Pesimis
SUDUT PANDANG SPiKOLOGI
"Pesimis
adalah kebalikan dari sifat optimis, orang yang pesimis pasti sering menganggap
diri sendiri merasa gagal dan justru curiga saat hal yang telah dikerjakan
berjalan dengan baik. Berbeda dengan orang yang optimis, ia selalu berharap
yang terbaik dari yang dikerjakan dan bisa mengambil hikmah ketika hal yang
dikerjakan tidak sesuai harapan".
“Sifat
pesimis adalah pola pikir yang selalu melihat peristiwa hanya dari sisi negatif
saja. Ada beberapa cara mengatasinya, salah satunya dengan melawan pikiran
negatif dan membangun circle dengan orang-orang yang positif.”
Pesimis
adalah suatu sikap atau pandangan negatif terhadap suatu peristiwa atau situasi
tertentu. Seseorang yang memiliki sikap ini diidentikkan dengan sifat tidak
percaya diri atau mudah menyerah.
Pesimisme
bukanlah penyakit mental, tetapi merupakan ciri kepribadian di mana seseorang
memiliki pandangan hidup yang lebih negatif. Pesimisme adalah kebalikan dari
optimisme.
Misalnya,
seseorang yang pesimis mungkin melihat hari hujan, dan berpikir betapa hal itu
telah merusak rencananya atau betapa sengsaranya mereka jika basah kuyup.
Sementara
itu, orang dengan optimisme akan melihat hujan yang sama dengan pandangan yang
berbeda. Mereka memikirkan bagaimana air akan bermanfaat bagi tanaman, atau
bersemangat karena mereka bisa melihat pelangi.
Gangguan Mental Akibat Pesimis
Sebenarnya
pikiran yang negatif dengan kadar yang baik tidak selalu buruk. Pesimis ini
bukanlah sifat yang diinginkan banyak orang, tetapi karena pesimis sering
dikaitkan dengan hal negatif, sikap yang penuh depresi dan gangguan suasana
hati lainnya. Tetapi dengan tidak memaksakan optimis dan cenderung pesimis
sebenarnya adalah hal yang baik, dengan ini tidak akan terjadi toxic positivity
atau pemaksaan sikap optimis.
Toxic
positivity akan membawa pada kerugian tersendiri, jadi terlalu optimis tidak
baik tapi di lain pihak terlalu pesimis juga tidak akan baik. Namun, orang yang
jatuh pada dua level ekstrem itu mungkin langka. Psikologi memandang biasanya
orang-orang itu berada di antara spektrum pesimis dan optimis. Pesimis dan
optimis itu seperti dua ujung jalan yang saling berlawanan maka orang-orang
akan berada diantara kedua ujung jalan tesebut.
Akan
tetapi jika menjadi optimis tentunya sedikit memberi manfaat. Diungkapkan dalam
sebuah penelitian BMC Publich Health, bahwa pesimis dikaitkan dengan
peningkatan resiko kematian akibat jantung koroner. Meski tidak ada sebuah
bukti bahwa optimis akan melindungi tubuh dari penyakit, orang yang optimis
biasanya cenderung menjaga diri mereka lebih baik dibandingkan dengan orang
yang pesimis. Orang optimis memiliki pola makan yang sehat, lebih menyukai
olahraga, maka ini akan memberi efek positif dalam kesehatan fisik dan
kesehatan mental.
Ciri-Ciri dan Contoh untuk Mengetahui Seseorang
yang Pesimis
1.
Tidak akan mengejar apa yang diinginkan, karena telah berpikir mungkin akan
gagal
Ketika
seseorang selalu berkonsentrasi pada hal-hal yang mungkin salah atau mungkin
gagal. Apabila dia ingin melakukan sesuatu, alih-alih dia berusaha melihat
cara-cara agar lebih berhasil dia lebih fokus kepada kemungkinan kegagalan.
Maka orang tersebut terlalu fokus oada kegagalan, kegagalan inilah yang akan
mendominasi, dan itu akan menyebabkan orang yang pesimis itu cenderung tidak
akan banyak melakukan upaya mengejar keinginan. Karena sebelum dia bertindak,
sebelum dia melakukan upaya yang nyata, pikiran dia sudah dipenuhi skenario
bahwa apa yang akan dia lakukan itu mengalami kegagalan.
2.
Merasa terkejut ketika yang dikerjakan benar-benar berhasil mencapai tujuan
Hal
ini menjadi masuk akal, karena ketika orang pesimis itu memandang dunia
cenderung negatif, ketika sesuatu itu berjalan positif maka dia justru malah
terkejut. Sama seperti orang yang biasanya memakai kacamata yang berlensa
berwarna biru misalnya. Kemudian dia melepaskan kacamatanya dan melihat
ternyata ada warna-warna yang lain maka dia juga akan terkejut. Jadi orang yang
pesimis itu karena dia cenderung memakai kacamata yang negatif ketika dia nanti
melihat sesuatu yang positif, justru itu akan menjadikan dia merasa tidak wajar
begitu atau merasa aneh.
3.
Selalu fokus dalam kesalahan apa pada suatu situasi
Ketika
kita melakukan sesuatu tentunya masih ada dua kemungkinan, yakni bisa benar
ataupun salah, bisa berhasil atau gagal. Akan tetapi orang yang pesimisvitu
alih-alih berusaha untuk memperbesar peluang berhasil atau peluang sukses dia
akan fokus pada apa yang bisa salah. Kondisi ini justru pada suatu titik akan
menghambat upaya dia, karena sebelum melakukan sesuatu itu seakan-akan kakinya
sudah lumpuh duluan, lumpuh karena pikiran akan adanya kegagalan. Sebelum dia
mencoba, sebelum dia melangkah tetapi dia sudah tidak mampu untuk melangkah
karena upayanya dilumpuhkan oleh rasa pesimis.
4.
Cenderung fokus pada kelemahan ataupun kekurangan diri sendiri daripada
kelebihan yang dimiliki
Ketika
dia memiliki lensa kacamata yang sifatnya negatif naka apa oun yang dia lihat
itu akan menjadi negarif. Hal yang baik itu nampak kemudian mengecil skalanya,
tapi hal yang lemah atau hal yang negatif meskipun sebenarnya tidak berukuran
besar, tapi karena dia memakai lensa yang memiliki nuansa negarif naka hal
negatif yang tadinya kecil itu menjadi nampak besar.
5.
Berpikir bahwa resikonnya selalu lebih besar ketimbang manfaatnya
Padahal
tidak demikian, walaupun sesuatunya mungkin memiliki peluang yang kecil tetapi
belum tentu resikonya kemudian tidak sepadan. Seperti contoh misalkan ada
statissika yang menyatakab bahwa 90% dari orang yang memulai bisnis itu
sebenarnya mengalami kegagalan. Kira-kira itu hanya 10% tersisabyang dapat
bertahan bisnisnya dia atas 5 tahun. Nah, ketika kita melihat statistika ini
mungkin kita akan merasa, mengapa kita menjadi pengusaha pada akhirnya 90% dari
pengusaha gagal.
Memang
statistika peluang menyatakan demikian, namun tidak berarti kudian resiko itu
mengalahkan manfaatnya. Meakipun ada banyak orang yang gagal membuka bisnis,
tetapi sebenarnya ketika seseorang itu berhasil, dia melakukan sesuatu
perencanaan yang baik begitu. Kemudian juga memiliki strategi, dia memiliki
keuletan maka sebenarnya, dia akan berhasil dari keuntungan itu jauh melebihi
resiko yang muncul.
6.
Sering merasa kesal dengan optimis yang dimiliki orang lain
Jika
memiliki cara pandang dunia yang negatif, maka ketika dia melihat ada orang
yang memiliki sikap yang positif itu dia merasa kesal. Dia merasa tidak
mengerti, kenapa orang lain memiliki optimis yang lebih tinggi, dan “bertanya
mengapa kamu memiliki tingkat positivisme yang tinggi, mengapa kamu begitu
banyak harapan, toh kebanyakan dari harapan itu nanti akan gagal.” Orang
pesimis tidak suka dengan orang yang memiliki pandangan dunia yang berbeda.
7.
Berasumsi bahwa semua hal baik pada akhirnya akan berakhir
Kita
paham bahwa tidak ada apapun di dunia ini yang sifatnya kekal. Suatu hal baik
pada suatu titik akan berakhir, masa muda pada suatu titik akan berakhir
menjadi masa tua, suatu hal yang tadinya baru lama-lama akan menjadi kusam atau
usang. Namun, yang menjadi poin pentingnya adalah kita seharusnya tidak
kemudian berfokus pada hal yang buruknya.
Kita
jangan kemudian berfokus pada akhir yang kemudian tidak menyenangkan. Nah,
sebaiknya kita beralih menganggap bahwa semua hal yang baik itu akan berakhir,
namun sebelum berakhir hal baik itu. Masih bisa kita nikmati, maka sebaiknya
kita pergunakan hal baik tersebut dengan sebaik-baiknya. Namun, ketika kita
berpandangan pesimis, maka kita tidak akan melihat itu, bahkan langsung
menganggap bahwa “ngapain saya harus melakukan hal ini, toh hal baik ini nanti
akan berakhir.”
Jadi
seseorang yang pesimis langsung menuju hal yang buruk dan tidak menyenangkan.
Berbeda dengan orang optimis akan bilang, “manfaatkan sebaik mungkin mumpung
masih dapat kita manfaatkan dengan sebaik mungkin.”
8.
Merasa lebih mudah hidup fengan status quo ketimbang merubah keadaan yang lebih
baik
Seorang
yang pesimis menganggap bahwa apapun yang akan dia lakukan itu akan mengalami
kegagalan, maka secara otomatis dia juga tidak akan banyak melakukan upaya.
Oleh karena itu dia tidak berkeinginan merubah hidupnya, maka akhirnya secara
konsekuensi hidupnya pun akan berakhir dengan status quo. Hidupnya akan selalu
stagnan, hidupnya tidak akan dinamis ataupun berubah.
Sifat pesimis dan membedakannya dengan
sikap negatif
Berikut
ciri-ciri spesifiknya :
1.
Meragukan kemampuan sendiri. Sikap pesimis sering
terlihat saat seseorang meragukan kemampuan diri sendiri, bahkan sebelum
mencoba suatu tugas, karena mereka sudah yakin akan gagal.
2.
Pandangan buruk terhadap masa depan. Merasa bahwa
hal-hal tidak akan pernah membaik, bahkan ketika ada potensi perbaikan.
3.
Resah oleh kemungkinan terburuk. Orang pesimis
cenderung fokus pada kemungkinan terburuk dalam situasi apa pun, dan sering
kali merasa khawatir tentang apa yang bisa saja terjadi–dan ini cenderung hal
negatif.
4.
Menyalahkan diri sendiri. Orang pesimis mereka sering
menyalahkan diri sendiri atas kegagalan atau masalah, tanpa mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal.
5.
Tidak percaya pada orang lain. Mereka bisa menjadi
sangat skeptis terhadap niat baik orang lain, percaya bahwa semua orang
memiliki motif tersembunyi.
6.
Kurangnya motivasi. Pesimisme sering menghambat
motivasi untuk mencoba hal baru atau mengejar tujuan, karena mereka merasa
bahwa hasilnya tidak akan memuaskan.
7.
Kurangnya penghargaan terhadap prestasi. Meskipun
meraih prestasi, orang pesimis mungkin tidak merasa puas dan tetap merasa tidak
berhasil.
8.
Merasa terjebak dalam masalah. Mereka mungkin merasa
bahwa masalah yang mereka hadapi tidak memiliki solusi yang memadai, dan merasa
terjebak dalam keadaan sulit.
9.
Menarik diri dari interaksi sosial. Pesimisme bisa
membuat seseorang menarik diri dari interaksi sosial. Alasannya mereka merasa
tidak ada yang positif yang bisa mereka bagikan atau terima dari orang lain.
Dampak dari Sifat Pesimis
Orang
yang pesimis cenderung memiliki stres yang lebih besar dan keterampilan
mengatasi masalah yang lebih sedikit. Selain itu, dampak spesifik lain dari
sifat pesimis adalah :
1.
Kurang tidur
Pesimis
juga dapat menyebabkan tidur yang tidak lelap karena otak terus-menerus memikirkan
daftar semua kekhawatiran. Contohnya, pekerjaan kantor, pesan yang tidak
dibalas, respons orang terhadap posting-an di media sosial, dan lain
sebagainya.
2.
Peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung
Menurut
sebuah penelitian pada tahun 2016 yang dipublikasikan di Springer Nature, sikap
pesimistis dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung,
sedangkan sikap optimis mungkin tidak berpengaruh sama sekali.
Dalam
jurnal ilmiah berjudul Pessimism and risk of death from coronary heart disease
among middle-aged and older Finns: an eleven-year follow-up study, termuat
penelitian mengenai 2.267 pria dan wanita, berusia antara 52 dan 76 tahun, yang
diberikan enam pernyataan positif dan negatif.
Pernyataan
positif dan negatif tersebut dapat memengaruhi kadar kolesterol, tekanan darah,
dan glukosa. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah sikap pesimis dapat
membahayakan orang dengan penyakit jantung koroner.
Ciri-ciri
kepribadian dapat memperburuk kesehatan fisik. Jika kamu pesimis dan memiliki
masalah kesehatan, menjaga kesehatan fisik adalah hal yang lebih penting.
3.
Membunuh sel-sel otak
Ketika
kamu terus-menerus mengharapkan yang terburuk, otak akan melepaskan lebih
banyak kortisol. Kadar kortisol tinggi yang dikeluarkan akibat stres, dapat
mengurangi volume otak.
Hal
ini dapat membunuh neuron baru di hipokampus otak. Hipokampus merupakan suatu
wilayah otak yang sangat terkait dengan memori, emosi, dan pembelajaran. Baca
dampak negatif pesimis di artikel Awas, Pesimis Bisa Mengganggu Kesehatan
Mental.
Cara Mengatasi Sifat Pesimis
Mengatasi
sifat pesimis adalah langkah penting dalam mencapai keseimbangan dan
kebahagiaan dalam hidup. Berikut adalah cara mengatasi sifat negatif ini :
1.
Menyadari pola pikir
Langkah
pertama adalah menyadari pola pikir pesimis yang mungkin muncul dalam diri.
Menyadari bahwa kamu sering merasa negatif adalah kunci untuk mengubahnya.
2.
Menantang pikiran negatif
Setiap
kali merasa pesimis, cobalah untuk mengidentifikasi dan menantang
pikiran-pikiran negatif itu. Tanyakan pada diri sendiri apakah ada bukti nyata
untuk pesimisme tersebut.
3.
Melatih berpikir positif
Praktikkan
berpikir positif dengan mengganti pikiran-pikiran negatif dengan yang lebih
konstruktif dan optimis.
Misalnya,
alihkan “Saya pasti akan gagal” menjadi “Saya akan mencoba yang terbaik dan
belajar dari pengalaman.”
4.
Tujuan yang realistis
Buat
tujuan yang realistis dan pecahkan mereka menjadi langkah-langkah kecil yang
dapat dicapai. Ini akan membantu kamu merasa lebih percaya diri dan terhindar
dari perasaan pesimis.
5.
Terhubung dengan orang-orang positif
Habiskan
waktu dengan orang-orang yang memiliki pandangan positif dan mendukung. Interaksi
dengan individu seperti ini bisa memberi energi positif.
6.
Menjaga kesehatan fisik dan mental
Kesehatan
fisik dan mental yang baik dapat membantu mengurangi pesimisme. Rutin
berolahraga, tidur yang cukup, dan mengelola stres adalah kunci.
7.
Konsultasi dengan profesional medis
Jika
pesimisme sangat mengganggu kehidupan sehari-hari dan sulit diatasi sendiri,
pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional. Contohnya seperti
seorang psikolog yang dapat membantu mengatasi masalah ini.
Kanti
Suci Project