Balkadaba.
Dening : Cak Nun / Emha Ainun Nadjib
Balkadaba adalah salah satu binatang yang tergabung dalam rombongan perahu Nabi Nuh untuk menyelamatkan diri dari banjir besar akibat pencairan kutub selatan yang kemudian mengubah dataran sangat luas dari timur Afrika hingga Papua menjadi gugusan ribuan pulau. "Sebagai makhluk Tuhan yang sangat dahsyat, iblis memiliki kekuatan dan kemampuan. Secara kontroversial, dia mampu menyelundupkan dirinya ikut dalam perahu Nabi Nuh dengan `gandholan` pada ekor Balkadaba".
Iblis menjadi mitra ujian mental dan moral bagi mereka dan kalau kalah akibatnya adalah kesengsaraan rakyat yang tiada akhir.
Cak Nun berpendapat, kedua ajang pesta demokrasi itu ditempuh oleh bangsa Indonesia dengan total kekuatan uang yang secara tak tertulis disepakati bersama secara nasional. "Politik uang yang dilaksanakan oleh hampir seluruh peserta dan diterima oleh hampir seluruh rakyat itu harus kita catat sebagai rekor prestasi terbesar tingkat dunia yang tidak pernah dicapai oleh bangsa mana pun. Momen ini mampu mencatat rekor moral, rekor jumlah uang, dan rekor kedamaian dalam lalu lintas bagi-bagi uang".
Pentas Puisi Presiden Balkadaba
Puisi Presiden Balkadaba
(Emha Ainun Nadjib dan Gamelan Kiai Kanjeng)
“...Aku Balkadaba
Aku mengurai diri jadi kristal
Aku bertopeng cahaya palsu
Kupompa teknologi menuju budaya tanpa kecerdasan
Kristalku memancar melalui gelombang
Memecah pikiran manusia sampai terkeping-keping
Menyeret hati mereka ke ruang-ruang gampa
Membanting jiwa manusia hingga terputus saraf-sarafnya...”
"...Aku berpesta pora
Bersama kerumunan manusia
Yang mripatnya telah tiba pada kesanggupan yang terendah dan hina
Yakni melihat hanya beberapa warna yang paling sederhana
Serta membaca kekerdilan angka-angka
Akulah Balkadaba, kupecah diri jadi jutaan kadal-kadal
Menelusup di balik rerumputan, berhijab rimbun dedaunan
Kadal-kadalku mengepung rumahmu
Menyandera tanah, air dan pepohonanmu
Kadal-kadalku menyamar jadi berbagai jenis binatang dan manusia
Aku hadir dan menguasai pasarmu, tanpa bisa kau perhatikan
Kadal-kadalku datang untuk kalian remehkan
Karena meremehkan adalah awal mula kekalahan
Kadal-kadalku berkeliaran supaya tak kalian perhitungkan
Sebab tak dihitung orang adalah modal utama kemenangan
Aku memenuhi bumi agar terlupakan
Aku menguntit ke manapun langkah kalian
Kutandai jalan peradaban kalian yang membentang
Yang segera berujung di gerbang kehancuran...”
“...Tak perlu habiskan waktu memperdebatkan neo-liberalisme. Itu barang lawas, resminya sejak Kultuurstelsel kerja paksa 1830-1870, cuma sekarang caranya sangat canggih, halus dan tidak kentara. Modal utamanya adalah kebodohan rakyat, yang setiap zaman dibikin lebih bodoh dan lebih bodoh lagi.
Sejak Van de Venter datang dengan politik etis, hingga foundation jaman sekarang. Uang hasil perampokan global disisihkan 1-2% untuk biaya pura-pura menolong rakyat kecil. Negara itu papan nama omong kosong, apalagi kalau Pemerintahnya hanya menjadi makelar modal internasional, sehingga memilih pejabat-pejabatnya berdasarkan kepentingan itu...”
Koleksi Artikel Kanti Suci Project