Waktu Dalam Pandangan Al Qur'an
Waktu atau masa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.
Konsep waktu dalam sejarah adalah kelangsungan dan satuan atau jangka berlangsungnya perjalanan waktu. Konsep waktu dalam sejarah bersifat mutlak, karena sebuah peristiwa bersejarah akan selalu memiliki nilai waktu untuk menjelaskan kapan peristiwa berlangsung.
Dalam suatu peristiwa yang menjadi sejarah, manusia berperan sebagai aktor utama dengan diiringi oleh ruang dan waktu berlangsungnya peristiwa. Sementara konsep waktu dalam sejarah mencakup 4 hal yaitu :
1. Perkembangan,
2. Kesinambungan,
4. Pengulangan, dan
4. Perubahan.
Berikut penjelasannya :
1. Perkembangan.
Dalam hal perkembangan, sejarah akan melihat dan mencatat peristiwa yang menunjukan terjadinya perubahan dalam masyarakat dari satu bentuk ke bentuk yang lain, biasanya dari yang sederhana ke bentuk yang lebih rumit.
Masyarakat yang berkembang akan membawa bentuk baru yang lebih relevan dengan kondisi zaman. Perkembangan ini bertujuan untuk memperbarui segala sesuatu yang sudah dianggap tidak efektif bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Contohnya adalah demokrasi Amerika yang semakin berkembang akibat dari perkembangan struktur kota yang semakin kompleks.
2. Kesinambungan.
Dalam sejarah terjadi juga kontinuitas atau kesinambungan yang melahirkan kondisi baru. Meski begitu, sejarah tetap diwariskan atau diteruskan karena dianggap baik oleh suatu masyarakat.
Kecenderungan masyarakat dalam mengadopsi cara-cara lama, menjadi dasar kesinambungan sejarah dari masa lalu. Meskipun ada beberapa poin yang berbeda, namun tidak merubah pola dan esensi dari sistem sebelumnya.
Contohnya adalah sistem-sistem partai yang menyerupai sistem kerajaan masa sebelumnya, dalam lingkup yang hampir sama.
3. Pengulangan.
Seiring berjalannya waktu, bukan tidak mungkin peristiwa sejarah yang sama di masa lalu terulang kembali di masa berikutnya atau masa sekarang. Hal ini sering terjadi, sehingga muncul istilah "Sejarah terulang kembali".
Contohnya pada peristiwa lengsernya presiden Soekarno dan Soeharto yang dilatarbelakangi aksi demonstrasi dari para mahasiswa.
4. Perubahan.
Pengulangan sejarah menghasilkan perubahan, yang terjadi karena praktik lama dinilai tidak memadai lagi untuk menunjang kemajuan dan tata kehidupan masa kini.
Peristiwa perubahan ini dapat terjadi di masyarakat secara besar-besaran dalam kurun waktu yang singkat. Hal ini biasanya terjadi karena adanya pengaruh yang kuat dari luar.
Salah satu contohnya adalah demonstrasi tahun 1998 yang menuntut turunnya Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia. Hal ini membuat Indonesia memasuki era reformasi.
Pentingnya Waktu dalam Sejarah.
Waktu menjadi salah satu unsur penting dalam sejarah karena menunjukkan kapan suatu peristiwa itu terjadi. Waktu adalah suatu ukuran atau satuan yang menentukan durasi dari suatu peristiwa atau jangka waktu tertentu. Selain itu, waktu juga dapat diartikan sebagai susunan kronologis yang mengurutkan peristiwa atau periode tertentu sesuai dengan urutan terjadinya.
Unsur waktu dalam sejarah merupakan hal yang sangat penting. Sebab mempelajari sejarah bukanlah mempelajari sesuatu yang berhenti melainkan mempelajari sesuatu yang terus bergerak seiring dengan perjalanan waktu.
Setiap peristiwa sejarah berada pada kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang kurun waktu sebelumnya. Unsur waktu juga memberikan konteks atau setting tertentu bagi berlangsungnya peristiwa sejarah.
Dalam sejarah, konsep waktu yang paling dominan adalah masa lampau. Akan tetapi, konsep waktu pada masa lampau ini juga memengaruhi peristiwa pada masa kini.
Sebagai contoh, pada masa lampau Republik Indonesia memilih bentuk Negara Kesatuan (NKRI) dengan pertimbangan kemajemukan sosial dan adanya ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Keputusan pemerintah tetap bertahan sampai sekarang. Oleh sebab itu, keputusan pemerintah pada masa lampau berpengaruh terhadap perkembangan negara pada masa kini dan masa yang akan datang.
Waktu Dalam Pandangan Al Qur'an.
Menurut al-Manāwiy, waktu adalah kadar tertentu dari sebuah waktu atau batasan yang pasti antara dua perkara yang salah satunya telah diketahui dan satunya akan diketahui. peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Karena itu, seringkali al-Qur'an menggunakanya dalam konteks kadar tertentu dari satu masa.
Dalam Al-Quran, waktu (Waqt) memiliki beberapa makna dan konsep yang penting. Waktu dilihat sebagai anugerah dari Allah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Al-Quran juga menekankan bahwa waktu itu terbatas dan tidak bisa diulang, sehingga penting untuk menggunakannya dengan bijak. Selain itu, waktu dalam Al-Quran juga dikaitkan dengan kebesaran Allah, seperti dalam sumpah-sumpah Allah dengan waktu-waktu tertentu, serta dalam pengaturan siang dan malam serta peredaran benda langit.
Penjelasan mengenai waktu menurut Al-Quran :
1. Waktu adalah Anugerah.
Waktu adalah nikmat yang diberikan Allah kepada manusia dan harus dimanfaatkan untuk kebaikan.
2. Waktu Terbatas.
Setiap detik yang berlalu tidak akan kembali, sehingga penting untuk menghargainya dan menggunakannya dengan bijak.
3. Waktu sebagai Bukti Kebesaran Allah.
Al-Quran menyebutkan berbagai fenomena alam seperti pergantian siang dan malam, peredaran matahari dan bulan, serta waktu-waktu tertentu seperti fajar, dhuha, dan malam, sebagai bukti kekuasaan dan kebesaran Allah.
4. Waktu sebagai Kiamat.
Al-Quran juga menyinggung tentang waktu kiamat, yang merupakan akhir dari kehidupan dunia dan menjadi waktu perhitungan amal.
5. Relativitas Waktu
Al-Quran juga menyinggung tentang relativitas waktu, dimana waktu di dunia berbeda dengan waktu di sisi Allah.
Dalam Al-Quran, waktu (waktu) dibahas dengan berbagai cara dan konteks. Beberapa kata yang digunakan untuk merujuk pada waktu dalam Al-Quran antara lain ad-Dahr, 'Ajal, al-Waqt, dan al-'Ashr. Selain itu, terdapat ayat-ayat yang bersumpah dengan waktu seperti malam, siang, fajar, dan lainnya.
Penjelasannya :
Ad-Dahr (الدهر):
Merujuk pada waktu sebelum seseorang ada, sehingga tidak ada konsekuensi untuknya.
'Ajal (أجل):
Merujuk pada batas keberadaan sesuatu atau batas waktu, seperti usia seseorang.
Al-Waqt (الوقت):
Merujuk pada batas waktu suatu pekerjaan, seperti batas waktu shalat.
Al-'Ashr (العصر):
Merujuk pada waktu sore hari, dan juga digunakan dalam surat Al-'Ashr (Surat 103) untuk mengingatkan manusia akan kerugian jika tidak memanfaatkan waktu dengan baik.
Ayat-ayat yang bersumpah dengan waktu :
Al-Quran menggunakan sumpah dengan waktu seperti malam (Al-Lail), siang (Al-Fajr), dhuha (Al-Dhuha), dan subuh (Al-Takwir) untuk menunjukkan pentingnya waktu dan bagaimana waktu tunduk pada kehendak Allah.
Pentingnya waktu dalam Al-Quran :
- Surat Al-'Ashr: Ayat ini menjadi landasan penting dalam Islam mengenai pentingnya menghargai waktu dan memanfaatkan waktu untuk kebaikan.
- Waktu sebagai anugerah: Dalam Islam, waktu dianggap sebagai anugerah dari Allah yang perlu disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik.
- Manajemen waktu: Al-Quran menekankan pentingnya mengelola waktu dengan baik agar tidak terbuang sia-sia dan dapat memberikan manfaat.
- Waktu sebagai saksi: Waktu akan menjadi saksi di akhirat atas perbuatan manusia.
- Waktu dan amal: Bertambahnya umur sebaiknya dibarengi dengan bertambahnya amal kebaikan.
Waktu terbaik membaca Al-Quran :
- Membaca Al-Quran dianjurkan kapan saja dan di mana saja.
- Waktu utama membaca Al-Quran adalah di dalam shalat dan di luar shalat.
- Waktu-waktu pilihan untuk membaca Al-Quran juga bisa disesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan waktu.
10 Ayat Al-Qur'an tentang Waktu.
Waktu adalah aset berharga yang diberikan Allah kepada manusia. Dalam setiap detiknya, waktu memberikan peluang untuk belajar, berkembang, dan mencapai tujuan. Kehidupan ini adalah perjalanan singkat di dunia, dan bagaimana kita memanfaatkan waktu sangat mempengaruhi kualitas hidup kita. Dalam perspektif Al-Quran, waktu dianggap sebagai anugerah Allah yang harus dihargai dan dimanfaatkan dengan bijak.
Dalam kehidupan, manusia melewati titian waktu kehidupan yang mengingatkan tentang adanya batas waktu kehidupan. Berhentinya jarum jam tak menghentikan perjalanan waktu. Begitu juga kematian manusia juga tak menghentikan keberadaan dimensi waktu.
Manusia merasakan adanya waktu, melewati sebuah proses kemarin, kini, dan esok. Fenomena yang terbentuk dari sistem bumi, bulan, dan matahari merupakan sebuah jam alam semesta yang tak pernah berhenti. Sudah berlangsung berjuta dan bermiliar tahun dan memberi inspirasi tentang lama titian waktu yang dijalani koloni kehidupan manusia.
Pandangan Islam terhadap pergantian waktu menekankan pentingnya momen ini sebagai kesempatan untuk introspeksi dan peningkatan ketakwaan manusia. Tolok ukurnya adalah apakah manusia dapat bersyukur, berdoa, dan berharap kepada Allah untuk keselamatan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Al-Qur'an mengingatkan bahwa manusia dalam keadaan merugi, kecuali bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Iman dan amal saleh dianggap sebagai paket yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, momen pergantian waktu harus dijadikan panggilan untuk merefleksikan kehidupan dan mengarahkannya ke arah yang lebih baik, dengan harapan mendapatkan keridhaan Allah dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam Buku ‘Waktu dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains’ Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Kementerian Agama RI, disebutkan bahwa ada proses-proses yang yang berjalan sangat singkat dan ada yang sangat panjang hingga beratus atau bermiliar tahun yang terjadi di alam.
Peristiwa meteor, hanya sekitar 1 detik, peristiwa rotasi bumi sekitar 23 jam 56 menit, perubahan fase bulan ke fase yang sama berikutnya 29,53059 hari, revolusi bumi mengelilingi matahari 365,2422 hari (1 tahun tropis), periode komet Halley sekitar 76 tahun, presesi sumbu rotasi Bumi sekitar 25.800 tahun, perjalanan matahari beserta planetnya mengelilingi pusat galaksi sekitar 200 juta tahun dan sebagainya.
Proses kehidupan sebuah bintang seperti matahari memerlukan waktu bermiliar tahun, begitu pula proses awal hingga akhir alam semesta bisa jauh lebih panjang dari berbagai peristiwa yang dapat kita saksikan dari planet bumi ini. Tugas manusia mencari besaran kuantitatif tentang rentang waktu proses-proses yang berlangsung di alam semesta sekaligus memahami ayat-ayat Al-Qur’an sebagai panduan dalam memaksimalkan waktu.
Dengan merenungkan ayat-ayat Al-Quran tentang waktu dan betapa kuasannya Allah dalam mengatur waktu, maka bisa dikatakan bahwa waktu adalah ujian dan anugerah dari Allah. Penggunaan waktu harus dilakukan dengan bijak mencakup ketaatan kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama, dan berusaha menjadi individu yang lebih baik. Dengan menyadari pentingnya waktu, kita dapat merencanakan dan menjalani kehidupan dengan cara yang lebih bermakna dan berarti.
Dalam Al-Qur’an, Allah juga menyebut kata waktu secara spesifik. Bahkan Allah menjadikan waktu-waktu tertentu sebagai kata yang dipakai untuk sumpah yang menunjukkan betapa pentingnya waktu. Selain itu, Allah juga menyebut waktu dengan berbagai macam jenis kata. Berikut 10 ayat Al-Qur’an yang terdiri dari 5 ayat tentang waktu yang digunakan oleh Allah untuk sumpah dan 5 ayat tentang nama-nama dari waktu.
1. ‘Ashr. Surat Al Asr ayat 1-2:
وَالۡعَصۡرِۙ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.”
Dalam Tafsir Kementerian Agama RI kata ‘Ashr’ diartikan sebagai masa. Allah bersumpah dengan masa yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan Ilmu-Nya yang sangat luas.
Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka, dan lain-lain menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan pengaturnya.
2. Malam. Surat Al Lail ayat 1-2:
وَالَّيۡلِ اِذَا يَغۡشٰىۙ وَالنَّهَارِ اِذَا تَجَلّٰىۙ
Artinya: “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), demi siang apabila terang benderang.”
Malam yang gelap gulita dan hening menjadi waktu bagi manusia untuk beristirahat dari kepenatan kerja di siang hari. Dalam Tasir Tahlili disebutkan Allah bersumpah dengan malam apabila menutupi, yaitu ketika malam sudah merata menutupi alam ini. Ini adalah waktu isya yaitu ketika cahaya merah sudah hilang di ufuk barat. Waktu itu manusia pada umumnya sudah mengakhiri aktivitasnya, dan ingin istirahat dan pergi tidur.
3. Dhuha. Surat Al-Dhuha ayat 1-2:
وَالضُّحٰىۙ وَالَّيۡلِ اِذَا سَجٰى
Artinya: “Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi.”
Penyebutan waktu dhuha mengisyaratkan bahwa tenggang waktu ketika Nabi tidak menerima wahyu beberapa lama bagaikan malam yang gelap, sedangkan turunnya surat ini setelah itu bagaikan fajar yang menyingsing. Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan dua macam tanda-tanda kebesaran-Nya, yaitu Ḍuḥâ (waktu matahari naik sepenggalah) bersama cahayanya dan malam beserta kegelapan dan kesunyiannya.
4. Fajar. Surat Al-Fajr ayat 1-2:
وَالۡفَجۡرِۙ وَلَيَالٍ عَشۡرٍۙ
Artinya: “Demi fajar, demi malam yang sepuluh.”
Demi fajar, yaitu awal mula terangnya bumi setelah kegelapan malam sirna. Pada waktu ini manusia memulai aktivitasnya. Allah bersumpah dengan fajar di yaumun-nahr (hari penyembelihan kurban), yaitu tanggal 10 Zulhijah, yang diikuti ayat berikutnya membicarakan “malam yang sepuluh”, yaitu sepuluh hari pertama bulan tersebut. Akan tetapi, ada yang berpendapat bahwa fajar yang dimaksud adalah fajar setiap hari yang mulai menyingsing yang menandakan malam sudah berakhir dan siang siap dimulai.
5. Shubuh. Surat Al-Takwir ayat 18:
وَالصُّبْحِ اِذَا تَنَفَّسَۙ
Artinya: “Dan demi subuh apabila fajar telah menyingsing.”
Dalam ayat ini Allah bersumpah demi subuh apabila fajar mulai menyingsing dan bersinar. Waktu subuh digunakan Allah dalam bersumpah karena waktu ini menimbulkan harapan yang menggembirakan bagi setiap manusia yang bangun pagi karena menghadapi hari yang baru. Saat itu mereka dapat menemukan hajat keperluan hidupnya mengganti yang hilang dan bersiap-siap untuk yang akan datang.
6. Waktu. Surat An-Nisâ’ ayat 103:
فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا
Artinya: “Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Shalat adalah suatu kewajiban bagi orang mukmin dan mereka wajib memelihara waktunya yang sudah ditetapkan. Paling kurang lima kali dalam sehari semalam umat Islam melakukan shalat agar selalu ingat kepada Allah, sehingga meniadakan kemungkinan terjerumus ke dalam kejahatan dan kesesatan. Bagi orang yang ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah, waktu lima kali itu dipandang sedikit, maka dia menambah lagi dengan shalat-shalat sunah pada waktu-waktu yang telah ditentukan dalam agama.
7. Ajal. Surat Yunus ayat 49:
قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ لِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki.” Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”
Ayat ini merupakan penegasan Allah bahwa tiap-tiap umat mempunyai ajal yang telah ditentukan waktunya oleh Allah. Ajal itu akan tiba saatnya apabila waktu yang telah ditentukan Allah telah tiba. Waktu tibanya ajal itu termasuk pengetahuan Allah yang tidak dapat diketahui oleh siapapun juga selain-Nya. Maka apabila ajal mereka telah tiba mereka tidak mampu menundanya sesaat pun, dan mereka tidak pula mampu memajukan waktunya dari waktu yang telah ditentukan.
8. Dahr. Surat Al-Jāsiyah ayat 24:
وَقَالُوْا مَا هِيَ اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ اِلَّا الدَّهْرُۚ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍۚ اِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ
Artinya: “Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.”
Pada ayat ini Allah menjelaskan keingkaran orang-orang musyrik terhadap hari kebangkitan. Menurut anggapan mereka kehidupan itu hanya di dunia saja. Di dunia mereka dilahirkan dan di dunia pula mereka dimatikan dan di situlah akhir dari segala sesuatu, dan demikian pula terjadi pada nenek moyang mereka. Menurut mereka, yang menyebabkan kematian dan kebinasaan segala sesuatu ialah pertukaran masa. Dari pendapat mereka, dapat diambil kesimpulan bahwa mereka mengingkari terjadinya hari kebangkitan.
9. Amadan. Surat Al-Jin ayat 25:
قُلْ اِنْ اَدْرِيْٓ اَقَرِيْبٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ اَمْ يَجْعَلُ لَهٗ رَبِّيْٓ اَمَدًا
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat ataukah Tuhanku menetapkan waktunya masih lama.””.
Dalam Tafsir Kementerian Agama RI, ayat ini dan ayat-ayat sesudahnya adalah jawaban atas pertanyaan, “Bilakah datangnya hari yang dijanjikan itu kepada kami.” Allah menyuruh Nabi-Nya agar menyampaikan kepada manusia bahwa hari Kiamat itu pasti akan tiba, tidak ada keraguan padanya. Akan tetapi, tidak ada yang mengetahui kapan waktunya tiba, apakah dalam waktu dekat ataukah masih dalam jangka waktu yang panjang.
10. Sâ’ah. Surat Al-A’rāf ayat 187:
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ ثَقُلَتْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ لَا تَأْتِيْكُمْ اِلَّا بَغْتَةً ۗيَسْـَٔلُوْنَكَ كَاَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu (Nabi Muhammad) tentang kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Tuhanku. Tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk yang) di langit dan di bumi. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Kata Sâ’ah dalam ayat ini diartikan sebagai kiamat. Allah dalam ayat ini menegaskan bahwa hanya Dialah yang mengetahui saat terjadinya hari Kiamat itu. Kepastian terjadinya hari Kiamat dan apa yang terjadi pada hari Kiamat sudah banyak dijelaskan oleh Al-Qur’an. Akan tetapi khusus yang berkenaan dengan saat terjadinya hari Kiamat itu tidak ada dijelaskan dalam Al-Qur’an. Hal itu hanya berada dalam ilmu Allah semata-mata.
Kanti Suci Project