Al-Mu'awwidzatain / Surah Al-Mu’awwidzat
Al-Mu'awwidzatain (Surah Al-Mu’awwidzat) adalah sebutan untuk dua surat terakhir dalam Al-Qur'an, yaitu Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas. Nama ini berasal dari kata "a'udzu" (aku berlindung) yang terdapat di awal kedua surat tersebut, dan memiliki makna dua perlindungan. Kedua surat ini diamalkan sebagai permohonan perlindungan kepada Allah dari berbagai kejahatan.
Surah Al-Mu’awwidzat (bahasa Arab: سورة المعوذات, translit. sūrah al-mu‘awwiżāt) adalah surat yang terdiri dari surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Surah Al-Mu’awwidzat memiliki kedudukan yang tinggi di antara surah-surah lainnya.
Di sunnahkan untuk membaca Al-Mu’awwidzat sebelum tidur. Al-Mu’awwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’ (pengobatan ala islami dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an).
Al-Mu'awwidzat (atau Al-Mu'awwidzatain) merujuk pada dua surah terakhir dalam Al-Qur'an, yaitu Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas. Kedua surah ini disebut demikian karena diawali dengan kata "qul a'udzu" (katakanlah, aku berlindung) dan memiliki makna sebagai permohonan perlindungan kepada Allah dari berbagai keburukan.
Keterangannya sebagai berikut :
1. Surah Al-Falaq.
Ayat 113 dalam Al-Qur'an, memohon perlindungan dari kejahatan segala sesuatu yang diciptakan, malam ketika gelap, sihir, dan kedengkian.
2. Surah An-Nas.
Ayat 114 dalam Al-Qur'an, memohon perlindungan dari kejahatan bisikan setan dan kejahatan manusia.
3. Manfaat dan Keutamaan.
Al-Mu'awwidzat sering dibaca untuk melindungi diri dari keburukan, seperti sebelum tidur, setelah shalat fardhu, dan untuk ruqyah (pengobatan Islami).
4. Kisah di Balik Turunnya.
Kedua surah ini diturunkan sebagai bentuk perlindungan ketika Nabi Muhammad SAW terkena sihir.
5. Secara ringkas, Al-Mu'awwidzat adalah surah-surah perlindungan yang berfungsi untuk meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan dan bahaya.
Makna dan isi :
1. Asal nama.
Kata Mu'awwidzatain diambil dari awalan kedua surat, yaitu Qul a'udzu (Katakanlah: Aku berlindung).
2. Tujuan.
Kedua surat ini berfungsi sebagai doa untuk meminta perlindungan dari segala macam kejahatan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
3. Isi Al-Falaq.
Memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan ciptaan-Nya, kegelapan malam, tukang sihir, dan kedengkian.
4. Isi An-Nas.
Memohon perlindungan dari bisikan jahat yang datang dari golongan jin dan manusia yang berbisik ke dalam hati.
Keutamaan
1. Penghafal kebaikan.
Mengamalkan Al-Mu'awwidzatain secara rutin di pagi dan petang hari dipercaya dapat memberikan perlindungan dari segala sesuatu.
2. Kesembuhan.
Pengamalan surat ini pernah menjadi sebab kesembuhan Nabi Muhammad SAW ketika beliau terkena sihir.
3. Pelindung dari kejahatan.
Membantu diri untuk terhindar dari godaan setan, hasutan jin, dan kejahatan manusia.
Al-Mu’awwidzatain adalah kumpulan surah yang terdiri dari dua surah dalam al-Quran yaitu al-Falaq dan an-Nas. Al-Mu’awwidzatain itu sendiri diambil dari awalan kedua surah tersebut yang sama-sama menggunakan kalimah A’udzu (aku berlindung). Berdasarkan Tafsir Al-Munir oleh Wahbah Al-Zuhaili, dalam surah al-Muawwidzatain terdapat kandungan isti’adzah atau permintaan perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan Iblis dan semua bala tentaranya yang menyesatkan manusia dengan menebar perasaan khawatir dan was-was pada diri mereka. Dua surah ini juga biasa digunakan Rasulullah SAW untuk meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan sihir orang Yahudi.
Pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi di dalam kitab Dala’il an-Nubuwwah. Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW pernah menderita sakit parah. Lalu datang dua malaikat yang satu duduk di samping kepala beliau dan yang satunya lagi duduk di samping kaki beliau. Lalu malaikat yang duduk di samping kaki beliau berkata kepada malaikat yang duduk di samping kepala beliau. “Apa yang dapat engkau lihat?” Ia menjawab. “Beliau terkena guna-guna.” “Guna-guna itu apa?.” Tanya dia lagi. Ia menjawab, Guna-guna itu sihir.” “Siapa yang menyihirnya?” Tanya dia lagi. Ia menjawab. Labib bin al-Ashim, seorang Yahudi. Sihirnya berupa gulungan yang tersimpan di dalam sumur keluarga si Fulan, di bawah batu besar. Datangilah ke sumur tersebut, timbalah airnya dan angkat batunya, lalu ambil gulungan tersebut dan bakarlah.”
Esok paginya Rasulullah SAW memerintahkan ‘Ammar bin Yasir dan beberapa sahabat lainnya untuk mendatangi tempat yang dimaksud. Ketika sampai di sumur tersebut, tiba-tiba Mereka melihat air sumur itu berwarna merah seperti air pacar. Maka mereka menimba airnya dan mengangkat batunya, kemudian mengeluarkan gulungan dan membakarnya. Dan di dalam gulungan tersebut terdapat tali pengikat yang terdiri dari 11 (sebelas) simpul. Berkenaan dengan peristiwa itu, maka turunlah dua surat (al-Falaq dan an-Nas) tiap kali Rasulullah SAW membacakan satu ayat, maka simpulnya terbuka.
Dalam hadits lain. Anas bin Malik berkata bahwa orang-orang Yahudi pernah membuatkan makanan bagi Rasulullah SAW setelah makanan tersebut dimakan. Beliau sakit keras, sehingga para sahabat mengira itu akibat perbuatan Yahudi tersebut. Maka turunlah malaikat Jibril dengan membawa dua surah al-Mu’awwidzatain (surah al-Falaq dan surah an-Nas). Lalu mereka memohonkan perlindungan untuk beliau dengan membaca kedua surat itu, seketika itu juga, Beliau keluar menemui para sahabatnya dalam keadaan sehat bugar (HR. Abu Nu’aim di dalam kitab ad-Dala’il.
Bacaan surah al-Mu’awwidzatain
pertama surah al-Falaq terdapat lima ayat antara lain Qul a’ụdżu birabbil-falaq (Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar)), Min syarri mā khalaq (dari kejahatan makhluk-Nya, Wa min syarri gāsiqin idżā waqab (dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita), Wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad (dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad (dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki).
Al-Falaq
Makkiyah · 5
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١
qul a‘ûdzu birabbil-falaq
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh)
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢
min syarri mâ khalaq
dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣
wa min syarri ghâsiqin idzâ waqab
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤
wa min syarrin-naffâtsâti fil-‘uqad
dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya),
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَࣖ ٥
wa min syarri ḫâsidin idzâ ḫasad
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
Kedua, terdapat di surah an-Nas sebanyak enam ayat yakni Qul a’ụdżu birabbin-nās (Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, malikin-nās (Raja manusia), ilāhin-nās (Sembahan manusia), min syarril-waswāsil-khannās (dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi), alladżī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās (yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia}, minal-jinnati wan-nās (dari (golongan) jin dan manusia). Demikianlah sebelas ayat dari dua surah yang mampu membuka gulungan dari sebelas tali simpul yang digunakan oleh orang Yahudi bernama Labib bin al-Ashim sebagai media untuk menyihir Rasulullah SAW.
An-Nas
Makkiyah · 6
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ ١
qul a‘ûdzu birabbin-nâs
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia,
مَلِكِ النَّاسِۙ ٢
malikin-nâs
raja manusia,
اِلٰهِ النَّاسِۙ ٣
ilâhin-nâs
sembahan manusia
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ ٤
min syarril-waswâsil-khannâs
dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ٥
alladzî yuwaswisu fî shudûrin-nâs
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِࣖ ٦
minal-jinnati wan-nâs
dari (golongan) jin dan manusia.”
Keutamaan Surah Al Mu’awwidzatain
Pertama. Menjaga dari Suatu Keburukan. Mengutip dari buku Keutamaan Al Qur’anul ‘Adzim oleh Ahmad Abdul Jawwad, membaca surah al Muawwidzatain dapat menjaga dari suatu keburukan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah: yang artinya “Bacalah ‘Qul huwallaahu ahad‘ (Al-Ikhlaash ) dan Al-Mu’awwidzatain (An-Naas dan Al-Falaq ) di sore hari dan pagi hari sebanyak 3 kali, niscaya engkau akan terjaga dari segala sesuatu (keburukan). “(HR. Ahmad, Tirmidzi dan Nasa’i dari ‘Abdullah bin Khubaib).
Kedua. Sebagai Bacaan Doa Dzikir Pagi dan Petang. Hal ini disandarkan berdasarkan cerita Abdullah ibnu Khubaib yang mengutip sabda Rasulullah SAW: yang artinya: “Kami keluar di suatu malam yang sedang turun hujan dan hari sangat gelap untuk mencari Nabi Muhammad SAW untuk mengimami sholat kami. Kami menjumpai beliau dan beliau bersabda, ‘Katakanlah!’ Aku tidak mengucapkan apapun, kemudian Beliau (Rasulullah) bersabda lagi, ‘Katakanlah!’ Aku tidak mengatakan sesuatu apa pun, lalu beliau bersabda kembali, ‘Katakanlah!’ Maka aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah yang harus aku ucapkan?’ Beliau Rasulullah bersabda, ‘Bacalah surat Al Ikhlas dan Mu’awwidzatain ketika sore hari dan pagi hari sebanyak tiga kali, hal itu akan mencukupimu dari segala sesuatu.” (HR Tirmidzi dan Nasa’i).
Ketiga. Sebagai Bacaan Doa untuk Kesembuhan. Mengutip Sunnah Rasulullah Sehari-hari oleh Syaikh Abdullah bin Hamoud Furaih, dari riwayat Bukhari, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur, Beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca ‘Qul huwallahu ahad..’ (surat Al-Ikhlas) dan surat Al Falaq dan An-Nas (surah Al Mu’awwidzatain) seluruhnya, kemudian Beliau mengusap dengan kedua tangan Beliau itu wajahnya dan bagian jasadnya yang dapat dijangkau oleh kedua tangan Beliau.”
Keempat. Bacaan Doa Sebelum Tidur. Diceritakan oleh Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW menyatukan kedua telapak tangannya ketika berada di tempat tidur setiap malam. Lalu keduanya ditiup dengan lembut kemudian membacakan pada keduanya surah Al Ikhlas dan surah Al Mu’awwidzatain Setelah itu kemudian Rasul mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan sebanyak tiga kali.
Dengan semangat tholabul Ilmi dan ikhlas berbagi, kami menyajikan tulisan sederhana ini dengan harapan mengharap Rahmat dan ridho Allah SWT. Mudah-mudahan kita bisa menjalankan tuntunan yang telah diajarkan oleh Allah dan Rosulnya serta kita senantiasa memohon perlindungan dan dilindungim oleh Allah SWT. Aamiin.
Surat Al-Mu’awwidzatain Dan Memahami Kisah Disihirnya Nabi Muhammad
Keberadaan Surah An-Nas dan Al-Falaq atau disebut juga dengan surat Al-Muawwidzatain (2 surat yang dibuat perlindungan), sebuah surat yang erat kaitannya dengan peristiwa disihirnya Nabi Muhammad. Ya, karena peristiwa tersebut ditengarai sebagai asbabun nuzul atau sebab diturunkannya Surah Al-Falaq dan An-Nas. Hal ini sebagaimana yang disinggung Imam As-Suyuthi dalam kitab Lubabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul.
Kisah disihirnya Nabi Muhammad adalah kisah yang cukup menyedot perhatian para ulama’. Hal ini berkaitan banyaknya anggapan bahwa kesempurnaan dan keterjagaan Nabi Muhammad seharusnya membuat dirinya tidak mempan disihir. Namun nampaknya riwayat-riwayat tentang turunnya Surat Al-Mu’awwidzatain seperti mementahkan anggapan tersebut.
Lalu apakah riwayat disihirnya Nabi Muhammad benar adanya? Apabila benar, apakah kejadian tersebut tidak menciderai keterjagaan Nabi Muhammad? Tulisan ini tidak hendak memaparkan secara lengkap riwayat tentang disihirnya Nabi, tapi akan mengulas tentang kisah disihirnya Nabi Muhammad berdasar keterangan para ulama’. Sehingga memperlengkap referensi tentang sebab turunnya Surat Al-Mu’awwidzatain.
Disihirnya Nabi Sebagai Sebab Turunnya Surat Al-Muawwidzatain.
Riwayat disihirnya Nabi sebagai sebab turunnya Surat Al-Muawwidzatain disebutkan salah satunya oleh Imam As-Suyuthi dalam Lubabun Nuqul. Imam as-Suyuthi menyodorkan dua riwayat yang memiliki cerita agak berbeda. Pertama, riwayat Ibn Abbas yang mengkisahkan dua malaikat yang berbincang-bincang kemudian menyinggung bahwa Nabi disihir, serta sihir itu hancur dengan bacaan Surat Al-Muawwidzatain. Kemudian yang kedua, riwayat Anas ibn Malik yang menceritakan Nabi sakit keras dan Malaikat Jibril turun membawa Surat Al-Mu’awwidzatain.
Namun Imam As-Suyuthi menjelaskan di tengah-tengah memaparkan dua riwayat tersebut, bahwa hadis disihirnya Nabi dapat ditemukan rujukannya dalam kitab sahih. Hanya saja, tanpa menyinggung tentang Surat Al-Muawwidzatain. Mengenai sebab turunnya Surat Al-Mu’awwidzatain, disebutkan dalam riwayat yang berbeda. Oleh karena itu, secara tidak langsung Imam As-Suyuthi mengakui, sebenarnya masih ada masalah terkait benar tidaknya kisah disihirnya Nabi merupakan sebab turunnya Surat Al-Mu’awwidzatain (Lubabun Nuqul/148).
Disihirnya Nabi Tidak Menciderai Keterjagaan Nabi Muhammad.
Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Maliki dalam kitab Muhammad Rasulullah Al-Insan Al-Kamil menjelaskan, riwayat tentang disihirnya Nabi Muhammad adalah riwayat yang sahih dan disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim. Sehingga tidak perlu ada kajian lagi mengenai keabsahan hadis disihirnya Nabi. Hanya saja, meski riwayat disihirnya Nabi Muhammad adalah riwayat yang sahih, akan tetapi tidak lantas riwayat tersebut menunjukkan terciderainya keterjagaan Nabi dengan sebab Nabi mempan terkena sihir (Muhammad Rasulullah/122).
Batasan terciderainya keterjagaan Nabi adalah, apabila pengaruh sihir tersebut sampai mempengaruhi kejujuran Nabi atau sifat-sifat Nabi yang lain. Maka apabila sihir tersebut tidak sampai mempengaruhi kejujuran Nabi, atau hanya sekedar membuat Nabi seperti kebingungan, tapi beliau tetap tahu mana yang sebenarnya terjadi dan mana yang tidak, maka sihir tersebut tidak sampai menciderai keterjagaan Nabi.
Sayyid Muhammad mengajukan bukti bahwa sihir tersebut tidak sampai mempengaruhi sifat-sifat Nabi, dan bahwa akal serta hati Nabi tetap terjaga, dengan tidak adanya riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad tatkala disihir mengucapkan atau melakukan sesuatu di luar hal-hal yang biasa beliau lakukan. Padahal andai kata ada, pasti akan tersebar luas disebabkan banyaknya musuh-musuh Nabi Muhammad yang menunggu munculnya suatu kesalahan dari Nabi Muhammad, untuk dijadikan bahan mengejek maupun menyakiti beliau (Muhammad Rasulullah/123).
Justru keberadaan Nabi yang terkena sihir sehingga sempat membuat beliau kebingungan, menunjukkan bahwa Nabi Muhammad benar-benar terjaga hati, akal, aqidah dan ucapannya. Hal itu juga menunjukkan bahwa hal-hal ringan yang biasa menimpa lumrahnya manusia, yang juga menimpa Nabi Muhammad, sekuat apapun tidak akan sampai menciderai sifat-sifat kenabian beliau (Muhammad Rasulullah/123).
Anggapan Keliru Tentang Keterjagaan Nabi
Ishamah atau keterjagaan nabi kadang difahami secara keliru oleh sebagian orang. Mereka menganggap bahwa Nabi Muhammad terjaga berarti beliau, yang dianggap sebagai kekasih Allah yang mengetahui banyak tentang hal-hal ghaib, berarti tidak mempan terkena hal-hal semacam sihir para dukun yang notabene menyembah selain Allah. Maka saat mendengar riwayat bahwa Nabi pernah terkena sihir, mereka pun kaget atau bahkan tidak mempercayai riwayat tersebut.
Pemahaman yang tepat atas keterjagaan Nabi adalah, segala sesuau yang menimpa Nabi tidak sampai mengurangi derajad beliau. Seperti membuat akal beliau terganggu. Maka Nabi Muhammad bisa saja mengalami hal-hal yang bisa dialami manusia biasa, semacam sakit demam, lupa, disakiti orang lain, selama hal itu tidak sampai menciderai derajad kenabian beliau.
Wallahu a’lam.
Kanti Suci Project



