ILMU NASAB
(Istilah dan Metodelogi)
Oleh : K.H. Imaduddin Utsman Al-Bantanie
Bangsa Arab sangat memperhatikan nasab (genealogi) mereka, baik di masa jahiliyah maupun Islam.
Mereka menghafalnya di masa Jahiliyah, dan membukukannya di masa Islam. Kemudian, nasab menjadi suatu ilmu yang mereka pelajari yang memiliki kaidah-kaidah dan istilahistilah tersendiri.
Di masa Jahiliah, nasab menjadi media pemersatu mereka dalam menghadapi ancaman dari musuh-musuh mereka.
Ketika itu mereka belum mempunyai sebuah negara yang menjaga mereka. Kemudian nasab menjelma menjadi tanda kemuliaan mereka. Mereka saling berbangga dengan nasab leluhur mereka.
Di masa Islam, nasab bukan lagi menjadi penentu kemulian.
Kemulian dalam Islam ditentukan oleh ketakwaan kepada Allah Swt, ia yang paling bertakwa, maka ia mendapat kemuliaan yang lebih dari lainnya. Nasab dijaga kemudian bukan untuk berbangga-bangga, tetapi untuk menjalin silaturahmi antar keluarga.
Al-Qur‟an menyatakan bahwa Allah Swt. Menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
Allah Swt berfirman :
يََ أَي هَُّا النَّاسُ إِنََّّ خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذكََرٍ
وَأُنْ ثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًً وَقَ بَائِلَ لِتَ عَارَفُوا إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللََِّّ أَتْ قَاكُمْ إِنَّ اللَََّّ عَلِيمٌ خَبِي
Berikut ILMU NASAB (Istilah dan Metodelogi) tersebut :