Nya dalam surat Al-Maidah 35,
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah WASILAH (Frekwensi/gelombang yang bisa mendekatkan) kepadaNya dan berjuanglah di jalanNya agar kalian beruntung.”
Tentang WASILAH, Allah juga berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 57,
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari “Al Wasilah” kepada Rabb mereka, siapakah diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah)….”.
Kali ini kita tidak membahas tentang WASILAH secara luas karena sudah pernah saya bahas pada tulisan-tulisan lalu seperti Berwasilah Kepada Mursyid atau Rabithah Mursyid yang intinya Wasilah adalah sesuatu yang bisa mendekatkan kita dengan Allah. Banyak orang yang keliru memahami Wasilah dan menganggap Wasilah itu manusia sehingga hal inilah yang menyebabkan orang luar Tarekat menuduh pengamal Tarekat melakukan perbuatan Syirik (Menduakan Tuhan).
Wasilah bukanlah manusia, bahkan Para Nabi dan Rasul, Wali Allah atau Guru Mursyid bukanlah Wasilah, mereka hanya sebagai pembawa Wasilah yang berasal dari sisi Allah SWT.
Wasilah dalam surat An-Nur 35 adalah Nur ala Nurin (Cahaya di atas Cahaya) yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehendaki. Nabi Muhammad bin Abdullah adalah manusia biasa kemudian menjadi Rasulullah (utusan Allah) karena Beliau dipercayakan Allah untuk membawa cahaya-Nya berupa Nur Muhammad, sebagai Wasilah manusia dengan Allah SWT.
Istihdhor, menghadirkan wajah Rasulullah SAW (Bagi ummat yang hidup sezaman dengan Nabi atau istihdhor, robithoh - membayangkan dengan menghadirkan wajah Guru Mursyid Al Ghouts sebagai ulama pewaris Nabi SAW (Bagi ummat yang hidup sesudah Nabi) di dalam dzikir (bermujahadah) dan ibadahnya berfungsi untuk menemukan WASILAH yang ada dalam diri Nabi SAW/Guru Mursyid kamil mukammil (Al-Ghouts) sehingga menemukan frekwensi dan gelombang Allah, dengan demikian rohani seluruh ummat Nabi Muhammad SAW akan berhubungan dengan Allah SWT.
Itulah sebabnya ketika sahabat Nabi Sayyidina Ummar bin Khattab ra meminta izin kepada Nabi Muhammad SAW untuk melakukan Umrah, Nabi SAW berpesan kepada Umar, “Wahai saudaraku umar, dimanapun engkau berada dan ibadah apapun yang kau lakukan, jangan lupakan Kami”. Tentu saja “Kami” yang dimaksud oleh Rasulullah SAW adalah Allah dan Rasul-Nya SAW.
YAA SAYYIIDII YAA ROSUULALLOH .....
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS .....
---
Wasilah, Cara Berkenalan Dengan Allah wa Rosuulihi SAW
Coba disimak doa sesudah adzan :
BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM
اَللهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّآمَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَآئِمَةِ، آتِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدَان الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالشَّرَفَ وَالدَّرَجَةَ الْعَالِيَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًامَحْمُوْدَانِ الَّذِىْ وَعَدْتَهُ اِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ يَآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
ALLOOHUMMA ROBBA HAADZIHID DA'WATIT TAAMMAH, WASHSHOLAATIL QOO-IMAH, AATI SAYYIDANA MUHAMMADANIL WASHIILATA WAL FADHIILAH, WASY SYAROFA WAD DARAJATAL 'AALIYATAR ROFII'AH WAB'ATSHU MAQOOMAM MAHMUUDAL LADZII WA'ADTAH INNAKA LAA TUKHLIFUL MII'AADA YA ARHAMAR ROOHIMIIN.
Artinya :
Ya Allah Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna dan shalat yang tetap didirikan, kurniailah Nabi Muhammad SAW wasilah (tempat yang luhur) dan kelebihan/ keutamaan serta kemuliaan dan derajat yang tinggi dan tempatkanlah beliau pada kedudukan yang terpuji yang telah Engkaujanjikan, sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji, wahai dzat yang paling Penyayang.
(HR. Bukhari).
Maknanya siapun yang ingin menegakkan Shalat harus terlebih dahulu menemukan WASILAH, menggabungkan rohaninya dengan Rohani Rasulullah SAW sehingga tercapailah Shalat yang ikhlas dan Khusyuk dan benar-benar shalat menjadi media untuk Mikraj bagi orang beriman kepada Allah SWT.
Shalat yang ikhlas, khusuk (Rohani yang shalat tersambung dengan rohani Rasulullah yang selalu beserta Allah/istilah Wahidiyah rohani yang senantiasa Lillah Billah, Lirrosul Birrosul) akan memberikan “Power” bagi siapapun yang melaksanakan dan benar-benar bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar seperti yang dijanjikan dalam al-Qur’an dan menjadi kunci kemenangan dunia akhirat karena di dalam shalat tersebut akan terjadi dialog langsung antara hamba dengan Tuhannya dan inilah kunci kekuatan Islam Mulia Raya yang tiada tandingnya,
Kaum orientalis (musuh Islam yang mempelajari Islam untuk merusak dan menjatuhkan Islam) mengetahui sumber kekuatan Islam ini, yaitu hubungan yang kuat secara dzahir bathin antara ummat dengan Rasulullah SAW dan hubungan ini berusaha diputuskan secara pelan-pelan lewat agen-agen yang menyusup kedalam Islam dan mengkampanyekan gerakan anti Tasawuf untuk melemahkan Islam dari dalam.
Orientalis berhasil mempengaruhi orang Arab sehingga dari Arablah muncul aliran Wahabiyyah yang menentang Tawasul, Rabithah dan traidisi ibadah dalam Tasawuf yang sudah ada sejak zaman Nabi SAW dan diperlihara serta dipertahankan oleh para sahabat dan para ulama warotsatul ambiya' (para Waliyulloh) selama ribuan tahun. Katanya dengan dalih ingin menegakkan iman Tauhid, maka dihancurkan situs-situs bersejarah Islam yang dianggap bisa menjadi tempat praktek-praktek ibadah yang mengarah kepada perbuatan syirik, kufur dan bid'ah.
Kaum orientalis menyelidiki kunci keberhasilan kekhalifahan Islam yang tidak pernah kalah dalam perang karena meraka begitu mencintai sunnah Nabi SAW dan mencintai ulama pewaris ilmu Nabi, hubungan kecintaan dengan Nabi SAW bukan sekedar hubungan secara dzahir semata tapi juga secara bathin.
Para Nabi dan Para Wali hakikatnya tidaklah mati, mereka hidup disisi Allah, karenanya sampai akhir zamanpun kuburan Nabi SAW dan para Wali tetap akan memberikan berkah kepada siapapun yang menziarahinya.
Inilah yang dipertahankan oleh ummat Islam selama 1300 tahun sampai datang kelompok baru Wahabi yang muncul di arab berusaha menghilangkan tradisi ini. Ada kecemburuan dari ummat lain melihat Islam begitu lengkap dan terjaga peninggalan-peninggalan sejarahnya sehingga mereka kaum wahabiyyah berusaha menghilangkan sehingga ummat Islam terpisah dengan sejarah masa lalunya.
Gerakan anti Tasawuf yang berpusat di Arab Saudi melakukan kampanye besar-besaran keseluruh dunia dengan dana kampanye yang luar biasa besar berasal dari minyak telah berhasil mempengaruhi sebagian besar ummat Islam yang awalnya hampir seluruh dunia menolak paham anti Tasawuf ini.
Dikuasainya oleh orang-orang wahabi dua kota suci umma Islam, Mekkah dan Madinah ikut membantu kampanye mereka karena orang mengganggap praktek ibadah yang dilakukan di dua kota suci tersebut yang paling benar. Gerakan ini sepintas lalu sangat manis nampaknya karena mereka mengajak kembali ke Al-Qur’an dan Hadist dan kembali kepada cara beragama zaman Rasulullah padahal yang terjadi sebenarnya adalah mereka menghilangkan mata rantai Islam yang telah terbangun ribuan tahun sehingga Ummat Islam dipaksa memahami Al-Qur’an dan Hadist menurut pemikiran mereka wahabi.
Ketika Teknik berhubungan dengan Allah berupa Wasilah ini dihilangkan oleh sebagian besar ummat Islam (karena oleh wahabi dianggap sebagai perbuatan syirik dan bid'ah) maka muncullah cara beragama yang kasar, keras hatinya dan kaku, hilang dari nilai-nilai mistis yang menjadi sumber kekuatan ummat Islam.
Timbul sikap tidak toleran kepada orang yang berbeda pemahaman dengan mereka dan ini memang sengaja diciptakan oleh musuh-musuh Islam untuk menyerang Islam dari dalam. Ummat ini tidak menyadari bahaya aliran yang menyerang Tasawuf dan mensejajarkan tasawuf dengan aliran2 sesat yang memang sengaja diciptakan oleh mereka wahabi.
Tidak cukup itu saja, orientalis barat bahkan menciptakan Tarekat-tarekat palsu yang silsilah (jalur keguruan) tidak bersambung kepada Rasulullah SAW dan juga menulis buku-buku kajin tasawuf yang tidak standar sehingga masyarakat semakin “ngeri” melihat Tasawuf.
Tasawuf dengan teknik wasilahnya bukanlah pilihan bagi ummat (memakai atau tidak memakai), ini adalah hal yang WAJIB di ambil agar ummat Islam tidak terus terperosok ke jurang yang dalam. Ummat Islam harus bangkit dengan membawa Api Islam berupa cahaya Allah dalam hidup sehingga kemanapun dia berada akan menjadi Rahmat bagi seluruh Alam. Ummat Islam jangan menjadi buih di lautan yang terombang ambing tanpa pengangan karena tidak lagi berpegang kepada Tali Allah (Wasilah).
Kita hidup di zaman yang sudah akhir, dan menyatukan Ummat Islam dalam satu pemahaman adalah hal yang mustahil karena Nabi SAW sendiri sudah memprediksikan tentang perpecahan ummat ini dalam hadist Beliau.
Yang bisa kita lakukan adalah saling menghormati diantara sesama kita bukan saling menjatuhkan atau menghancurkan saudara sendiri. Prinsipnya sangat sederhana, siapapun yang mengakui Allah sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul maka dia adalah saudara kita, perbedaan-perbedaan dalam memaknai Al-Qur’an serta hadist adalah hal yang wajar dan bukan menjadi penghalang bagi kita semua untuk bersatu padu.
Bagi anda yang selama ini sangat membenci Tasawuf, segeralah bertaubat dan pelajari tasawuf dengan benar dari sumber-sumber yang bisa dipercaya bukan dari orang-orang yang membenci Tasawuf agar anda mendapat informasi yang benar. Kami termasuk orang yang awalnya sangat membenci Tarekat dengan segala praktek ibadahnya, syukur Alhamdulillah akhirnya Allah memberikan hidayah sehingga saya bisa mendapatkan ilmu Tarekat yang benar dan lewat Tarekatlah kami mengetahui hakikat Tuhan dan mengetahui hal-hal yang selama ini menjadi misteri dalam hidup.
Kita semua memimpikan ummat yang SATU, KUAT dalam TALI ALLAH sehingga rahmat Allah akan selalu tercurahkan kepada kita semua selebat hujan yang turun dari langit karena itu mari kita akhiri sikap saling membenci dan memusuhi diantara kita semua. SMOGA Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menyatukan kita sebagai ummat yang saling menyayangi dan mencintai dan hati kita dengan lapang menerima perbedaan-perbedaan sebagai bagian dari Rahmat dengan demikian ummat Islam akan kembali jaya sampai akhir zaman, Aamin yaa Rabbal ‘Aalamiin… Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW...Aamiin !.
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
(MUJAHADAH !)
Sumber referensi dari postingan FB bapak Ahmad Dimyati Bogor