BAB IV - AJARAN WAHIDIYAH
LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL, LILGHOUTS BILGHOUTS
(17 - KULIAH WAHIDIYAH, bimbingan Mbah KH. Abdul Madjid Ma'ruf Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra)
Masalah kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, adalah masalah prinsip bagi setiap umat Rosullulloh SAW, masalah paling pokok yang akan menentukan bahagia atau sengsara.
Oleh karena itu harus kita perhatikan, harus kita usahakan dengan serius, disamping memperhatikan soal-soal lain yang kita butuhkan. Kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, kebutuhan material dan kebutuhan spiritual. Bahkan justru di dalam kita melaksanakan dan mengisi bidang-bidang yang harus kita penuhi, supaya selalu dijiwai LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL yang harus terus menerus kita tingkatkan dan kita sempurnakan tanpa ada batasnya.
Sekali lagi, ilmiah mudah dipelajari atau hafal. Akan tetapi tumbuhnya rasa LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL atau pengetrapan dzauqiyahnya, tergantung kepada HIDAYAH dari Alloh SWT.
Dan untuk memperoleh hidayah ini diperlukan bantuan dan bimbingan dari Penuntun atau Pembimbing. Yaitu orang yang sudah ahli dan berpengalaman yang mempunyai wewenang atau kompeten yaitu yang menerima tugas dari Alloh SWT untuk membimbing masyarakat di dalam perjalanan wushul ma’rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.
Di dalam dunia tasawuf, Pembimbing tersebut dikenal sebagai Mursyid yang Kaamil dan Mukammil. Orang yang sudah sempurna dan mampu menyempurnakan orang lain.
Di dalam perjalanan manusia menuju wushul – sadar ma’rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, jika tidak ada yang membimbing, pada umumnya mengalami kebingungan dan tersesat jalan oleh berbagai gangguan dari Iblis yang sangat halus sekali sehingga yang bersangkutan tidak merasa.
Ibaratnya orang akan menghadap raja atau presiden harus berhubungan dan melalui orang-orang yang ditugaskan oleh presiden atau raja mengatur masalah tersebut. Tanpa melalui pejabat kerajaan atau kepresidenan yang berkompeten maka sulit sekali bahkan tidak mungkin bisa berhasil menghadap. Sekalipun dari kalangan tingkat atas, sekalipun dia sudah mempelajari dan mengerti cara-cara atau jalannya menghadap Presiden atau Raja.
Begitu juga soal kesadaran, soal wushul ma’rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, harus melalui Pembimbing yang berkompeten mengantarkan wushul. Tidak cukup hanya mempelajari teori atau ilmiyah saja.
Kita, di dalam Perjuangan Wahidiyah berkeyakinan seperti keyakinan dalam dunia tasawuf bahwa Ghouts Hadzaz Zaman RA, adalah Priagung yang berkompeten di zaman sekarang mengantarkan dan membimbing masyarakat sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.
Maka oleh karena itu kita para pengamal Wahidiyah dan masyarakat, saalikin pada umumnya perlu dan harus mengadakan hubungan dengan Ghouts Hadzaz Zaman Ra. terutama hubungan secara batiniyah.
Diantara cara hubungan dengan Hadzaz Zaman Ra. tersebut adalah mengetrapkan di dalam hati “LIL GHOUTS BIL GHOUTS”.
“LILGHOUTS”
Cara pengeterapannya sama dengan pengeterapan LILLAH dan LIRROSUL. Yaitu disamping niat ikhlas ibadah kepada Alloh dan niat mengikuti tuntunan Rosululloh SAW, supaya ditambah lagi niat mengikuti bimbingan Ghouts Hadzaz Zaman Ra, LIL GHOUTS. Ini pengetrapan niat di dalam hati. Jadi tidak merubah ketentuan–ketentuan lain di bidang syari’at. Dan juga terbatas kepada soal–soal yang diridhoi Alloh wa Rosuulihi SAW. Hal–hal yang terlarang seperti ma’siat misalnya, sama sekali tidak boleh disertai niat LIL GHOUTS !.
وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مِنْ أَنَابَ إِلَيَّ (21- لُقمان : 15).
“Dan ikutilah jalannya orang yang kembali kepada–KU” (31 - Luqman : 15).
Kita yakin bahkan “ASHDAQU MAN ANAABA” (orang yang paling benar kembali kepada Alloh) pada zaman sekarang ini adalah Ghouts Hadzaz Zaman Ra. Beliau adalah orang yang “AALIMUN BILLAAHI WABI AHKAAMIHI” orang yang Arif Billah dan menguasai (faham dan mengetrapkan) hukum-hukum Alloh SWT. Beliau adalah seorang Mursyid yang Kaamil Mukammil. Keterangan lebih lanjut tentang Ghouts lihat bab Ghouts dibelakang.
“BILGHOUTS”
Pengetrapannya juga sama dengan pengetrapan BIRROSUL. Sadar dan merasa bahwa kita senantiasa mendapat bimbingan rohani dari Ghouts Hadzaz Zaman Ra. itu selalu memancar kepada seluruh umat dan masyarakat. Baik tidak disadari oleh masyarakat lebih-lebih jika disadarinya. Sebab, pancaran bimbingan Ghouts Hadzaz Zaman Ra. yang menuntun “Inaabah”. Kembali kepada Alloh SWT atau pancaran “FAFIRRU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW“, itu memancar secara otomatis sebagai butir-butir mutiara yang keluar dari lubuk hati seseorang yang “Takholuq bi Akhlaaqi Rosuullillahi Shollalloohu ‘alaihi wassalam” yang juga “Rohmatan lil ‘alamin” itu.
Pengetrapan LILGHOUTS BILGHOUTS boleh dikatakan termasuk penyempurnaan syukur kita kepada Alloh SWT. Artinya, disamping kita bersyukur kepada Alloh Pelimpah segala taufiq, hidayah dan segala ni’mat, kita harus syukur/terima kasih, sekurang-kurangnya mengerti kepada siapa yang menjadi sebab datangnya ni’mat tersebut. Kalau tidak demikian, yakni hanya syukur kepada Alloh saja dan tidak mau tahu kepada orang yang menjadi sebabnya ni’mat diberikan oleh Alloh, maka syukur yang demikian itu sesuai sabda Rosululloh SAW, masih belum bisa dikatakan syukur yang bersungguh-sungguh syukur :
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاَسَ لاَيَشْكُرُ اللهَ (رَوَاهُ التِرْمِيْذِي عن أَبي هرَيْرَة).
“Barang siapa tidak syukur/terima kasih kepada manusia, dia tidak bersyukur kepada Alloh“ (Hadits riwayat Tirmidzi dari Abu Huroiroh).
Yang dimaksud “manusia” dalam hadits tersebut adalah orang yang menjadi perantara atau sebabnya kita memperoleh ni’mat. Kita yakin bahwa Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra. merupakan “WASHIILAH” (Perantara), dan Rosululloh SAW, adalah “WASHILATUL – ‘UDMA” (Perantara Agung) dari segala ni’mat yang kita terima dari Alloh SWT, dan Pengantar kita di dalam berjalan menuju wushul – sadar kepada-NYA.
Pengeterapan LILGHOUTS BILGHOUTS jika dipelihara dengan baik dan dengan segala adab-adabnya, besar sekali menimbulkan rangsangan di dalam pengetrapan LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL, malah seperti otomatis. Begitu mengeterapkan LILGHOUTS BILGHOTS spontan terasa LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL.
Mari kita terapkan di dalam hati kita !.
LILLAH BILLAH – LIRROSUL BIRROSUL - LILGHOUTS BILGHOTS harus diterapkan bersama-sama di dalam hati “Haalan wa Dzauqon”.
Spontan reflektif rasa dalam hati. Jika belum dapat bersama-sama, yang mana yang sudah didapati lebih dahulu, itu dipelihara dan terus ditingkatkan. Yang penting harus mempunyai perhatian yang sungguh-sungguh. Insya Alloh lama kelamaan dikaruniai peningkatan. Tidak bedanya dengan orang belajar naik sepeda.
Permulaan bekali-kali jatuh. Akan tetapi tidak putus asa. Jatuh, bangun lagi belajar lagi, jatuh, bangun belajar lagi dan seterusnya, lama-lama berhasil dapat menguasai naik sepeda. Bahkan dengan lepas stir sekalipun, tidak bisa jatuh. Begitu juga melatih hati soal kesadaran.
Harus telaten terus menerus berlatih dan jangan putus asa. Orang yang putus asa berarti memagari, membatasi rahmat Alloh yang “wasi’at kulla syaiin” = meliputi segala sesuatu itu. Disamping melatih hati terus menerus supaya giat mujahadah Wahidiyah.
• Hanya latihan saja tanpa atau kurang mujahadah, ibarat tanaman kurang pupuk. Begitu juga, jika hanya mujahadah, tidak atau kurang perhatian melatih hati, ibarat tanaman hanya subur daunnya saja, tidak atau kurang berbuah.
“YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQOH”..............