Ngalem legining gula
Makna
peribahasa pitutur Jawa Ngalem legining gula dapat dimaknai sebagai berikut :
Ngalem
legining gula artinya Memuji seseorang yang nyatanya memang benar-benar
terbukti.
Ngalem
Legining Gula maknanya Memuji manisnya gula. Siapapun sudah tahu bahwa gula itu
manis. Memang, tetapi apa yang tersirat di balik ungkapan itulah yang oleh para
sepuh ingin disampaikan kepada kita.
Ada
beberapa maksud yang dapat kita ambil hikmah dan maknanya :
1.
Pujian
adalah penghargaan. Sekecil apapun, ada rasa senang di hati orang yang
dihargai. Meskipun ada rasa senang tetapi orang yang baik tidak merasa punya
kelebihan dibanding orang lain karena dipuji. Bahkan seseorang akan menjadikan
pujian sebagai sarana evaluasi diri dan cambuk untuk menjaga diri untuk tetap
berada pada jalur kebajikan.
2.
Pitutur
ini juga mengajari kita untuk jujur. Dengan ksatria kita mengakui kelebihan
yang ada pada orang lain. Banyak orang yang mengaku, paling tidak di hatinya
bahwa dia adalah orang yang paling terhebat. Orang lain berada dibawahnya.
3.
Ketiga
wajar bila seseorang memuji orang lain yang memang memiliki sifat itu. Orang
pintar dikatakan pintar. Orang yang suka memberi dikatakan sebagai dermawan. Seperti
mengatakan gula itu manis. Hanya saja memuji jangan berlebihan dan lebih baik
kalau pujian itu tidak diucapkan di depan yang bersangkutan. Karena hal itu
bisa berakibat negatif. Misalnya orang yang dipuji itu akan menjadi terlalu
pede bahkan sombong. Atau ada maksud-maksud tertentu dari orang memuji itu. Ada
pamrih atau ada udang dibalik batu. Memang kadang pujian perlu disampaikan
misalnya kepada anak-anak yang memperoleh raport dengan nilai bagus. Kita
katakan padanya "wah pintar kamu nak". Ucapan itu akan memotivasi
anak untuk lebih bersemangat belajar. Pujian sekedar untuk memberikan dorongan
atau motivasi tentulah wajar.
4.
Pitutur
ini mengajari kita agar kita selalu berbuat baik dan meneladani mereka yang
berbuat baik. Semua langkah kita, perbuatan maupun ucapan kita adalah investasi
untuk masa depan. Pada saatnya orang akan memuji kita. Pujian itu tidak selalu
diwujudkan dengan ucapan. Pujian itu bisa berupa pertolongan kepada kita saat
kita membutuhkan. Pujian itu juga bisa berupa dukungan kepada kita pada saat
tertentu. Orang akan ingat kepada kita karena kebaikan kita. Mereka ingin
membalas kebaikan kita dengan kebaikan pula. Kita akan dicatat sebagai orang
yang memiliki track-record yang baik yang merupakan nilai tambah bagi kita
bahkan sering dianggap satu saat akan mampu memenuhi kebutuhan mereka. Sekali
lagi semua langkah, ucapan dan perbuatan kita adalah investasi.
Dan
seperti disampaikan oleh pitutur terdahulu, kita bakal "ngunduh wohing
pakarti"
Kita baca firman Allah S.53 An Najm ayat 39 yang artinya :
َاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ
اِلَّا مَا سَعٰىۙ
"dan bahwasanya manusia itu tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu akan dipertunjukkan (kepadanya)".
Ngalem
Legining Gula adalah Memuji yang memang pintar/baik.
Ada
dua sisi yang bisa dipetik pelajaran dari falsafah ini :
1.
Pertama
adalah bahwa memang orang yang pintar/baik sudah selayaknya untuk diberikan
pujian dan penghargaan, sehingga bisa dijadikan contoh bagi yang lain. Namun di
samping itu juga yang kedua adalah bahwa tidak usah berlebihan untuk muji-muji
orang yang semua orang sudah tahu orang itu baik, karena terkesan hanya sebagai
penjilat saja. Penting memberikan penghargaan atau pujian, tapi adalah lebih
penting adalah bahwa bagaimana kita menteladani yang pintar/baik atau bahkan
menjadi teladan bagi orang lain, tanpa punya motif mau mengambil keuntungan
dari dari orang lain.
2.
Dalam
Kehidupan berumah tangga, “Ngalem Legining Gula”, dipakai untuk saling
membangun komunikasi kedalam atau kepada pasangan sendiri. Saling memberikan
pujian dan saling memberikan teladan adalah hal baik yang harus terus dilakukan
agar kehihidupan rumah tangga tidak statis.
3.
Dalam
hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), kadang orang tua/guru tidak ingin
memberikan pujian kepada anak-anak/muridnya karena dikhawatirkan mereka
berhenti untuk belajar dan merasa sudah cukup. Namun pujian ada biasanya
ditunjukan melalui perhatian yang diberikan. Jadi anak-anak/murid belajarlah
bukan untuk dapat pengakuan/pujian dari orang tua/guru, tapi karena memang itu
akan ada, namanya gula itu pasti legit/manis, yang namanya kebaikan/kepintaran
akan ada penghargaan/pujian-nya.
4.
Dalam
hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), dalam masyarakat kita
banyak jumpai bahwa kadang kita memuji seseorang dengan tidak tulus padahal
mereka memang layak diberikan pujian, dan karena memang mereka baik/pinter, hal
ini bisa didasari lantaran kita terlalu banyak memberikan sekat/predikat/kotak,
sehingga kalau bukan dari golongan/kelompoknya maka ya jadi gak tulus. Akan
tetapi adalah yang terpenting adalah mari kita berlomba-lomba berbuat kebajikan
sebanyak-banyaknya tanpa perlu ada motif tertentu.