Jujur (Shiddiq)
Dalam Islam, jujur (Shiddiq) adalah sifat terpuji yang sangat ditekankan, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Jujur berarti berkata benar dan sesuai dengan kenyataan, serta selaras antara perkataan dan perbuatan. Kejujuran merupakan bagian dari keimanan dan akhlak mulia, serta menjadi tanda kebaikan seseorang.
Makna Jujur dalam Islam :
1. Keselarasan antara ucapan dan perbuatan.
Seorang Muslim yang jujur akan selalu berkata benar dan tindakannya sesuai dengan ucapannya.
2. Menjaga amanah.
Jujur juga berarti menepati janji dan menjaga kepercayaan yang diberikan orang lain.
3. Menghindari dusta dan penipuan.
Islam sangat melarang perbuatan dusta dan penipuan, karena termasuk ciri-ciri orang munafik.
4. Keterbukaan dan ketulusan.
Jujur dalam Islam juga mencakup keterbukaan terhadap diri sendiri, orang lain, dan Tuhan.
Dalil tentang Kejujuran :
1. Al-Quran.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)".
At-Taubah · Ayat 119
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ ١١٩
yâ ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha wa kûnû ma‘ash-shâdiqîn
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!
Tafsir Wajiz / Tafsir Tahlili :
Penegasan bahwa Allah Maha Penerima tobat diikuti dengan perintah: Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh berupaya melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan hendaklah kamu bersama dengan orang-orang yang benar, jujur dalam ucapan, perilaku dan perbuatannya.
2. Hadist.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Hendaklah kalian berkata jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga,".
3. Keutamaan Jujur.
- Mendapat kepercayaan: Orang yang jujur akan mudah dipercaya dan disegani oleh orang lain.
- Mendapat kebaikan: Kejujuran akan membawa seseorang kepada kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya.
- Mendapat pahala: Allah SWT akan memberikan pahala bagi orang-orang yang jujur.
- Membentuk karakter mulia: Kejujuran merupakan salah satu pilar penting dalam membangun karakter seorang Muslim yang baik.
- Mendapat ketenangan: Hidup dengan kejujuran akan memberikan ketenangan dan kedamaian dalam hati.
Penerapan Kejujuran dalam Kehidupan Sehari-hari :
- Berbicara jujur: Hindari berbohong, menipu, atau menyembunyikan kebenaran dalam perkataan.
- Berbuat jujur: Lakukan tindakan sesuai dengan perkataan dan amanah yang diberikan.
- Jujur dalam pekerjaan: Hindari korupsi, manipulasi, atau tindakan curang lainnya.
- Jujur dalam belajar: Hindari mencontek dan usahakan untuk belajar dengan jujur.
Dengan menjaga kejujuran dalam segala aspek kehidupan, seorang Muslim dapat meraih keberkahan dunia dan akhirat.
Kejujuran.
Berbicara soal kejujuran, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kejujuran diterjemahkan sebagai suatu sifat atau keadaan jujur, ketulusan hati, atau kelurusan hati, yang secara konkret bisa berbentuk tidak berbohong, atau berkata apa adanya, tidak curang dalam suatu permainan atau ujian, mengikuti.
Dalam Islam, jujur dimaknai dengan al qaul al haq artinya perkataan yang benar, ada juga yang menerjemahkan jujur dengan narasi muthabaqah al kalam li al waqi” yang artinya sesuai pembicaraannya dengan kenyataan.
Dapat di pahami, jujur bukan hanya pada perkataan semata, tetapi jujur adalah bagaimana kita bisa menyelaraskan perkataan dengan perbuatan, seorang muslim harus dapat dipercaya dalam setiap perkataan, perbuatan serta aksi nyata sehari-hari. Kejujuran adalah salah satu sikap yang sangat urgen dalam Islam. Setiap perkataan dan perbuatan menjadi alat untuk seorang muslim bermediasi dengan muslim lainnya, sehingga melahirkan sebuah hubungan interaktif yang baik serta bermanfaat untuk sesama.
Dalam bahasa Arab, jujur itu disebut dengan kalimat shiddiq yang artinya benar, shiddiq merupakan salah satu sifat rasul. Setiap rasul wajib bersifat dengan shiddiq karena rasul itu di amanahkan oleh Allah untuk menyampaikan semua wahyu kepada umat. Kalau rasul tidak bersifat dengan jujur, bagaimana nanti ia menyampaikan wahyu, dikhawatirkan wahyu itu tidak sampai kepada umat, maka hal ini tidak boleh terjadi. Salah seorang sahabat rasulullah yang menjadi khalifah pertama bernama Abubakar juga di gelar dengan al shiddiq yang berarti benar atau jujur.
Sebagaimana gelar kepada Rasulullah dengan al amin yang bermakna dapat dipercaya. Gelar ini tidak terlepas dari sifat kejujuran Rasulullah yang sudah tertanam dari sejak kecil. Dua hal ini menjadi alasan yang sangat kuat betapa pentingnya sifat jujur bagi seorang muslim.
Kejujuran merupakan nilai-nilai yang sangat urgen yang dibutuhkan oleh semua kalangan, bahkan oleh semua agama bukan hanya agama Islam. Orientasi kejujuran mencakup semua aspek dalam bersikap, misalnya dengan kejujuran kita akan selalu dipercaya, bersikap adil serta tulus. Sifat jujur bukan hanya berbicara tentang kebenaran, tetapi melibatkan juga hal-hal pada memenuhi janji, bagaimana kita memberikan nasihat yang benar, melakukan pekerjaan yang baik dan sesuai dengan prosedur, memenuhi hak hak orang lain kepada yang lebih berhak.
Kejujuran akan membuahkan kebaikan pada diri sendiri dan pada orang orang lain, akan melahirkan sebuah kepercayaan, sehingga akan terbina sebuah hubungan yang baik.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak kekurangan, membutuhkan perhatian dari yang lain, tidak bisa hidup secara mandiri. Dalam menjalani kehidupan manusia tentu saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Interaksi yang baik akan melahirkn sebuah kehidupan yang baik, sebaliknya bila interaksinya tidak baik, maka akan melahirkan kehidupan yang tidak baik pula. Agama Islam mengatur pola hidup manusia. Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw menjadi syariat yang sangat sempurna, karena Nabi Muhammmad sebagai pembawa syariat adalah makhluk yang sangat sempurna.
Kesempurnaan tersebut di tandai dengan pribadi akhlak beliau yang memiliki beberapa sifat kesempurnaaan. Salah sifat yang sempurna pada rasul adalah sifat jujur, dengan sifat jujur ia bisa merubah dunia, melahirkan sebuah peradaban baru yang islamiyah di tengah manusia hidup dengn peradaban jahiliyah. Nabi Muhammad bisa membuat regenerasi umat yang beriman dan bertakwa dari dulu hingga sekarang. Pembinaan tersebut tidak terlepas dari berfungsinya sifat jujur secara sempurna yang ada padanya.
Di tengah persaingan hidup yang sangat tidak menentu, banyak manusia tergiring oleh kondisi yang memang sengaja di ciptakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meruntuhkan akhlak akhlak generasi islam. Terjadinya dekadensi moral pada era milenial yang ditandai dengan merebaknya kemajuan tekhnologi membuat generasi ini jauh dari agamanya. Para pemuda terlena dengan kepemudaannya, jauh dari interaksi sosial yang melahirkan sekat-sekat di antara sesama. Hilangnya program pembinaan generasi, terkikisnya kepercayaan kepada iman karena hilangnya sifat jujur kepada dirinya sendiri.
Hakikatnya generasi muda adalah generasi penerus sebuah bangsa, karena di tangan mereka terpundak masa depan sebuah bangsa yang akan berganti. Sehubungan dengan hal demikian, mereka perlu dipersiapkan mental dan spririutal yang kuat untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia dan bermoral. Semua kita menginginkan generasi ke depan adalah generasi yang memiliki jiwa keimanan dan ketakwaaan yang tinggi. Generasi yang mampu membentuk diri pribadi berbudi luhur dan memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Karena generasi penerus adalah generasi penentu nasib bangsa. Sebagaimana kata Sayyidina Ali Karamallahu wajhah yang artinya :
“Kalau ingin melihat masa depan umat, bangsa atau Negara, maka perhatikanlah bagaimana karakter para pemudanya”
Dewasa ini banyak orang yang mengatakan bahwa kejujuran itu terasa sangat mahal, kejujuran terasa sangat berat untuk dilaksanakan, kejujuran telah membuat kita dibenci oleh orang lain, kejujuran membuat karier kita terhambat, kejujuran telah membuat golongan dan pangkat kita tidak lancar, kejujuran telah membuat kita miskin, dan masih banyak ungkapan lainnya sebenarnya sangat gampang untuk berbuat jujur, misalnya :jika kita telah melakukan kesalahan maka kita seharusnya mengakui kesalahan tersebut, jika kita telah merugikan orang lain lebih baik kita jujur dengan apa yang sudah kita lakukan, setidaknya kejujuran kita akan meringankan beban diri kita, dan tidak menimbulkan masalah baru. Karena apabila kita melakukan kebohongan maka kita akan melakukan kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama.
Oleh karena itu, lebih baik kita berperilaku jujur karena dengan kejujuran akan membuat kita tenang dan nyaman, sebab kejujuran itu akan medekatkan kita dengan kebenaran. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 70 yang artinya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ٧٠
yâ ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha wa qûlû qaulan sadîdâ
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.
Tafsir Wajiz / Tafsir Tahlili :
Allah lantas meminta orang yang beriman agar berkata benar. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar dan tepat sasaran.
Sudah banyak orang yang masuk penjara karena ketidak jujurannya, mereka melakukan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme, mereka telah dipermalukan oleh Allah Swt., bukan hanya dia yang menanggung malu tetapi seluruh keluarga, istri dan, anak-anaknya. Bukan hanya itu dia akan dibuli, dicaci, dicemoh oleh orang banyak yang mengakibatkan harga diri, martabat, dan kehormatannya jatuh di tengah-tengah masyarakat dan sangat sulit untuk memulihkan kembali.
Rasulullah Muhammad saw., juga bersabda yang artinya :
“Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW bersabda; Sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Allah sebagai orang yang benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan (kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi Allah sebagai pendusta.”
Imam Al Gazali membagi sifat jujur ke dalam tiga kategori yaitu: “Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu semua tindakan dan perbuatannya hanya karena Allah Swt., kemudian yang kedua jujur dalam perkataan, yaitu sesuai antara perkataan dan kenyataannya, dan yang terakhir adalah jujur dalam perbuatan, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga apa yang diperbuat dapat dipertanggung jawabkan.
Jujur dalam Islam.
Jujur adalah salah satu nilai moral yang sangat ditekankan dalam Islam. Dalam bahasa Arab, kata jujur diterjemahkan sebagai “sidq,” yang berarti kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Kejujuran merupakan salah satu pilar utama dalam membangun karakter yang baik dan hubungan yang harmonis dalam masyarakat. Berikut adalah penjelasan mengenai makna jujur, sumbernya dalam ajaran Islam, dan keutamaan serta cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kejujuran dalam konteks Islam berarti mengatakan yang sebenarnya, bersikap transparan, dan tidak menipu. Seorang Muslim yang jujur akan berusaha untuk selalu mengatakan kebenaran dan bertindak sesuai dengan prinsip tersebut, baik dalam ucapan maupun tindakan. Allah SWT menekankan pentingnya kejujuran dalam banyak ayat. Salah satunya dalam Surah Al-Baqarah (2:283):
وَلَا تَكۡتُمُوا الشَّهَادَةَ ؕ وَمَنۡ يَّكۡتُمۡهَا فَاِنَّهٗۤ اٰثِمٌ قَلۡبُهٗؕ وَ اللّٰهُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ عَلِيۡمٌ
Artinya : ” Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat ini menunjukkan bahwa kejujuran dalam bertransaksi dan berinteraksi dengan orang lain sangat ditekankan.
Hadis Nabi Muhammad SAW:
“Sesungguhnya, kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang selalu jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang benar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa kejujuran adalah jalan menuju kebaikan dan keberkahan dalam hidup.
Keutamaan Jujur
Orang yang jujur akan mudah mendapatkan kepercayaan dari orang lain, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional. Kejujuran membawa pada peningkatan martabat dan kehormatan individu di mata masyarakat. Dalam Islam, kejujuran adalah salah satu ciri orang yang dicintai Allah. Dengan bersikap jujur, seorang Muslim dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Kejujuran membantu seseorang untuk terhindar dari berbagai bentuk penipuan dan kebohongan yang dapat mendatangkan dosa.
Beberapa cara untuk menerapkan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
- Bicara dengan Kebenaran: Selalu berusaha untuk mengungkapkan kebenaran, meskipun itu sulit atau tidak menyenangkan.
- Menghindari Kebohongan: Jauhkan diri dari kebohongan, baik dalam perkataan maupun tindakan. Ini termasuk menghindari gossip atau menyebarkan informasi yang tidak jelas kebenarannya.
- Transparansi dalam Berbisnis: Dalam urusan bisnis, jujur sangat penting untuk membangun reputasi yang baik dan menjalin hubungan yang saling menguntungkan.
- Menerima Kesalahan: Jika melakukan kesalahan, berani mengakui dan meminta maaf merupakan bentuk kejujuran yang sangat dihargai.
- Menanamkan Nilai Jujur dalam Keluarga: Mengajarkan nilai kejujuran kepada anak-anak sejak dini sangat penting agar mereka tumbuh menjadi individu yang jujur.
Jujur Modal ke Sorga
Salah satu akhlak menonjol dari Rasulullah SAW adalah shidiq (jujur). Shidiq berarti benar atau jujur. Antonim shidiq adalah kizb (dusta, bohong). Akhlak jujur seperti Rasulullah tersebut wajib dimiliki juga oleh setiap muslim dan muslimah di mana dan kapanpun berada. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan jujur lahir batin. Jujur hati (shidq al-qalb), jujur dalam perkataan (shidq al-hadits) dan jujur dalam perbuatan (shidq al-`amal).
Kejujuran sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Allah SwT mensifati diriNya dengan sifat jujur:
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?” (Qs. an-Nisa’: 87)
Allah Swt. Juga mensifati para rasulNya dengan sifat jujur, seperti dalam firman Allah:
وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا
“Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang jujur lagi tinggi”. (Qs. Maryam: 50)
Setelah Allah mensifati diri-Nya dan para Rasul-Nya dengan sifat jujur, selanjutnya Allah mewajibkan kepada setiap muslim untuk memiliki sifat jujur, sebagaimana firman Allah SwT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (Qs. at-Taubah: 119)
Allah menjadikan sifat jujur sebagai tanda-tanda orang-orang shaleh, Allah Swt. berfirman:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)”. (Qs. al-Ahzab: 23)
Nabi SAW menjadikan kejujuran sebagai asas dari setiap kebaikan, sebagaimana sabdanya:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka.Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong” (HR. Muslim).
Seorang muslim yang mengimani Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad SAW sebagai Nabinya dengan penuh kejujuran maka ia dijamin haram masuk neraka. Nabi SAW bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
“Tiada seorang yang menyaksikan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah saw dengan penuh kejujuran dari hatinya, kecuali diharamkan oleh Allah terhadap neraka”. (HR Bukhari)
Kejujuran akan memberikan ketenangan karena sesuai dengan fitrah manusia, sedangkan kebohongan akan mengakibatkan kebimbangan dan kegalauan karena bertentangan dengan fitrahnya. Rasulullah SAW bersabda:
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah hal yang membimbangkan kalian, menuju sesuatu yang tidak membimbangkan, sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan, dan kebohongan adalah kebimbangan”. (HR Turmudzi; hadits hasan shahih)
Kejujuran merupakan sebab dibangkitkannya seseorang bersama para Nabi, orang-orang syahid, dan orang-orang shaleh. Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dari ini. Allah swt. Berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (Qs. an-Nisa’: 69)
Bentuk-bentuk Kejujuran.
Ada beberapa bentuk kejujuran yang harus senantiasa dilakukan oleh seorang muslim. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Jujur niat dan kemauan (shidqu an-niyyah wa al-`azm).
Yang dimaksud jujur dalam niat dan kemauan adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi hanya karena dalam kerangka mendapatkan ridha Allah SWT. Nilai sebuah amal di hadapan Allah SWT sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang sangat populer menyatakan bahwa sesungguhnya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu, seorang muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila ia sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akan ia lakukan. Kadang sesuatu yang benar belum tentu bermanfaat di masyarakat tertentu. Demikian juga sesuatu yang bermanfaat belum tentu benar. Oleh karena itu, pertimbangan benar dan bermanfaat secara bersamaan perlu dikedepankan.
2. Jujur dalam perkataan (shidqu al-lisan).
Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang paling populer di tengah masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah SWT dan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta, meski hanya sekali apalagi sering berdusta maka akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Rasulullah SAW mengingatkan:
اضمنوا لي ستة أضمن لكم الجنة ، أصدقوا إذا حدثتم ، وأوفوا إذا وعدتم ، وأدّوا إلى ائتمنتم ، واحفظوا فروجكم ،
وغضوا أبصاركم ، وكفوا أيديكم
“Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin bagi kalian surga: jujurlah jika berbicara, penuhilah jika kalian berjanji, tunaikan jika kalian dipercaya, jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan kalian, dan tahanlah tangan kalian”. (HR Hakim)
3. Jujur ketika berjanji (shidq al-wa`ad).
Seorang muslim yang jujur akan senantiasa menepati janji-janjinya kepada siapapun, meskipun hanya terhadap anak kecil. Rasulullah SAW bersabda:
من قال لصبي : تعال هاك ثم لم يعطه فهي كذبة
“Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri korma ini, kemudian dia tidak memberinya, maka dia telah melakukan kebohongan” (HR. Ahmad)
Orang yang sering mengingkari janji juga akan kehilangan kepercayaan orang lain, bahkan akan mendapatkan label munafik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Ciri-ciri orang munafik ada tiga, yaitu: jika berkata ia dusta, jika berjanji, ia ingkar, dan jika dipercaya, ia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim)
Allah memberi pujian orang-orang yang jujur dalam berjanji. Dia memuji Nabi Ismail AS yang menepati janjinya sebagai berikut:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ismail di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi” (Qs. Maryam: 54)
4. Jujur dalam bermu’amalah (shidq al-mu’amalah).
Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu’amalah dengan orang lain. Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim. Ketika ia menjual tidak akan mengurangi takaran dan timbangan. Pada saat membeli tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran. Orang yang jujur dalam bermu’amalah juga senantiasa bersikap santun, tidak sombong dan tidak pamer (ria). Jika orang tersebut melakukan atau meninggalkan sesuatu, semuanya dalam koridor Allah SWT. Ia tidak tamak dan serakah dalam bermu’amalah. Barang siapa yang selalu bersikap jujur dalam bermu’amalah maka dia akan menjadi kepercayaan masyarakat. Semua orang akan merasa nyaman dan aman berinteraksi dan bermu’amalah dengannya.
5. Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan (shidq al-hal).
Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak memakai topeng dan baju kepalsuan, tidak mengada-ada dan menampilkan diri secara bersahaja. Rasulullah SAW bersabda:
الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ
“Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang yang memakai dua pakaian palsu” (HR.Muslim)
Maksud hadits di atas adalah orang yang berhias dengan sesuatu yang bukan miliknya supaya kelihatan kaya, ia sama seperti orang yang memakai dua kepribadian. Orang yang memiliki sifat shidq al-hal tidak akan memaksakan diri untuk memiliki dan menikmati sesuatu yang di luar jangkauan kemampuannya. Dia sudah merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya, sembari berikhtiar untuk menggapai keinginan-keinginan yang diharapkannya.
Kesimpulan :
Marilah kita selalu untuk berusaha jujur dan melahirkan pergerakan untuk selalu mensosialisasikan urgen-nya sebuah kejujuran. Kejujuran adalah alat untuk melahirkan sebuah kebaikan dalam kehidupan umat, membina umat agar selalu istiqamah dalam sebuah konsep yang di Ridhai oleh Allah SWT.
- Kejujuran adalah nilai dasar yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam dan memiliki banyak keutamaan. Dengan bersikap jujur dalam setiap aspek kehidupan, seorang Muslim tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari orang lain tetapi juga ridha Allah. Semoga kita semua diberikan kemampuan untuk menerapkan nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Artikel Kanti Suci Project