Berdebat Dengan Orang Bodoh
Masih banyak yang beranggapan bahwa kebodohan berkaitan dengan tingkat kecerdasan. Sehingga seolah-olah orang bodoh hanyalah orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Padahal itu hanya salah satu dari sekian banyak indikator-indikator kebodohan. Berikut tidak kurang dari 10 indikator yang menunjukkan kebodohan seseorang.
Tiga diantaranya yang sangat banyak dijumpai adalah merasa paling benar, menyepelekan orang lain dan tidak mau memahami pemikiran orang lain. Herannya, tiga hal ini sering kali tidak dirasakan bahkan nyaris tidak disadari.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa alasan orang bodoh merasa dirinya lebih pintar tidak lepas dari aspek kognitif. Sederhananya, karena kemampuan kognitifnya terlalu rendah (bodoh) dia bahkan tidak bisa menyadari bahwa dirinya tidak kompeten.
Akibatnya terjadi sebuah fenomena bias kognitif dimana ketika dia mencapai kesimpulan pertama dari kondisi ketidaktahuan, dia merasa bahwa kesimpulan tersebut PASTI BENAR. Parahnya, orang bodoh semacam ini banyak kita jumpai di sekitar kita yang mengaku mengerti agama padahal sesat dan menyesatkan.
Sebuah ungkapan yang sangat menohok pernah ditulis oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani tentang orang bodoh yang berbicara diluar kapasitasnya dalam kitab Fathul Bari fi Syarhi Shahih al-Bukhari :
إذا تكلم المرء في غير فنه أتى بالعجائب
“Apabila seseorang berbicara diluar kapasitasnya maka dia akan membawa keanehan-keanehan.”
Karena secara akal dia akan berusaha menyakinkan orang lain bahwa dirinya orang pintar dan mengerti, sehingga apapun akan dia ucapkan. Anehnya, semua yang dia katakan dianggap sebagai kelebihan atau bisikan Tuhan kepada dirinya.
Bahayanya orang-orang bodoh seperti ini, tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga berbahaya bagi ilmu itu sendiri yang akan tercemar oleh kesesatan-kesesatan dan kedustaan.
Itu sebabnya menurut Imam Ibnu Hazm orang-orang bodoh yang mengaku berilmu itulah yang paling berbahaya bagi ilmu itu sendiri,
لا آفة على العلوم وأهلها أضر من الدخلاء فيها، وهم من غير أهلها، فإنهم يجهلون، ويظنون أنهم يعلمون، ويفسدون، ويقدرون أنهم يصلحون
“Tidak ada musibah yang lebih berbahaya bagi ilmu dan ahlinya selain dari orang-orang yang masuk ke dalamnya padahal mereka bukan ahlinya. Mereka tidak tahu, tetapi menyangka bahwa mereka tahu. Mereka merusak, tetapi mereka mengira bahwa mereka memperbaiki.”
Bahkan orang bodoh menurut Imam Syafi’i lebih berbahaya dari pada seorang alim yang belum mengamalkan ilmunya,
فساد كبير عالم متهتك * وأكبر منه جاهل متنسك
هما فتنة في العالمين عظيمة * لمن بهما في دينه يتمسك
“Suatu musibah besar, orang alim yang tidak mengamalkan ilmu, tetapi lebih besar lagi orang bodoh yang beramal tanpa dibekali ilmu pengatahuan. Keduanya merupakan fitnah besar di dunia, bagi orang-orang yang berpegang teguh pada agamanya.”
Selain merasa paling benar, orang bodoh juga sangat senang menyepelekan orang lain, bersikeras dengan pendapatnya, tidak peduli apakah itu benar atau tidak. Nah, orang bodoh semacam ini sebaiknya tidak ditanggapi saat berbicara apalagi berdebat. Karena berdebat dengan satu orang bodoh hanya membuat orang bodoh menjadi dua.
Sikap yang tepat menghadapi orang bodoh adalah diam dan membiarkannya. Hanya dengan cara itu membuat dia bungkam dan terdiam, sebagaimana yang diajarkan Imam Syafi’i dalam sebuah syairnya;
إذا نطق السفيه فلا تجبه * فخير من إجابته السكوت
فإن كلمته فرجت عنه * وإن خليته كمداً يموت
“Jika orang bodoh berbicara maka janganlah kau lawan, sesungguhnya diam itu lebih baik dari pada menjawabnya, karena jika kau membalasnya maka kau telah melapangkan hatinya, dan jika kau membiarkannya maka ia akan mati dalam kesedihan.”
Karena tidak ada manfaatnya berdebat dengan orang bodoh. Semua yang dia lakukan akan menambah kehinaan dirinya, seperti yang juga disebutkan Imam Syafi’i:
يُخاطِبُني السَفيهُ بِكُلِّ قُبحٍ * فَأَكرَهُ أَن أَكونَ لَهُ مُجيبا
يَزيدُ سَفاهَةً فَأَزيدُ حِلماً * كَعودٍ زادَهُ الإِحراقُ طيبا
“Jika orang bodoh berbicara kepadaku dengan penuh keburukan Aku benci untuk jawabannya. Dia semakin bodoh, dan aku semakin bijaksana, seperti sebatang kayu yang dibakar menjadi semakin harum.”
Dan, orang-orang bodoh yang merasa lebih pintar, menyepelekan orang lain dan tidak mau memahami pemikiran orang lain, tidak untuk ditanggapi karena berdebat dengan orang-orang seperti mereka hanya akan menambah orang bodoh.
BACA DISINI :
Kenali Orang Bodoh ?
https://kantisuci.blogspot.com/2025/06/berdebat-dengan-orang-bodoh.html
Jangan berdebat dengan orang bodoh.
Kita sering melihat perdebatan, dan saya selalu menghindari perdebatan, terutama dengan orang bodoh. Kebodohan adalah kurangnya pemahaman, alasan, atau kecerdasan. Orang-orang bodoh inilah yang selalu saya lihat dalam perdebatan. Di bawah ini adalah dua pertimbangan yang membuat saya selalu menghindari perdebatan.
Gagal paham jika berdebat dengan orang bodoh
قال الإمام الشافعي: مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي
Artinya, “Setiap kali berdebat dengan kelompok intelektual, aku selalu menang. Tetapi anehnya, kalau berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tanpa daya.”
Ucapan Imam Syafi’i ini dikutip dari Mafahim Yajibu an Tushahhah karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Surabaya, Haiatus Shafwah Al-Malikiyyah, tanpa catatan tahun, halaman 340. Kutipan ini diangkat oleh Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki ketika membahas masalah maulid di tengah segelintir orang yang ngotot membid’ahkan peringatan maulid karena gagal paham. Gagal paham seperti ini yang membuat diskusi sering kali tidak bersambung antara orang yang berdebat karena masing-masing bicara hal yang lain. Gagal paham inilah yang membuat perdebatan hanya menghasilkan kelelahan untuk orang yang berdebat dan juga orang yang menyaksikan perdebatan.
Jangan buktikan kehebatanmu.
Balapan antara cheetah dan anjing pada bulan Desember 1937 di Stadion Romford London. Cheetah hanya diam.
Foto diatas tidak menggambarkan peristiwa yang sebenarnya dimana cheetah menang dalam balapan.
Mana yang lebih cepat, anjing atau cheetah? Tapi cheetah tidak bergerak. Lalu mereka bertanya kepada koordinator lomba, apa yang terjadi? Dia mengatakan bahwa terkadang mencoba membuktikan bahwa Anda yang terbaik adalah suatu penghinaan. Hal ini yang berlaku pada cheetah yang tidak perlu membuktikan bahwa sebenarnya dia adalah yang tercepat.
Refleksi filosofis.
Pandangan yang menyatakan jangan berdebat dengan orang bodoh juga dapat dikaitkan dengan pemikiran Socrates dan Laozi yang menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam mengelola diskusi serta kesadaran diri.
Socrates, dalam dialog-dialognya yang dicatat oleh Plato, sering kali menekankan bahwa kebijaksanaan sejati bukanlah soal menang atau kalah dalam perdebatan, melainkan kesediaan untuk mencari kebenaran dan memahami ketidaktahuan. Socrates menyatakan bahwa “Kebijaksanaan sejati datang kepada manusia saat ia menyadari betapa sedikitnya yang ia ketahui.” Sikap ini mengajarkan kita untuk menghindari perdebatan sia-sia dengan orang yang tidak mencari kebenaran, melainkan sekadar ingin menang atau mempertahankan opini mereka tanpa dasar yang kuat.
Di sisi lain, filsuf Taois Laozi dalam Tao Te Ching mengatakan, “Orang yang tahu tidak berbicara; orang yang berbicara tidak tahu.” Ungkapan ini mengajarkan bahwa kebijaksanaan sering kali terletak dalam keheningan, dan terkadang, menghindari perdebatan adalah tindakan yang menunjukkan pengendalian diri dan pemahaman yang mendalam. Laozi juga menegaskan pentingnya tidak membuktikan superioritas secara berlebihan, sebagaimana dikatakan, “Mereka yang berusaha untuk tampil hebat jarang mendapatkan pengakuan yang tulus.”
Kedua pandangan ini menegaskan bahwa kebijaksanaan dalam mengelola diri, tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak bermakna, dan menahan diri dari pembuktian yang tidak perlu adalah bentuk penghormatan terhadap pemahaman diri dan kebenaran.
Jangan Berdebat dengan Orang-orang Bodoh.
Dunia internet dan media sosial merupakan sarana yang mudah untuk berdebat. Perlu diketahui bahwa berdebat khususnya debat kusir sangat merugikan apabila kita lakukan. Terutama di media sosial, walaupun kita sudah berniat berdiskusi dengan baik akan tetapi diskusi di internet dan media sosial tetap sangat sulit dilakukan. Lebih baik kita Mengalah dari debat kusir, karena “kita tidak akan bisa menang debat melawan orang yang bodoh dan tidak beradab“. Ketika menyanggah argumennya dengan logis, rasional disertai bukti atau data yang valid dan kredibel, justru mereka menyerang pribadi personal bukan argumennya, dan permasalahan juga akan semakin runyam.
Larangan debat kusir dengan orang yang tidak berilmu ini Allah SWT sampaikan dalam firman-Nya QS. Al-Baqarah 2:6-7 :
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ (٦)
خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ (٧)
Artinya :
6. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.”
7. “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah 2: 6-7).
Imam Syafi’i pernah berkata sebagaimana dikutip dalam Kitab Mafahim Yajibu An-Tushohhaha karya Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani., “Setiap kali berdebat dengan para intelektual, aku selalu menang. Namun, anehnya tiap kali berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tak berdaya.”
Lalu Imam Syafi’i memberi klarifikasi sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tawali Ta’sis karya Ibnu Hajar Al-‘Asqolani bahwa beliau tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan. Beliau juga pernah berkata,
مَا نَاظَرْتُ أَحَدًا قَطُّ إِلاَّ أَحْبَبْتُ أَنْ يُوَفَّقَ وَيُسَدَّدَ وَيُعَانَ وَيَكُوْنَ عَلَيْهِ رِعَايَةٌ مِنَ اللهِ وَحِفْظٌ وَمَا نَاظَرْتُ أَحَدًا إِلاَّ وَلَمْ أُبَالِ بَيَّنَ اللهُ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِيْ أَوْ لِسَانِهِ
Tidakkah aku berdebat kecuali berharap agar lawan debatku diberi taufiq dan pertolongan serta dijaga oleh-Nya. Dan tidak pula aku berdebat kecuali aku tak menghiraukan apakah Allah menampakkan kebenaran lewat lisanku atau lisannya.
Lantas bagaimana menghadapi lawan debat kusir seperti itu ?
Imam Syafi’i memberikan tips sebagai berikut :
Mending mengalah saja dengan orang yang jahil. Jika tidak, maka kita akan sama-sama turut jahil. Maka diam saja itu penyelamat, daripada diteruskan saling berbantahan yang tiada kesudahan.
Lengkapnya dari Imam Syafi’i Rahimahullah dalam sikap menghadapi orang-orang jahil :
ﺍِﺫَﺍ ﻧَﻄَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻪُ ﻭَﺗُﺠِﻴْﺒُﻬُﻔَﺦٌﺮْﻳَ ﻣِﻦْ ﺍِﺟَﺎﺑَﺘِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﺕُ
“Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi.”
ﻓَﺎِﻥْ ﻛَﻠِﻤَﺘَﻪُ ﻓَﺮَّﺟْﺖَ ﻋَﻨْﻬُﻮَﺍِﻥْ ﺧَﻠَّﻴْﺘُﻪُ ﻛَﻤَﺪًﺍ ﻳَﻤُﻮْﺕُ
“Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati”
ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﺳَﻜَﺖَّ ﻭَﻗَﺪْ ﺧُﻮْﺻِﻤَﺖْ ﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻬُﻤْﺎِﻥَّ ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺏَ ﻟِﺒَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺮِ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡُ
“Apabila ada orang bertanya kepadaku,’jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam?’.”
Jawabku kepadanya: “Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya.”
ﻭَﺍﻟﺼُّﻤْﺖُ ﻋَﻦْ ﺟَﺎﻫِﻞٍ ﺃَﻭْ ﺃَﺣْﻤَﻖٍ ﺷَﺮَﻓٌﻮَﻓِﻴْﻪِ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻟِﺼَﻮْﻥِ ﺍﻟْﻌِﺮْﺽِ ﺍِﺻْﻠَﺎﺡُ
“Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.”
Kemudian, ada orang yang bertanya kepada Imam Syafi’i, “lantas jika engkau ditantang oleh musuhmu, apakah engkau diam?”
Lalu Imam Syafi’i berkata :
ﻭَﺍﻟﻜَﻠﺐُ ﻳُﺨْﺴَﻰ ﻟَﻌَﻤْﺮِﻯْ ﻭَﻫُﻮَ ﻧَﺒَّﺎﺡُ
“Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong ?” (Kitab Diwan As-Syafi’i).
Beliau rahimahullah menambahkan :
“Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek. Maka aku tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut, seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wangi” (Kitab Diwan Asy-Syafi’i hal. 156).
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda juga telah bersabda :
“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR.Imam Abu Dawud dalam Kitab Al-Adab Al-Mufrad, Karya Imam Bukhari).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman Dalam QS.Al-A’raf 7:199
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ (١٩٩)
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf 7:199).
Maka dari KisahImam Syafi’i dan kandungan ayat di atas memberikan pemahaman bahwa hindari debat kusir dengan orang yang memang tidak berniat untuk mencari benang merah penyelesaian suatu permasalahan. Berdebat dengan mereka hanya membuang-buang waktu dan melelahkan diri saja.
Oleh karenanya, Islam melarang debat kusir dengan orang yang tidak berilmu sebab bagaimanapun jawaban yang diberikan, selogis dan serasional pun mereka tetap tidak menerimanya. Maka yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi ocehan receh mereka. Karena memang mereka berkehendak memancing di air keruh agar kita tersulut mengikuti alur mereka, maka hindari berdebat dengan kelompok tersebut. Wallahu A’lam.
Sumber :
1.Kitab Mafahim Yajibu An-Tushohhaha (Karya Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani).
2.Kitab Al-Adab Al-Mufrad (Karya Imam Bukhari).
3.kitab Tawali Ta’sis (Karya Ibnu Hajar Al-‘Asqolani).
Kanti Suci Project