PENCIPTAAN ALAM
(ALAM DZÂTUL BUHTI, NUR DAN RUH RUHANI)
ALAM DZÂTUL BUHTI
Alam Dzâtul Buhti adalah Samudra Tanpa Batas. Tanpa batas puncak di atas-Nya, Tanpa batas kedalaman di bawah-Nya, Tanpa tepi pantai di sekeliling-Nya. Melainkan hanya Diri Alam Dzâtul Buhti itu sendiri. Hakekatnya tiada arah dan tempat, karena arah dan tempat memiliki keterbatasan, tiada ukuran besar maupun kecil, karena ukuran juga memiliki keterbatasan, tiada bentuk yang itu juga memiliki batasan.
Lalu ketika mewujud Qudroh - Irodah dari pancaran-Nya, maka terbentuk Nur. Nur merupakan Sumber Energi Ketuhanan (Qudroh Ilahiyyah). Di dalam Nur inilah prototipe segala yang akan menjadi ada sudah tergambar beserta benih energinya, meliputi semua masa.
Maka Alam Dzâtul Buhti sudah disebut Maha Pencipta (الخالق) walaupun makhluk belum mewujud menjadi nyata, belum ada yang diciptakan, tetapi sudah ada dalam khayalan-Nya memenuhi Nur. Dia juga sudah disebut Maha Pengampun (الغفار) walaupun belum ada yang berdosa, bahkan calon pendosa belum diciptakan, gambaran calon pendosa masih berupa Qudroh Ilahiyyah (Energi Ketuhanan) yaitu dalam Nur. Dia sudah disebut Al Jabbar dan Al Qohhar walaupun Neraka baru sebagai khayalan-Nya dalam Nur. Maka Nur merupakan lapisan masa yang meliputi masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Namun semua itu masih bercampur dalam Nur. Sementara waktu belum ada karena matahari dan bulan pun belum tercipta kecuali dalam wujud Energi Khayalan-Nya. Kumpulan terang dan gelap, siang dan malam masih berupa Nur.
NUR
Nur memiliki batasan, berasal dari pancaran Dzat Yang Tak Terbatas. Bentuknya seperti Alif sebagai simbol Al Awwal ( الاوّل), juga dikatakan berbentuk angka satu sebagai simbol Al Ahad (الأحد). Nur merupakan pancaran langsung dari Alam Dzâtul Buhti, maka Nur ini termasuk Amr Robbi.
Ketika Yang Tak Terbatas itu menginginkan adanya sosok yang sempurna secara zhohir dan bathin, sempurna ucapan dan perbuatan, menjadi jalan limpahan Kasih-Sayang. Maka terbentuk hamzah pada Nur Alif yang dinamakan Ahmad.
Keberadaan Ruh Ahmad menyebabkan Nur Alif mengalami pembentukan lapisan, sehingga lapisan dalamnya disebut Nur Shifat dan bagian yang mengelilinginya atau lapisan luarnya disebut Nur Dzat.
Nur Shifat berkata kepada Nur Dzat: Siapa hamba dan siapa Robbi? Nur Shifat tak bisa memandang Robb karena terhalang oleh Nur Dzat. Maka Nur Dzat diam, lalu Alam Dzâtul Buhti yang adalah Robb memperkenalkan Dirinya dan Nur Shifat mengakui kesalahannya.
Ketika Robb bertajalli memperkenalkan kepada Nur Shifat, maka Nur Shifat terbelah dan Nur Alif mengembang sehingga membentuk bulat ha dhomir ( ه) sebagai simbol dari kata Dia (هو), juga simbol kata penghabisan (إِنْتَهَى) yang berarti Dia yang Awwal dan yang Akhir, juga dikatakan berbentuk angka Nol (0) karena ditengah antara tempat terbelahnya Nur tercipta ruang kosong yang gelap. Imam Al Gozali menamainya Alam Zhulmah, sedangkan Ibnu 'Arobi menamainya Hakekat Universal (الحقيقة الكليّة) juga menamainya Alam Adam Ma'dum (العالم العدم المعدوم), Spritual Kejawen menyebutnya Suwung, Ajaran Tantra (Spritual Hindu Bali) menyebutnya Sunya Nirbhana.
Berbarengan dengan terbelah Nur Alif dan berubah menjadi bulat, maka Ahmad terlepas dari Nur sekaligus masuk ke dalam Alam Adam Ma'dum, sehingga Ruh bernama Ahmad ketika di dalam Nur, kemudian juga bernama Ruh Muhammad ketika berada di tengah Alam Adam Ma'dum. Ruh Muhammad disebut Nuqthoh (titik) ditengah angka Nol.
Keberadaan Ruh Muhammad menarik Nur Shifat sehingga terlepas, terpisah dari Nur Dzat yang disebut Nur Qosam.
Diantara keterpisahannya tercipta Ruh Qudus. Sehingga bentuk hu (هُ) terbagi; Nur Dzat bagian atas, Ruh Qudus bagian tengahnya, dan Nur Qosam bagian dalamnya. Sedangkan Alam Adam Ma'dum berada di tengah bentuk hu yang dikelilingi Nur Qosam.
Nur Qosam pun tertarik oleh Ruh Muhammad, masuk ke dalam Alam Adam Ma'dum dan menenggelamkan Ruh Muhammad sehingga Nur tersebut disebut Nur Muhammad. Ruh Qudus pun masuk maka disebut Alam Asma.
Dengan masuknya Ruh Muhammad, Ruh Qudus. dan Nur Muhammad; Maka Alam Adam Ma'dum kemudian disebut Mumkinul Imkan.
Dalam Filsafat :
1. Nur Dzat disebut Akal Pertama,
2. Nur Qosam atau Nur Muhammad disebut Akal Kedua,
3. Ruh Qudus disebut Akal Ketiga.
RUH RUHANI
Ruh Muhammad memancarkan banyak Ruh Ruhani disebut Ruhaniyyun (روحانيون).
Ketika Robb memerintahkan untuk menyaksikan-Nya, maka Ruh Muhammad bersyahadat mengucapkan بلى شهدنا انت رب
(benar kami bersaksi bahwa Engkau Robb), sehingga diikuti oleh Ruh Ruhani para Malaikat dan Ruh Ruhani para Nabi, sedangkan Ruh Ruhani masing-masing umat Nabi mengikuti Nabinya. Maka Ruh Muhammad disebut Nabinya para Nabi karena membimbing semua Ruh Ruhani para Nabi untuk bersaksi, ia disebut Ruh Nabi Muhammad.
Ruh Ruhani ini yang kemudian bersemayam di dalam Qolbu. Ruh Ruhani adalah pemimpin bagi seluruh anggota tubuh baik Jasmani maupun Rohani.
Maka ketika Nabi Muhammad saw mi'roj dan di langit bertemu dengan Ruh Nabi Adam as. Nabi saw mengucapkan : Salam atasmu wahai kakekku (السلام عليك يا جَدِّيْ) lalu Nabi Adam as menjawab: Dan Salam juga padamu wahai kakekku (و عليك السلام يا جدي).
Karena Nabi Adam as adalah kakek bagi Jasmani, sedangkan Nabi Muhammad saw adalah kakek bagi Ruh Ruhani. Ruh Ruhani semua umat tercipta dari pancaran Ruh Nabi Muhammad saw.
Kanti Suci Project