Al Kisah Nabi Yunus AS
Nabi Yunus A.S. juga dikenali dengan dua nama panggilan yang lain yaitu “Dhun-Nun” (Raja Ikan) dan “Sahibil-Hot” (Sahabat Ikan). Dalam al-Quran ada menyebutkan yang bermaksud:
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahawa Kami tidak akan menyempitkan (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiyaa', 21: 87)
“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan jangnlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang dia dalam keadaan marah (kepada kaumnya)” (Al-Qalam, 68: 48)
Yunus (Jonah) adalah anak lelaki Mitta berdasarkan kepada Tradisi yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari tetapi Taurat menyatakan bahawa nama bapa baginda ialah Amittai.
Apabila kenabian dianugerahkan ke atas baginda, baginda diperintahkan ke Nineveh untuk menyampaikan seruan Allah. Nineveh terletak di tebing sungai Tigris. Ia adalah ibu kota Assyria. Penduduk di sana mengalami keruntuhan moral dan sangat angkuh. Mereka hidup penuh dengan dosa. Nabi Yunus A.S. mencoba sedaya upaya untuk memulihkan mereka tetapi mereka hanya memekakkan telinga dengan nasihat dan amaran baginda. Tidak lama selepas itu, baginda menjadi semakin tawar hati dengan kelakuan penduduk tersebut. Akibatnya dia menjadi putus asa dan memohon kepada Allah supaya diturunkan bala ke atas penduduk Nineveh. Baginda hilang sabar dan bertindak sebelum mendapat arahan daripada Allah. Baginda menyangkakan sudah tentu baginda tidak akan turut terkena bala tersebut. Lalu Nabi Yunus A.S. meneruskan perjalanan menuju ke laut dan menaiki sebuah bot. Malangnya, bot tersebut dipukul ombak dan para kelasi bot menuduh baginda yang membawa nasib malang tersebut. Jadi mereka mengambil keputusan untuk membuang baginda ke laut tetapi para penumpang tidak bersetuju. Kemudian, ramai penumpang karam dan nama baginda disebut juga.
Nabi Yunus A.S. dibuang ke dalam laut untuk keselamatan bot tersebut. Apabila baginda jatuh ke dalam laut, seekor ikan yang sangat besar telah menelan baginda. Lalu baginda berada dalam keadaan yang sangat sengsara. Baginda sadar yang dia perlu mengalaminya kerana lalai menjalankan tugasnya sebagai seorang nabi. Baginda tidak sepatutnya melarikan diri tetapi mesti terus bersabar dan bergantung kepada kuasa Allah walaupun menghadapi suasasana yang tidak menyokong seruan Allah.
Baginda berasa sangat menyesal dan merayu kepada Allah dengan suara yang merendah diri. Doanya dimakbulkan dan baginda dibawa ke tepian pantai. Baginda disediakan dengan sepohon pokok yang rendang.
“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ikut berundi lalu termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (Ash-shaafaat, 37: 139-148)
Apabila Nabi Yunus A.S. kembali sehat, baginda diperintahkan untuk kembali ke tempat asal baginda dan menyelesaikan misi untuk mengubah cara hidup mereka. Ketika itu, penduduk Nineveh menyesal dan mula mengikut seruan nabi. Allah melimpahkan rahmat-Nya dan mencapai kemewahan hidup. Mereka telah mendapat kehidupan baru yang cemerlang.
“...Tatkala mereka (Kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (Yunus,10: 98)
Semakin lama penduduk Nineveh sekali lagi mengamalkan gaya hidup yang dipengaruhi syaitan. Mereka telah mula menyembah berhala dan melanggar tatasusila. Akhirnya mereka dimusnahkan oleh Scythians. Nabi Yunus A.S. wafat di Nineveh dan dikebumikan di sana. Menurut cerita ahli sejarah, makamnya terletak di kampung Halmol kira-kira 10 batu dari Hebron.
Nabi Yunus Alaihissalam adalah nabi yang sekaligus rasul yang diutus oleh Allah untuk menghadapi penduduk Ninawa, yakni sebuah kampung di daerah Mosul, Irak. Nabi Yunus meninggalkan kaumnya yang tidak mau beriman dalam keadaan marah, sehingga Allah memberikan peringatan kepadanya dengan ditelan oleh seekor ikan yang bernama Nun. Setelah beberapa waktu akhirnya nabi nun mohon ampunan Allah, kemudian dengan pertolongan Allah nabi Yunus dimuntahkan oleh ikan Nun ke dartan untuk dikembalikan kepada umatnya.
Dakwah Nabi Yunus kepada penduduk Ninawa.
Penduduk Ninawa dihuni oleh kaum yang berpaling dari jalan Allah yang lurus, mereka menyembah patung dan berhala. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin memberikan petunjuk kepada mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang lurus, maka Dia mengutus Nabi Yunus ‘alaihissalam untuk mengajak mereka beriman dan meninggalkan sesembahan selain Allah ‘Azza wa Jalla.
Ajakan nabi Yunus kepada umatnya untuk beriman kepada Allah ditolak penduduk Niwana, dan tetap memilih menyembah patung dan berhala. Mereka lebih memilih kekafiran dan kesesatan daripada keimanan dan petunjuk, mereka mendustakan Nabi Yunus ‘alaihissalam, mengolok-olok dan menghinanya. Maka Nabi Yunus pun marah kepada kaumnya dan tidak berharap lagi terhadap keimanan mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mewahyukan kepada Yunus untuk memberitahukan kaumnya, bahwa Allah akan mengadzab mereka karena sikap mereka itu setelah berlalu tiga hari. Lalu Nabi Yunus menyampaikan perihal adzab itu kepada kaumnya dan mengancam kaumnya dengan adzab Allah, kemudian ia pergi meninggalkan mereka.
Umat nabi Yunus 'alaihissalam bertaubat.
Ketika itu, kaum Yunus telah mengetahui, bahwa Nabi Yunus telah pergi meninggalkan mereka sehingga mereka yakin adzab akan turun dan bahwa Yunus adalah seorang nabi, maka mereka segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kembali kepada-Nya, dan menyesali sikap mereka.
Ketika itu, kaum lelaki, wanita, dan anak-anak menangis karena takut adzab menimpa mereka, dan mereka berdoa dengan suara keras kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar adzab itu diangkat dari mereka. Saat Allah melihat jujurnya taubat mereka, maka Dia menghilangkan adzab itu dari mereka serta menjauhkannya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS. Yunus: 98)
Nabi Yunus meninggalkan umatnya lalu ditelan ikan besar.
Setelah peristiwa itu, Yunus tetap meninggalkan kampung kaumnya karena marah padahal Allah belum mengizinkannya, maka Yunus pergi ke tepi laut dan menaiki kapal. Pada saat Yunus berada di atas kapal, maka ombak laut menjadi dahsyat, angin menjadi kencang dan membuat kapal menjadi oleng hingga hampir saja tenggelam.
Oleh ketika itu, kapal yang ditumpangi membawa barang-barang yang berat, lalu sebagiannya dilempar ke laut untuk meringankan beban. Tetapi ternyata, kapal itu tetap saja oleng hampir tenggelam, maka para penumpangnya bermusyawarah untuk meringankan beban kapal dengan melempar seseorang ke laut, maka mereka melakukan undian dan ternyata undian itu jatuh kepada diri Yunus, tetapi mereka tidak mau jika Yunus harus terjun ke laut, maka undian pun diulangi lagi, dan ternyata jatuh kepada Yunus lagi, hingga undian itu dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya tetap sama. Maka Yunus bangkit dan melepas bajunya, kemudian melempar dirinya ke laut.
Pada saat yang bersamaan, Allah telah mengirimkan ikan besar kepadanya dan mengilhamkan kepadanya untuk menelan Yunus dengan tidak merobek dagingnya atau mematahkan tulangnya, maka ikan itu melakukannya. Ia menelan Nabi Yunus ke dalam perutnya tanpa mematahkan tulang dan merobek dagingnya, dan Yunus pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan oleh ikan itu. Ketika Yunus mendengar ucapan tasbih dari kerikil di bawah laut, maka di kegelapan itu Yunus berdoa, hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala,
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”–Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiyaa’: 87-88)
Nabi Yunus 'alaihissalam dikeluarkan dari perut ikan.
Setelah Nabi Yunus 'alaihissalam berdo'a, kemudian Allah memerintahkan ikan itu memuntahkan Yunus ke pinggir pantai, lalu Allah tumbuhkan di sana sebuah pohon sejenis labu yang memiliki daun yang lebat yang dapat menaungi Nabi Yunus dan menjaganya dari panas terik matahari. Allah Ta’ala berfirman,
“Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.– Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.” (QS. ash-Shaaffaat: 145-146)
Ketika Yunus dimuntahkan dari perut ikan. Lalu Allah menumbuhkan pohon sejenis labu, dimana ia dapat berteduh dengannya dan makan darinya. Selanjutnya pohon itu kering, lalu Yunus menangis karena keringnya pohon itu. Kemudian Allah berfirman kepadanya, “Apakah kamu menangis karena pohon itu kering. Namun kamu tidak menangis karena seratus ribu orang atau lebih yang ingin engkau binasakan.”
Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Yunus agar kembali kepada kaumnya untuk memberitahukan mereka, bahwa Allah Ta’ala telah menerima taubat mereka dan telah ridha kepada mereka. Maka Nabi Yunus ‘alaihissalam melaksanakan perintah itu, ia pergi mendatangi kaumnya dan memberitahukan kepada mereka wahyu yang diterimanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kaumnya pun telah beriman dan Allah memberikan berkah kepada harta dan anak-anak mereka, sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya,
“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.–Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS. ash-Shaaffaat: 147-148)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga memuji Nabi Yunus ‘alaihissalam dalam sabdanya,
Beliau mengucapkan demikian karena tawadhunya. Ada pula yang berpendapat, bahwa beliau mengucapkan demikian karena sebelumnya tidak mengetahui bahwa dirinya lebih utama di atas para nabi yang lain. Ada pula yang berpendapat, bahwa beliau mengucapkan demikian untuk menghindari adanya sikap orang bodoh yang merendahkan martabat Nabi Yunus karena kisah yang disebutkan dalam Alquran, wallahu a’lam.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Yunus‘ailaihissalam dalam Alquran, Dia berfirman,
“Dan Ismail, Alyasa’, Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya).” (QS. Al An’aam: 86)
Nabi Muhammad saw berkata: "Janganlah kalian membanding-bandingkan aku atas Yunus bin Mata." Mereka menamakannya Yunus, Dzun Nun, dan Yunan. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia yang diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya. Beliau menasihati mereka dan membimbing mereka ke jalan kebenaran dan kebaikan; beliau mengingatkan mereka akan kedahsyatan hari kiamat dan menakut-nakuti mereka dengan neraka dan mengiming-imingi mereka dengan surga; beliau memerintahkan mereka dengan kebaikan dan mengajak mereka hanya menyembah kepada Allah SWT.
Doa Nabi Yunus AS.
Nabi Yunus senantiasa menasihati kaumnya namun tidak ada seorang pun yang beriman di antara mereka. Datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus di mana beliau merasakan keputusasaan dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan marah pada mereka namun mereka tidak beriman. Kemudian beliau keluar dalam keadaan marah dan menetapkan untuk meninggalkan mereka. Allah SWT menceritakan hal itu dalam firman-Nya: "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. al-Anbiya': 87)
Tidak ada seorang pun yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi Yunus selain Allah SWT. Nabi Yunus tampak terpukul dan marah pada kaumnya. Dalam keadaan demikian, beliau meninggalkan kaumnya. Beliau pergi ke tepi laut dan menaiki perahu yang dapat memindahkannya ke tempat yang lain. Allah SWT belum mengeluarkan keputusan-Nya untuk meninggalkan kaumnya atau bersikap putus asa dari kaumnya. Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak mungkin menurunkan hukuman kepadanya karena ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus seakan-akan lupa bahwa seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya hanya berdakwah di jalan Allah SWT dan menyerahkan sepenuhnya masalah keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Allah SWT semata.
Terdapat perahu yang berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak akan tenggelam. Ombak memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan. Nabi Yunus melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang dilakukan. Tiba-tiba datanglah ombak besar yang memukul ikan itu dan menyebabkan ikan itu berbenturan dengan batu. Melihat kejadian ini, Nabi Yunus merasakan kesedihan. Nabi Yunus berkata dalam dirinya: "Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat. Kemudian Nabi Yunus mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana beliau meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan beliau bertambah.
Nabi Yunus pun menaiki perahu dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak mengetahui bahwa beliau lari dari ketentuan Allah SWT menuju ketentuan Allah SWT yang lain; beliau tidak membawa makanan dan juga kantong yang berisi bawaan atau perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari teman-temannya yang menemaninya; beliau benar-benar sendirian; beliau melangkahkan kakinya di atas permukaan perahu.
Si nahkoda perahu bertanya kepadanya: "Apa yang engkau inginkan?" Mendengar pertanyaan itu, Nabi Yunus pun bangkit: "Saya ingin untuk bepergian dengan perahu-perahu kalian. Apakah kita berlayar dalam waktu yang lama?" Nabi Yunus menampakkan suara yang penuh kemarahan, rasa takut, dan kegelisahan. Nahkoda itu berkata sambil mengangkat kepalanya: "Kita akan berlayar meskipun air tampak sedang pasang." Nabi Yunus berkata dengan mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: "Tidakkah engkau mendahului agar jangan sampai pasang itu terjadi wahai tuanku?" Si nahkoda berkata: "Laut kita biasanya terkena pasang, maka ia akan segera mereda ketika melihat seorang musafir yang mulia." Yunus bertanya: "Aku akan pergi bersama kalian dan berapa ongkos perjalanan?" Si nahkoda menjawab: "Kami tidak menerima ongkos selain emas." Yunus berkata: "Tidak jadi masalah."
Nahkoda itu memperhatikan Nabi Yunus. Ia adalah seorang yang berpengalaman di mana ia sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang lelaki yang mampu menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu merasakan dan mengetahui bahwa Nabi Yunus lari dari sesuatu. Nahkoda itu membayangkan bahwa Nabi Yunus melakukan suatu kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan kepada pelakunya kecuali jika pelakunya seorang yang bangkrut. Ia meminta kepada Nabi Yunus untuk membayar ongkos sebanyak tiga kali lipat dari vang biasa dibayar musafir. Nabi Yunus saat itu merasakan kesempitan dalam dadanya dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan keinginan kuat untuk meninggalkan negerinya sehingga ia pun memberikan apa yang diminta oleh si nahkoda.
Nahkoda itu memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan ia menggigit sebagaiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan emas yang palsu namun ia tidak menemukannya. Nabi Yunus hanya berdiri menyaksikan semua itu sementara dadanya tampak terombang-ambing: terkadang naik dan terkadang turun laksana ayunan. Nabi Yunus berkata: "Tuanku tentukan bagiku kamarku. Aku tampak letih dan ingin istirahat sebentar." Si nahkoda berkata: "Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu kamarmu," sambil ia menunjuk dengan tangannya. Kemudian Nabi Yunus membaringkan diri di atas kasur dan beliau berusaha untuk tidur tetapi usahanya itu sia-sia. Adalah gambar ikan kecil yang hancur berbenturan dengan batu menyebabkan beliau tidak dapat tidur dengan tenang. Nabi Yunus merasakan bahwa atap kamar akan jatuh menimpa dirinya. Akhirnya, Nabi Yunus tidur di atas kasurnya di mana kedua bola matanya berputar-putar di atas atap kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah itu tidak menemukan tempat perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan atapnya dan sisi-sisinya tampak semuanya akan runtuh. Nabi Yunus pun mulai mengeluh dan berkata: "Demikian juga hatiku yang tergantung dalam jiwaku."
Demikianlah, terjadi suatu pergulatan penderitaan yang hebat dalam diri Nabi Yunus saat ia terbaring di atas ranjangnya. Penderitaan yang keras cukup memberatkannya sehingga beliau pun bangkit kembali dari tempat tidurnya tanpa sebab yang dapat dipahami. Dan tibalah waktu pasang. Perahu melemparkan tali-talinya. Kemudian perahu itu berjalan sepanjang siang dan ia memecah airnya dengan tenang, dan angin pun bertiup padanya dengan sangat lembut dan baik. Lalu kegelapan menyelimuti perahu itu dan tiba-tiba lautan pun berubah. Bertiuplah angin yang cukup kencang yang sangat mengerikan yang nyaris menghancurkan perahu dan bergolaklah ombak yang cukup dahsyat laksana orang yang kehilangan akalnya. Ombak itu meninggi bagaikan gunung dan menurun bagaikan lembah.
Mulailah gelombang ombak menyapu permukaan perahu sehingga para awak perahu itu pun mulai terkena air. Dan di belakang perahu itu terdapat ikan paus yang besar yang mulai mengintai. Ia membuka mulutnya. Kemudian terdapat perintah kepada ikan paus itu untuk bergerak menuju permukaan laut. Ikan paus itu menaati perintah dari Allah SWT dan ia segera menuju permukaan laut. Ia mulai mengikuti perahu itu sebagaimana perintah yang diterimanya. Angin yang keras tetap bertiup kemudian kepala perahu mengisyaratkan dengan tangannya agar beban perahu dikurangi. Dan angin semakin bertiup kencang. Sementara itu, Nabi Yunus merasakan ketakutan. Dalam tidurnya beliau melihat segala sesuatu berguncang di kamarnya. Beliau berusaha berdiri tegak, tetapi tidak mampu. Kemudian kepala perahu berteriak dan berkata: "Sungguh angin kencang bertiup tidak seperti biasanya. Bersama kita seseorang lelaki yang salah sehingga karenanya angin ini bertiup dengan kencang. Kita akan melakukan undian pada semua awak. Barangsiapa yang namanya keluar kami akan membuangnya ke lautan."
Nabi Yunus mengetahui bahwa ini adalah tradisi dari tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh awak perahu jika mereka menghadapi angin yang keras. Tetapi saat itu beliau terpaksa harus meng-ikutinya. Episode penderitaan Nabi Yunus akan dimulai. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia tetapi harus tunduk pada hukum ala berhala yang menganggap bahwa lautan mempunyai tuhan. Dengan kepercayaan itu, mereka meyakini bahwa bertiupnya angin yang kencang akibat murka dari tuhan. Oleh karena itu, harus diadakan upaya untuk menenangkan dan memuaskan tuhan-tuhan yang mereka yakini itu. Nabi Yunus pun terpaksa mengikuti undian itu. Nama beliau dimasukkan bersama dengan nama penumpang lainya, dan dilakukanlah undian. Yang keluar justru namanya. Lalu diadakan undian yang kedua, dan kali ini pun yang keluar nama Nabi Yunus. Akhirnya, diadakan undian yang ketiga. Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus. Kemudian ditetapkan bahwa Nabi Yunus harus dibuang ke lautan. Saat itu para awak penumpang memperhatikan Nabi Yunus. Nabi Yunus mengetahui bahwa beliau berbuat kesalahan ketika meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Nabi Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak akan menurunkan hukuman padanya. Namun ia dianggap salah karena meninggalkan kaumnya tanpa izin-Nya. Allah SWT memberikan pelajaran kepadanya.
Nabi Yunus berdiri di samping perahu dan melihat lautan yang dipenuhi dengan ombak yang mengerikan. Dunia saat itu gelap dan di sana tidak ada cahaya bulan. Bintang-bintang bersembunyi di balik kegelapan. Warna air tampak gelap dan hawa dingin menembus tulang. Alhasil, air menutupi segala sesuatu. Kemudian nahkoda perahu berteriak: "Lompatlah wahai musafir yang misterius." Tiupan angin semakin kencang. Nabi Yunus berusaha menjaga keseimbangannya, dan beliau menampakkan keberaniannya saat ingin terjun ke lautan. Nabi Yunus pun terjun dan berada di permukaan lautan laksana sampang yang mengambang. Ikan paus berada di depannya. Ikan itu mulai tersenyum karena Allah SWT telah mengirim padanya makanan malam. Kemudian ikan itu menangkap Nabi Yunus di tengah-tengah ombak. Kemudian ikan itu kembali ke dasar lautan. Ikan itu kembali dalam keadaaan puas setelah memenuhi perutnya.
Nabi Yunus sangat terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut ikan. Ikan itu membawanya ke dasar lautan dan lautan membawanya ke kegelapan malam. Tiga kegelapan: kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan malam. Nabi Yunus merasakan bahwa dirinya telah mati. Beliau mencoba menggerakan panca inderanya dan anggota tubuhnya masih bergerak. Kalau begitu, beliau masih hidup. Beliau terpenjara dalam tiga kegelapan.
Yunus mulai menangis dan bertasbih kepada Allah. Beliau mulai melakukan perjalanan menuju Allah saat beliau terpenjara di dalam tiga kegelapan. Hatinya mulai bergerak untuk bertasbih kepada Allah, dan lisannya pun mulai mengikutinya. Beliau mengatakan: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah. Wahai Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." (QS. Hud: 87)
Ketika terpenjara di perut ikan, beliau tetap bertasbih kepada Allah SWT. Ikan itu sendiri tampak kelelahan saat harus berenang cukup jauh. Kemudian ikan itu tertidur di dasar lautan. Sementara itu, Nabi Yunus masih bertasbih kepada Allah SWT. Beliau tidak henti-hentinya bertasbih dan tidak henti-hentinya menangis. Beliau tidak makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Beliau berpuasa dan berbuka dengan tasbih. Ikan-ikan yang lain dan tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang hidup di dasar lautan mendengar tasbih Nabi Yunus. Tasbih itu berasal dari perut ikan paus ini. Kemudian semua makhluk-makhluk itu berkumpul di sekitar ikan paus itu dan mereka pun ikut bertasbih kepada Allah SWT. Setiap dari mereka bertasbih dengan caranya dan bahasanya sendiri.
Ikan paus yang memakan Nabi Yunus itu terbangun dan mendengar suara-suara tasbih begitu riuh dan gemuruh. Ia menyaksikan di dasar lautan terjadi suatu perayaan besar yang dihadiri oleh ikan-ikan dan hewan-hewan lainya, bahkan batu-batuan dan pasir semuanya bertasbih kepada Allah SWT dan ia pun tidak ketinggalan ikut serta bersama mereka bertasbih kepada Allah SWT. Dan ia mulai menyadari bahwa ia sedang menelan seorang Nabi. Ikan paus itu merasakan ketakutan tetapi ia berkata dalam dirinya mengapa aku takut? Bukankah Allah SWT yang memerintahkan aku untuk memakannya. Nabi Yunus tetap tinggal di perut ikan selama beberapa waktu yang kita tidak mengetahui batasannya. Selama itu juga beliau selalu memenuhi hatinya dengan bertasbih kepada Allah SWT dan selalu menampakkan penyesalan dan menangis: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." Allah SWT melihat ketulusan taubat Nabi Yunus. Allah SWT mendengar tasbihnya di dalam perut ikan. Kemudian Allah SWT menurunkan perintah kepada ikan itu agar mengeluarkan Yunus ke permukaan laut dan membuangnya di suatu pulau yang ditentukan oleh Allah SWT.
Ikan itu pun menaati perintah Ilahi. Tubuh Nabi Yunus merasakan kepanasan di perut ikan. Beliau tampak sakit, lalu matahari bersinar dan menyentuh badannya yang kepanasan itu. Beliau berteriak karena tidak kuatnya menahan rasa sakit namun beliau mampu menahan diri dan kembali bertasbih. Kemudian Allah SWT menumbuhkan pohon Yaqthin, yaitu pohon yang daun-daunnya lebar yang dapat melindungi dari sinar matahari. Dan Allah SWT menyembuhkannya dan mengampuninya. Allah SWT memberitahunya bahwa kalau bukan karena tasbih yang diucapkannya niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari kiamat.
Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya Yunus beriar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ihan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. ash-Shaffat: 139-148).
Qur'an, Murattal Al Qur'an
Tafsir Surat Ash-Shaffat, ayat 139-148
{وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (139) إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (140) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (141) فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142) فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144) فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ (145) وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ (146) وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ (147) فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (148) }
Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.
Dalam surat Al-Anbiya telah disebutkan bahwa kisah Nabi Yunus a.s.
Dan di dalam Kitab Sahihan disebutkan, bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda:
"مَا يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ: أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ متَّى ونَسَبَه إِلَى أُمِّهِ"
Tidaklah layak bagi seseorang bila mengatakan bahwa aku ini lebih baik daripada Yunus ibnu Mata. Nisbatnya itu kepada ibunya
dan menurut pendapat lain dinisbatkan kepada ayahnya.
Firman Allah SWT :
{إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ}
(ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. (Ash-Shaffat: 140)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa al-masyhun artinya yang sarat dan penuh dengan muatan.
{فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ}
kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (Ash-Shaffat: 141)
Yakni terkalahkan dalam undian tersebut. Demikian itu karena perahu yang ditumpanginya keberatan muatan hingga hampir tenggelam dan ombak laut masuk ke dalam perahu itu dari semua sisinya. Kemudian mereka mengadakan undian, dengan ketentuan bahwa barang siapa yang namanya keluar dari undian tersebut, maka ia harus dilemparkan ke laut agar beban perahu tidak terlalu berat. Ternyata undian tersebut jatuh kepada Nabi Yunus a.s. sekalipun diulang tiga kali, karena mereka tidak suka bila beliau dilemparkan ke laut. Akhirnya Nabi Yunus terpaksa melepaskan bajunya untuk menceburkan dirinya ke laut. Sekalipun mereka mencegahnya.
Kemudian Allah Swt.memerintahkan kepada ikan besar (ikan paus) dari laut hijau untuk membelah laut dan pergi ke tempat Nabi Yunus berada, lalu menelannya, tetapi tidak boleh melukai dagingnya, dan tidak boleh pula mematahkan tulangnya.
Ikan besar itu telah berada di tempat saat Nabi Yunus menceburkan dirinya ke laut, lalu ia langsung menelannya dan membawanya pergi mengelilingi semua laut.
Ketika Nabi Yunus telah berada di dalam perut ikan, ia mengira bahwa dirinya telah mati. Lalu ia gerakkan kepala dan kedua kakinya serta semua anggota tubuhnya, ternyata dirinya masih hidup. Kemudian ia berdiri dan salat di dalam perut ikan; dan di antara doa yang diucapkannya ialah ''Ya Tuhanku, aku jadikan untuk menyembahmu sebuah masjid di suatu tempat yang tidak dapat dicapai oleh seorang manusia pun."
Para ulama berselisih pendapat tentang lamanya masa Nabi Yunus berada di dalam perut ikan besar itu. Suatu pendapat mengatakan tiga hari, ini menurut Qatadah. Ada yang menyebutkan tujuh hari, ini menurut Ja'far As-Sadiq r.a. Dan menurut pendapat lainnya empat puluh hari, ini menurut Abu Malik.
Mujahid telah meriwayatkan dari Asy-Sya'bi, bahwa Nabi Yunus ditelan oleh ikan besar di waktu pagi hari, dan dikeluarkan darinya pada petang hari. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang lamanya dia berada di dalam perut ikan. Di dalam syair Umayyah ibnu Abus Silt disebutkan:
وَأنْتَ بفَضلٍ منْكَ نَجَّيتَ يُونُسًا ... وَقَدْ بَاتَ فِي أضْعَاف حُوتٍ ليَالِيا
Engkau telah menyelamatkan Yunus berkat karunia dari-Mu, padahal dia telah tinggal di dalam perut ikan itu setelah beberapa malam.
Firman Allah SWT :
{فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ}
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (Ash-Shaffat : 143-144)
Menurut suatu pendapat sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa sekiranya dia tidak pernah mengerjakan amal saleh di masa sukanya. Demikianlah menurut takwil yang dikemukakan oleh Ad-Dahhak ibnu Qais Abul Aliyah, Wahb ibhu Munabbih, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan memang ada hadis yang menerangkan hal tersebut yang akan kami kemukakan, insya Allah, dapat dijadikan sebagai dalil jika memang predikatnya sahih. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan :
Ibnu Abbas r.a., Said ibnu Jubair,Ad-Dahhak, Ata ibnus Sa'ib As-Saddi, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. (Ash-Shaffat: 143) Yakni orang-orang vang salat: sebagian dari mereka menyebutkan bahwa memang Yunus sebelum itu termasuk orang yang rajin mengerjakan salat. Dan sebagian lainnya mengatakan bahwa dia memang termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah sejak masih berada di dalam perut ibunya.
Pendapat yang lain mengatakan: Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. (Ash-Shaffat: 143) Bahwa yang dimaksud adalah apa yang dijelaskan oleh firman-Nya dalam ayat lainnya, yaitu: maka ia menyeru dalam tempat yang sangat gelap, "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 87-88)
Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan lain-lainnya
Bahwa Nabi Yunus ketika merasa yakin bahwa dirinya harus mengucapkan doa-doa berikut saat berada di dalam perut ikan besar, yaitu: "Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya.” Maka doanya itu menghadap dan merintih di bawah 'Arasy. Para malaikat berkata, "Ya Tuhan kami ini adalah suara yang lemah, tetapi dikenal datang dari tempat yang jauh lagi terasing.” Allah Swt. berfirman, "Tidakkah kalian mengenalnya?” Para malaikat berkata, "Ya Tuhan kami, suara siapakah ini?” Allah Swt. berfirman, "Ini suara hamba-Ku Yunus.” Mereka berkata, "Hamba-Mu Yunus, yang sampai sekarang masih terus-menerus diangkat baginya amal yang diterima dan doa yang diperkenankan.” Para malaikat berkata lagi, "Ya Tuhan kami, tidakkah Engkau mengasihaninya atas apa yang telah dikerjakannya di masa sukanya, maka Engkau selamatkan dia dari cobaan ini.” Allah berfirman, "Baiklah.” Lalu Allah memerintahkan kepada ikan besar itu (untuk mengeluarkannya), maka ikan besar itu mencampakkannya di padang sahara.
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Yunus, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim menambahkan bahwa Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Qasit, dan aku menceritakan hadis ini, bahwa ia mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Yunus dimuntahkan oleh ikan besar itu ke padang sahara. Dan Allah menumbuhkan buah labu di padang itu. Ketika kami bertanya kepada Abu Hurairah tentang buah tersebut, maka Abu Hurairah menjawab bahwa yang dimaksud adalah buah pohon labu.
Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa Allah menyediakan baginya kambing betina liar yang makan dari serangga tanah, lalu kambing liar itu memberinya air minum dari air susunya setiap pagi dan petang hingga Nabi Yunus dapat berdiri dan segar kembali.
Sehubungan dengan kisah ini Umayyah ibnu Abus Silt mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
Kisah lainnya telah disebutkan pula di dalam hadis Abu Hurairah r.a. yang disandarkan dan di-marfu'-kan (sampai kepada Nabi Saw.), yaitu dalam tafsir surah Al-Anbiya.
Firman Allah SWT :
Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan al'ara ialah tanah tandus yang tidak ada tetumbuhan dan tidak ada pula bangunannya. Menurut suatu pendapat, tanah tersebut terletak di pinggir Sungai Tigris. Dan menurut pendapat lain adalah suatu tanah yang terletak di negeri Yaman; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Yaitu lemah sekali tubuhnya. Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa tubuh Nabi Yunus saat itu tak ubahnya seperti itik yang masih belum tumbuh bulunya (yaitu baru menetas). As-Saddi mengatakan bahwa keadaan Nabi Yunus saat itu mirip dengan bayi yang baru lahir. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. dan Ibnu Zaid.
Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Wahb ibnu Munabbih, Hilal ibnu Yusaf, Abdullah ibnu Tawus, As-Saddi, Qatadah, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon labu.
Hasyim telah meriwayatkan dari Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa setiap pohon yang tidak memiliki batang dinamakan yaqtin (labu).
Menurut riwayat lain yang bersumber darinya, setiap pohon yang dikonsumsi dalam sekali tanam dinamakan yaqtin.
Sebagian di antara mereka menyebutkan beberapa keistimewaan dari buah labu ini antara lain cepat pertumbuhannya, rindang pohonnya, besar, dan lembut buahnya. Buah labu tidak pernah dihinggapi oleh lalat, buahnya terasa enak dan dapat dimakan baik dalam keadaan mentah maupun dimasak, berikut kulitnya. Telah disebutkan pula dalam hadis bahwa Rasulullah Saw. Menyukai buah labu dan mencari-carinya di pinggir-pinggir piring (bila sedang makan).
Firman Allah SWT :
Syahr ibnu Hausyab telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa sesungguhnya diutusnya Nabi Yunus a.s. itu hanyalah sesudah ia dimuntahkan oleh ikan besar yang menelannya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Syahr ibnu Hausyab.
Ibnu AbuNajih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Yunus diutus kepada mereka sebelum ditelan oleh ikan besar.
Menurut hemat kami, tidaklah mustahil bila orang-orang yang dahulu Yunus a.s. diutus kepada mereka pada mulanya, memerintahkan kepadanya untuk kembali kepada mereka setelah dikeluarkan oleh ikan besar, lalu mereka semua membenarkannya dan beriman kepadanya.
Al-Bagawi mengatakan dalam riwayat yang diutarakannya, bahwa Yunus diutus kepada umat lainnya sesudah dikeluarkan dari perut ikan besar; jumlah mereka seratus ribu orang atau lebih.
Firman Allah SWT :
Ibnu Abbas dalam suatu riwayat yang bersumber darinya menyebutkan, bahkan lebih dari seratus ribu orang, jumlah mereka adalah seratus tiga puluh ribu orang. Riwayat lain yang bersumber darinya menyebutkan seratus tiga puluh ribu orang lebih beberapa ribu. Menurut riwayat lainnya lagi yang bersumberkan darinya adalah seratus empat puluh ribu lebih beberapa ribu orang; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Sa'id ibnu Jubair menyebutkan lebih dari tujuh puluh ribu orang, yakni seratus tujuh puluh ribu orang.
Makhul mengatakan bahwa jumlah mereka seratus sepuluh ribu orang, menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Ali ibnu Hujr, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Zuhair, dari seorang lelaki, dari Abdul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b dengan lafaz yang sama. Lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hadis ini melalui hadis Zuhair dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian ahli bahasa Arab dan kalangan penduduk Basrah mengatakan sehubungan dengan ungkapan ini bahwa yang dimaksud ialah sampai seratus ribu orang, atau jumlah me'reka lebih dari itu menurut kalian. Karena itu, Ibnu Jarir menempuh cara yang sama saat menafsirkan firman-Nya:
Dan firman Allah SWT :
Makna yang dimaksud ialah tidak kurang dari itu, bahkan lebih.
Firman Allah SWT :
Lalu berimanlah seluruh kaum Nabi Yunus AS.
Yakni sampai dengan waktu ajal mereka, seperti pengertian yang terdapat pada ayat lain melalui firman-Nya:
"Dan (ingatlah kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu mereka menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang-orang yang lalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. al-Anbiya': 87-88)
Kita sekarang ingin membahas masalah yang menurut ulama disebut sebagai dosa Nabi Yunus. Apakah Nabi Yunus melakukan suatu dosa dalam pengertian yang hakiki, dan apakah para nabi memang berdosa? Jawabannya adalah: Para nabi adalah orang-orang yang maksum tetapi kemaksuman ini tidak berarti bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang menurut Allah SWT itu pantas mendapatkan celaan (hukuman). Jadi masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang dekat dengan Allah SWT: Kebaikkan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT). Ini memang benar. Sekarang, marilah kita amati kasus Nabi Yunus. Beliau meninggalkan desanya yang banyak dipenuhi oleh orang-orang vang menentang. Seandainya ini dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh selain Nabi Yunus maka hal itu merupakan suatu kebaikan dan karenanya ia diberi pahala. Sebab, ia berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada mereka. Seharusnya ia menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT dan ia tidak peduli dengan hasil dakwahnya. Tugas beliau hanya sekadar menyampaikan agama. Keluarnya beliau dari desa itu dalam kacamata para nabi adalah hal yang mengharuskan datangnya pelajaran dari Allah SWT dan hukuman-Nya padanya.
Allah SWT memberikan suatu pelajaran kepada Yunus dalam hal dakwah di jalan-Nya. Allah SWT mengutusnya hanya untuk berdakwah. Inilah batasan dakwahnya dan beliau tidak perlu peduli dengan kaumnya yang tidak mengikutinya dan karena itu beliau tidak harus menjadi sedih dan marah. Nabi Luth tetap tinggal di kaumnya meskipun selama bertahun-tahun berdakwah beliau tidak mendapati seorang pun beriman. Meskipun demikan, Nabi Luth tidak meninggalkan mereka. Ia tidak lari dari keluarganya dan dari desanya. Beliau tetap berdakwah di jalan Allah SWT sehingga datang perintah Allah SWT melalui para malaikat-Nya yang mengizinkan beliau untuk pergi. Saat itulah beliau pergi. Seandainya beliau pergi sebelumnya niscaya beliau akan mendapatkan siksaan seperti yang diterima oleh Nabi Yunus. Jadi, Nabi Yunus keluar tanpa izin. Lalu perhatikan apa yang terjadi pada kaumnya. Mereka telah beriman setelah keluamya Nabi Yunus.
Allah SWT berfirman :
"Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yang tertentu." (QS. Yunus: 98)
Yunus · Ayat 98 :
Tafsir Wajiz / Tafsir Tahlili :
Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa orang-orang yang memilih tidak menerima kebenaran, maka mereka tidak akan beriman sebelum mereka merasakan azab yang pedih. Lalu dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah seolah menyayangkan hal tersebut dengan menyatakan, “Maka mengapa tidak ada penduduk suatu negeri pun yang beriman, sebelum datangnya azab kepada mereka, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Nabi Yunus? Ketika mereka yakni kaum Nabi Yunus beriman dan bertobat dari dosa-dosa mereka, maka Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu, yakni datangnya ajal mereka.
Demikianlah, desa Nabi Yunus beriman. Seandainya ia tetap tinggal bersama mereka niscaya ia akan mengetahuinya dan hatinya menjadi tenang serta kemarahannya akan menjadi hilang. Tampaknya beliau tergesa-gesa dan tentu sikap tergesa-gesa ini berangkat dari keinginannya agar manusia beriman. Usaha Nabi Yunus untuk meninggalkan mereka adalah sebagai ungkapan kebenciannya kepada mereka atas ketidakimanan mereka. Maka Allah SWT menghukumnya dan mengajarinya bahwa tugas seorang nabi hanya menyampaikan agama. Seorang nabi tidak dibebani urusan keimanan manusia; seorang nabi tidak bertanggung jawab atas pengingkaran manusia; dan seorang nabi tidak dapat memberikan hidayah (petunjuk) kepada mereka.
Yunus AS. Lari Dari Tanggung Jawab.
Dalam surat ash-Shafat[37]: 139-148, Allah swt. menceritakan kisah nabi Yunus as. secara lebih rinci. Sekalipun cerita yang sama juga ditemukan dalam ayat laia seperti surat al-Qalam [68]: 48-49. Kisah dalam surat ash-Shafat tersebut seperti terlihat dalam ayat berikut;
وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ(139)إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ(140)فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ(141)فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ(142)فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ(143)لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ(144)فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ(145)وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ(146)وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ(147)فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ(148)
Artinya: “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul (139). (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan (140). kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian (141). Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela (142). Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah (143). niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit (144). Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit (145). Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu (146). Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih (147). Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu (148).”
Dalam ayat di atas, diceritakan bahwa nabi Yunus as. diutus ke suatu negeri untuk mengajak penduduknya beriman kepada Allah. Akan tetapi, nabi Yunus dihadapkan pada masyarakat pembangkang dan keras kepala yang membuat nabi Yunus as. berputus asa. Pembangkangan kaumnya, membuat nabi Yunus memilih pergi dan meninggalkan kewajiban dakwahnya, mangajak manusia bertauhid dan mengesakan Allah.
Maka sampailah nabi Yunus as. ke tepi sebuah dermaga dan mendapati sebuah kapal yang penuh sesak dan siap berlayar menuju laut lepas. Nabi Yunus pun memutuskan untuk menumpang kapal tersebut. Akan tetapi, di tengah lautan kapal tersebut dihadang oleh seekor ikan paus yang sangat besar. kapalpun terombang ambing dan hampir karam. Demi menyelamatkan seluruh penumpang, akhirnya para penumpang sepakat untuk mengadakan undian tantang siapa yang akan dibuang ke dalam untuk menjadi tumbal dan santapan ikan paus. Sehingga, semua penumpang kapal bisa selampat dari ancaman ikan paus tersebut.
Semua penumpang mengikuti undian, termasuk Nabi Yunus AS. wal hasil, setelah beberapa kali diundi, nama yang keluar untuk diceburkan ke dalam laut adalah Nabi Yunsu AS. Diapun dicampakan ke dalam laut sebagai santapan ikan paus. Begitu sampai di dalam laut, ikan pauspun langsung menelannya. Sehingga, nabi Yunus berada di dalam perut ikan selama berhari-hari dalam sebuah riwayat disebutkan selama empat puluh hari.
Di dalam perut ikan, Nabi Yunus menyadari kesalahannya. Dia telah meninggalkan kewajibannya sebagai rasul Allah. Diapun bertaubat kepada Allah, dan Allah pun menerima taubatnya. Atas bantuan Allah swt, akhirnya ikan paus itu memuntahkan nabi Yunus ke daratan.
Nabi Yunus terdampar di sebuah daratan yang tandus, gersang dan panas. Tidak ada kehidupan dan tanamam di sana. Allah pun menumbuhkan sebatang pohon labu untuk melindungi tubuh nabi Yunus yang masih lunak. Setelah beberapa hari, nabi Yunus kembali pulih dan kembali kepada kaumnya untuk berdakwah di tengah mereka.
Dari kisah di atas, ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik. Yang paling pokok adalah, bahwa jangan pernah meninggalkan tugas dan tanggung jawab sebesar dan seberat apapun tantangan yangt dihadapi. Sebab, jika seseorang meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya, dia akan ditimpa berbagai kesulitan seperti yang terjadi pada diri nabi Yunus as. Di antara kesulitan yang akan menderanya adalah;
Pertama, dia akan kehilangan harga diri serta derajatnya akan turun. Seperti yang dialami nabi Yunus yang harus ikut undian bersama penumpang yang lain. Jika tidak seluruh penumpang kapal, pastilah ada sebagian di antara mereka yang mengenal nabi Yunus sebagai seorang nabi dan rasul Allah. Tentu mereka juga tahu, bahwa Yunus bukanlah manusia biasa. Akan tetapi, Yunus as. sekalipun seorang nabi dan rasul, dia harus mengikuti undian untuk memilih siapa di antara mereka yang harus diceburkan ke laut. Begitulah, bahwa nabi Yunus kehilangan wibawanya sebagai seorang nabi dan rasul, karena telah meninggalkan tanggung jawabnya.
Dengan demikian, tanggung jawab akan sangat menentukan harga diri dan martabat seseorang. Semakin seseorang bertanggung jawab, maka akan semakin tinggilah martabatnya, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Bukankah sering terjadi di tengah masyarakat, bahwa seorang yang masih kecil, bahkan masih dalam umur anak-anak, dipandang dan ditempatkan sebagai layaknya orang dewasa karena memiliki tanggung jawab yang besar. Sebaliknya, betapa banyak orang dewasa bahkan sudah sangat tua dalam hitungan umur dipandang dan ditempatkan sebagaimana anak-anak, karena tidak pernah memiliki tangggung jawab dalam hidupnya.
Kedua, yang meninggalkan tugas dan tangung jawab, akan selalu kalah dalam persaingan hidup. Seperti nabi Yunus yang selalu kalah dalam setiap undian. Adalah hal yang sudah berlaku umum, bahwa seorang yang tidak bertanggung jawab dengan tugas dan kewajibannya, akan menderia kekalahan demi kekalahan dalam persaingan hidupnya.
Ketiga, tidak cukup hanya akan menderita kekalahan demi kekalahan, bahkan yang lari dari tangung jawab akan dimangsa “paus” kehidupan. Dunia ibaratnya adalah ikan paus yang sangat ganas. Ia akan menelan setiap mangsa yang kalah dalam persaingan hidup, salah satunya adalah manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab dengan dirinya.
Keempat, andaikata dia selamat dari terkaman “paus” kehidupan ini, dia akan tercampak ke tanah yang tandus, gersang dan sulit dan dalam keadaan sakit seperti yang dialami nabi Yunus as. Seorang yang tidak bertanggung jawab dengan kewajibannya, akan hidup di tempat yang penuh penderitaan. Karena, yang akan bahagia dalam hidupnya adalah manusia yang selalu memenuhi seluruh kewajibannya dengan tanggung jawab yang tinggi.
Ada hal yang manarik untuk kita cermati dari kisah nabi Yunus di atas. Kenapa Allah menumbuhkan pohon labu untuk melindungi tubuh nabi Yunus ?
Bukankah masih banyak pohon lain yang lebih besar atau bahkan lebih rindang daunnya daripada pohon labu ?
Ada tujuan khusus kenapa Allah menumbuhkna pohon labu di dekat nabi Yunus. Karena, melalui tanaman ini Allah ingin mengajar nabi Yunus tentang arti sebuah tanggung jawab. Allah seakan memerintahkan, “Hai Yunus! Lihatlah kehidupan tanaman ini, karena dengan memperhatikannya engkau akan mendapat sebuah pelajaran berharga”.
Ada beberapa hal yang istimewa dari pohon labu, di antaranya :
1. Pohon labu sebenaranya bukanlah tanaman yang tergolong jenis pohon, namun ia tanaman dari jenis akar. Akan tetapi, Allah menyebutnya sebagai pohon (Syajarat). Labu disebut pohon walaupun ia bukan jenis pohon salah satunya dikarenakan bahwa ia memiliki buah yang besar. Coba bandingkan dengan pohon beringin, yang memiliki batang yang sangat besar, akar yang kokoh akan tetapi buahnya termat kecil, jauh lebih kecil dari buah tanaman labu. Melalui pohon labu, Allah ingin mengatakan kepada nabi Yunus as. bahwa tanggung jawab yang besar akan menjadikan seseorang memiliki kedudukan yang terhormat. Sehingga, akarpun yang hidup menjalar, karena tanggung jawab yang besar Allah berikan penghormatan dengan menyebutnya sebagai pohon.
2. Labu adalah jenis tanamam yang sangat kokoh memegang buahnya. Ia tidak akan dengan mudah mau melepaskan buahnya. Bahkan, gagang tempat buahnya bergantung lebih besar dari batang dan tubuhnya sendiri. Sehingga, jika kita menarik paksa buah labu, maka yang akan tercabut adalah batang dan akarnya bukan buahnya. Allah swt. melalui pohon labu ingin mengatakan kepada nabi Yunus tentang arti sebuah tanggung jawab, janganlah dengan mudah melepaskan diri dari tanggung jawab yang dipikul, karena nyawa adalah taruhannya.
3. Labu walaupun tumbuhan yang kecil, akan tetapi buahnya banyak dan besar. Namun demikian, ia tidak memikul tanggung jawab itu sendiri. Labu memiliki akar yang bisa mensuplai makanan kepada buahnya melalui akar-akar pembantu yang terdapat pada setiap ruas dan buku batangnya. Dengan tanaman ini Allah ingin mengajarkan kepada nabi Yunus, bahwa untuk menjalankan tanggung jawab yang besar perlu adanya kerjasama dan bantuan dari pihak lain. Sebab, jika kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan tugas dipikul sendiri, maka akan membuat seseorang menjadi stres dan putus asa.
Demikianlah pelajaran dari kisah Nabi Yunus AS. semoga bermanfaat.
Amin
Kanti Suci Project