YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Di dalam kitab Zadul Ma'ad karya Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dijelaskan, bahwa Rosulullah SAW pernah berdoa "Yaa Alloh, Engkau telah berjanji kepadaku, bahwa Engkau tidak akan menyiksa ummatku selama aku berada di dlm hati mereka".
Jadi kesimpulannya : Jika kita tidak mau celaka, tidak mau diadzab oleh Alloh SWT, tidak mau disiksa Alloh SWT di dunia maupun di akherat, hati kita harus senantiasa ada/ingat/sowan Rosulullah SAW, tuk itu marilah kita selalu mendawamkan baca kalimat nida' rosul "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" dimanapun dan kapanpun berada, secara lisan dan atau terutama dlm hati.
Dawuh Mbah Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra. Juga Kanjeng Romo Kyai Qs wa Ra. : "Usahakan diamalkan dalam sehari +- 30 menit selama 40 hari berturut-turut, yang berfaedah untuk "MENJERNIHKAN HATI DAN MA'RIFAT/KESADARAN BILLAH WA ROSUULIHI SAW". JUGA BERFAEDAH UNTUK HAJAT APA SAJA !. Pada waktu tertentu, MISALNYA ADA HAJAT YANG SANGAT PENTING DAN MENDESAK perbanyak membacanya, misal di baca 5000 kali ( minimal ), 10.000 kali, 100,000 kali, atau 1 jam, 2 jam, 3 jam dst." !.
Insya Alloh akan diijabah hajatnya oleh Alloh SWT, mendapat syafaat Rosululloh SAW, sehingga memperoleh solusi atau jalan keluar dari kesulitan hidup yg dihadapi, memperoleh kemudahan-kemudahan dari problim hidup dan atau masalah-masalah yang dihadapinya. Aamiin !.
Al Faatihah ....
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Keterangan :
Kitab Zadul Ma’ad lengkapnya Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad adalah kitab yang ditulis oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah yang berkenaan tentang sirah nabawi. Keunikannya dibandingkan kitab sirah pada umumnya adalah bahwasanya kitab ini disusun sesuai dengan kategori fikih yang diambil dari kisah hidup Nabi Saw.
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil -manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Waktu Rosulullah SAW lahir langsung Saajidan (bersujud) dan Dzaakiron (menyebut-nyebut/ memanggil -manggil), lantas siapa yang dipanggil/disebut oleh Rosululloh SAW ketika lahir dlm keadaan sujud itu ?.Ternyata yang dipanggil / disebut adalah "Ummatii-Ummatii" (ummatku-ummatku). Ternyata yang dipanggil adalah kita sebagai ummat Beliau SAW, Beliau Rosululloh SAW sudah rindu banget kepada kita sbagai ummat-Nya.
Jadi wajar kalau kita menyambut dengan rasa gembira panggilan/ sebutan Beliau dengan kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH".
Juga ketika Beliau Rosululloh SAW akan meninggal dunia terdengar sayup-sayup oleh Syayyidina Ali KW wa RA dan lainnya, beliau Rosululloh SAW memanggil-mangil ummatnya dengan panggilan penuh welas asih, cinta kasih sayang dan Beliau SAW sangat prihatin sekali atas nasib kita ummatnya, sayup-sayup terdengar suaranya memanggil-manggil UMMATII-UMMATII.......('INDA WAFAATIHI), maka wajar dan seharusnya kita menjawab panggilan Rosululloh SAW tsb dengan kalimat YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH, YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH, dengan penuh ADAB : Ikroman wa Ta'diiman wa Ta adduban (memulyakan, mengagungkan dan beradab), Tasyaffuan (memohon syafaat), Mahabbatan (cetusan rasa cinta yg mendalam), Syauqon (rindu yg sangat mendalam), Tadzallul wal Inkisar (merendahkan diri dan meratapi dosa2 kita), Tawajjuh dan Hudlur (Ingat membayangkan Beliau SAW dan hatinya merasa hadir sowan) dihadapan Junjungan kita Rosululloh SAW !.
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH 3x !
Al Faatihah ...
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
GURU SEJATI AL GHOUTS, WALIYAN MURSYIDANA ...
MENCARI GURU SEJATI AL GHOUTS YANG WALIYAN MURSYIDANA
Sudah menjadi ketentuan Tuhan atas ketidak sempurnaan manusia, bahkan manusia di pandangnya sebagai makhluk yang lemah dan memiliki sifat-sifat yang tercela. Namun Tuhan menginginkan makhluknya menjadi manusia yang baik dan dapat memiliki peran penting dalam kehidupanya di Dunia.
Keinginan Tuhan atas manusia agar manusia dapat menjadi khalifah di Dunia. Oleh karenanya Tuhan mengirimkan para Nabi dan Rasul sebagai teladan yang nyata. Tanpa Nabi dan Rasul kesempurnaan tidak akan dapat di perolehnya.
Kini Nabi dan Rasul sudah tidak akan kita temui lgi, karena Nabi Muhammad SAW sendiri mengatakan Ia adalah khataman Nabiyin, Nabi yang terakhir/penutup para Nabi. Dlm hal tsb diperlukan seorang guru yang derajatnya sama atau setidaknya mendekati seorang Nabi dan Rasul. Guru sejati Al Ghouts namanya.
Persoalannya adalah bagaimana kita mengetahui seorang guru sejati Al Ghouts itu dan menemukannya... ?.
Guru sejati Al Ghouts pasti ada, karena Tuhan menghendaki ummatnya menjadi ummat yang baik dan rahmat bagi semesta alam. Tanda dan ciri-ciri bahwa seseorang adalah Guru sejati Al Ghouts adalah bahwa saat kita bertemu dengannya hati kita takjub dan tunduk kpadanya dan kita dapat mempercayainya.
Hati atau kalbu kita akan memberikan tanda akan hal itu, dan kalbu tak pernah salah dan tak pernah bohong. Ketika seseorang duduk bersama seorang guru sejati Al Ghouts, ia akan merasakan kedamaian dalam jiwanya, kebahagiaan, ketenangan yang tak terbayangkan dan kepuasan, serta hati menjadi damai, Inilah tandanya.
Ketika seseorang berhadapan dengan guru sejati Al Ghouts, orang itu akan melupakan seluruh masalah-masalahnya, dan damai bersamanya bagaikan seekor ikan di dalam samudera.
Ketika seorang berhadapan dengan seorang guru sejati Al Ghouts hilang haus dahaga ke-Tuhanan dan tersingkap samudra Makrifatullah. Karena dalam diri guru sejati Al Ghouts ia laksana pintu atau jendela menuju Allah Subhanahuwata’ala.
Mengapa orang-orang pergi berwisata mengunjungi tempat-tempat yang indah pemandangan yang menakjubkan ke pantai misalnya. Karena ketika mereka melihat keindahan itu mereka menemukan ketenangan dan kenikmatan.
Demikian juga Roh, dan kalbu. Dalam kehidupan ini kita membutuhkan seseorang seperti sebuah samudera, sehingga kalbu kita, roh kita dapat merasakan kenikmatan dan puas dengan orang tersebut.
Kita memiliki begitu banyak sifat-sifat tercela. Kita membutuhkan seseorang untuk memberikan pada kita sifat-sifat mulia, dan sifat-sifat mulia ini tak dapat muncul hanya melalui membaca buku-buku, mempelajari kitab-kitab melainkan akan muncul lewat seseorang yang dapat memberikan contoh akan kemulian. Karena itulah Allah Ta’ala mengutus para Nabi dan RasulNya sebagai obat sekaligus sebagai contoh. Siapa saja yang duduk bersama guru sejati Al Ghouts akan menyerap sifat-sifatnya, karena sifat-sifat adalah fi’il dari sifat-sifat Allah Ta’alah.
Guru sejati Al Ghouts adalah Wali yang Mursyid. Ia adalah Waliyan Mursyidana yang khalis Mukhlisin-Kamil Mukamil Dan biasanya ia pembawa sebuah perahu, sebuah asosiasi amalan dzikir-dzikir yang menuntunya menuju kesempurnaan hakiki (insan al-kamil).
Dan Amalan Dzikir-dzikir itu tempat berteduhnya burung-burung si morgi untuk meneguk setetes air dari Samudra Makrifatullah.
Semoga kita dapat di pertemukannya dengan guru sejati Al Ghouts Ra. Aamiin.
Al Faatihah ... Mujahadah ...
Allahua’lam bissawab.
---
Pendapat Imam Al Ghazali Al-Ghouts Fii Zamanihi Ra
Tentang Pentingnya Mursyid Kamil Mukammil Guru Sejati (Guru Ruhani Al-Ghouts).
Bergabung dengan kalangan sufi adalah fardhu ‘ain. Sebab tidak seorangpun terbebas dari aib dan kesalahan kecuali para Nabi. (Imam Al-Ghazali)
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’I dikenal dengan nama Imam al Ghazali lahir tahun 450 H/1058 M di propinsi Khurasan Irak. Beliau mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah sehingga digelar sebagai hujjatul Islam. Diantara banyak karya tasawuf yang beliau karang yang sangat terkenal sampai sekarang adalah Ihya Ulumuddin (Kebangkitan ilmu-ilmu Agama).
Imam al Gahazali pada mulanya bukanlah pengamal tasawuf bahkan beliau tidak begitu mempercayai fenomena-fenomena kekeramatan yang di alami oleh orang-orang shaleh sampai Allah memberikan petunjuk kepada beliau sebagai mana yang beliau ceritakan berikut yang kami kutip dari buku Abdul Qadir Isa, Hakikat Tasawuf :
Pada awalnya aku adalah orang mengingkari kondisi spiritual orang-orang shaleh dan derajat-derajat yang dicapai oleh para ahli makrifat. Hal ini terus berlanjut sampai akhirnya aku bergaul dengan Mursyid-ku, Yusuf an Nasaj. Dia terus mendorongku untuk melakukan mujahadah, hingga akhirnya aku memperoleh karunia-karunia ilahiyah. Aku dapat melihat Allah dalam mimpi.
Dia (Alloh) berkata kepadaku, “Wahai Abu Hamid, tinggalkanlah segala kesibukanmu. Bergaullah dengan orang-orang yang telah Aku jadikan tempat untuk pandangan-Ku di bumi-Ku. Mereka adalah orang-orang yang menggadaikan dunia dan akhirat karena mencintai Aku.” Aku berkata, “Demi kemulyaan-Mu, aku tidak akan melakukannya kecuali Engkau membuatku dapat merasakan sejuknya berbaik sangka kepada mereka.” Allah berfirman, “Sungguh Aku telah melakukannya. Yang memutuskan hubungan antara engkau dan mereka adalah kesibukanmu mencintai dunia. Maka keluarlah dari kesibukanmu mencintai dunia dengan suka rela sebelum engkau keluar dari dunia dengan penuh kehinaan. Aku telah melimpahkan kepadamu cahaya-cahaya dari sisi-Ku Yang Maha Suci.”
Aku bangun dengan penuh gembira. Lalu aku mendatangi Syekh-ku, Yusuf an Nasaj, dan menceritakan tentang mimpiku itu. Dia tersenyum sambil berkata, “Wahai Abu Hamid, itu hanyalah lembaran-lembaran yang pernah kami peroleh di fase awal perjalanan kami. Jika engkau tetap bergaul denganku, maka matahati mu akan semakin tajam.”
Pengalaman Imam Al Ghazali berjumpa dengan Allah dalam mimpi atas bimbingan Guru Mursyidnya menyebabkan beliau sangat yakin dengan ilmu tasawuf yang selama ini tidak menjadi perhatiannya. Pengalaman yang tidak pernah Beliau alami sebelumnya walaupun telah hapal Al Qur’an, ribuan hadist dan berbagai karya ulama-ulama besar. Dan dari keterangan Guru Mursyid beliau ternyata perjumpaa dengan Allah dalam mimpi yang dialami oleh Imam Al Ghazali itu hanyalah fase awal dari perjalanan rohani. Tentu saja pengalaman-pengalaman spiritual yang dialami oleh Imam al Ghazali bisa juga dialami oleh orang lain asal memenuhi rukun dan syaratnya.
Imam al Ghazali berpendapat bahwa sangat penting bagi seseorang yang menempuh perjalan rohani mempunyai seorang Guru Mursyid yang membimbing agar tidak tersesat sebagaimana yang beliau kemukakan :
“Di antara hal yang wajib bagi para salik yang menempuh jalan kebenaran adalah bahwa dia haru mempunyai seorang Mursyid dan pendidikan spiritual yang dapat memberinya petunjuk dalam perjalanannya, serta melenyapkan akhlak yang tercela. Yang dimaksud pendidikan di sini, hendaknya seorang pendidik spiritual menjadi seperti petani yang merawat tanamannya. Setiap kali melihat batu atau tumbuhan yang membahayakan tanamannya, maka dia langsung mencabut dan membuangnya.
Dia juga selalu menyirami tanamannya agar dapat tumbuh dengan baik dan terawat, sehingga menjadi lebih baik dari tanaman lainnya. Apabila engkau telah mengetahui bahwa tanaman membutuhkan perawat, maka engkau akan mengetahui bahwa seorang salik harus mempunyai seorang mursyid. Sebab Allah mengutus para Rasul kepada umat manusia untuk membimbing mereka ke jalan lurus. Dan sebelum Rasulullah SAW`wafat, Beliau telah menetapkan para Khalifah sebagai wakil Beliau untuk menunjukkan manusia ke jalan Allah. Begitulah seterusnya, sampai hari kiamat. Oleh karena itu, seorang salik mutlak membutuhkan seorang Mursyid.”
Menurut Imam al Gahazali Ra, pada umumnya manusia tidak bisa melihat penyakit-penyakit jiwa mereka sendiri kecuali orang-orang yang telah terbuka hijabnya dan telah tercerahkan lewat bimbingan Mursyid. Seseorang hanya dapat melihat korotan saudaranya tapi dia tidak bisa melihat kotorannya sendiri. Seorang Mursyid atas karunia Allah mengetahui penyakit-penyakit hati manusia. Oleh karenanya kata Imam Al Ghazali apabila menusia ingin mengetahui penyakit-penyakit jiwanya hendaknya dia duduk dihadapan Mursyid yang mengetahui penyakit-penyakit jiwa dan menyingkap aib-aib yang tersembunyi.
Dia harus mengendalikan hawa nafsunya dan mengikuti petunjuk Mursyidnya itu dalam melakukan mujahadah. Inilah sikap seorang murid terhadap mursyidnya atau sikap seorang pelajar terhadap gurunya. Dengan demikian, Mursyid atau gurunya akan dapat mengenalkannya tentang penyakit penyakit yang ada dalam jiwanya dan cara mengobatinya.
Zaman sekarang orang menyibukkan diri dengan mempelajari ilmu-ilmu yang tidak berhubungan dengan dirinya sendiri dan melupakan tentang ilmu mengenal diri. Tasawuf adalah ilmu untuk penyucian hati dan ilmu untuk mengenal diri agar bisa mengenal Tuhan. Tasawuf bukan sekedar ilmu yang dibaca dan dihapal lalu dipraktekkan menurut selera masing-masing.
Tasawuf pada intinya adalah ilmu kerohanian yang membutuhkan seorang Master yang ahli untuk membimbing manusia kepada Tuhan. Dialah Mursyid yang bukan hanya mengatakan bahwa Allah itu Esa dengan segala sifat-sifat-Nya tapi juga bisa mengantarkan muridnya langsung bertemu dengan Allah sebagaimana pengalaman Imam Al Ghazali diantarkan kehadirat Allah oleh Guru Mursyidnya.
Saya selalu bersyukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya yang tidak terhingga dengan diperkenalkan saya dengan salah seorang Auliya-Nya. Beliau lah yang membimbing saya kehadirat Allah SWT menemukan cahaya dalam kegelapan hati. Tanpa Mursyid, sungguh saya hanyalah seorang hamba baca yang merasa tahu tanpa bisa merasakan apa-apa.
Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim akan selalu mengekalkan kita dalam karunia-Nya bersama dengan kekasih-Nya di muka bumi, memberikan kesempatan untuk terus menyaksikan keindahan wajah-Nya, mengizinkan kita untuk terus mendengar firman-Nya yang Maha Menggetarkan. Semoga !
Al Faatihah ... Mujahadah ...
---
Di akhir zaman, sangat sulit menemukan guru sejati Al Ghouts mursyid kamil mukammil.
Banyak salikun ,( orang berjalan menuju Allah ) berjalan mencari tuhannya menemukan berbagai jalan yang penuh dengan cabang cabang dan ranting dari berbagai jalan ( tharekat )
Tak jarang kita temukan gabungan gabungan dari beberapa metoda tharekat. Kita sama sama mengetahui, bahwa tiap tharekat, terdapat guru mursyid yang bertanggung jawab di hadapan Allah.
Guru Mursyid nenjadi penuntun jalan bagi muridnya. Amalannya menjadi penopang yang mengikat bagi murid terhadap guru musyidnya. Murid tidak boleh menengok ke kanan atau ke kiri.
Sebab itu membatalkan murid dalam berguru. Dengan sendirinya murid membahayakan dirinya. Murid terlepas dengan gurunya. Jika tidak segera disadari, maka mursyid tidak bertanggung jawab kepada murid tersebut di hadapan Allah.
Al-faatihah - Mujahadah !