Jiwa adalah bias dari Ruh
Ketika dia hadir maka unsur-unsur kebodohan juga mengemuka.
Jiwa adalah degradasi dari Ruh.
Banyak ketidak tahuan, kebodohan, kebingungan melekat kepada jiwa.
Sehingga dengan menyadari akan hal ini, maka penyelarasan musti dilakukan.
Dan menyelaraskan unsur-unsur jiwa ini bisa disamakan dengan memuliakannya.
Karena sesungguhnya jiwa adalah bias dari sesuatu yang mulia, maka perlu dia dimuliakan agar bisa selaras dengan Ruh, sang sumber jiwa.
Jiwa yang kacau, akan memancarkan vibrasi kekacauan.
Dan jika pancaran ini terus menerus berlangsung, maka selayaknya magnet, maka akan menarik hal-hal kacau lainnya.
Dan jiwa yang kacau biasanya bermula dari kebiasaan untuk bermain-main dengan pikiran negatif mereka sendiri.
Manusia yang menyengaja menenggelamkan diri pada pikiran-pikiran negatifnya sendiri sama saja tengah memproduksi banyak vibrasi negatif dan kemudian memancarkannya kepada semesta.
Dendam, iri, dengki, kemarahan, kebencian, ketakutan, kecemasan, was-was, keliaran, apatis, pesimis, destruktif dan segala macam pikiran negatif lainnya adalah bentuk-bentuk vibrasi kacau.
Semakin dalam pikiran-pikiran seperti itu mengeram dalam pikiran manusia, semakin kuat vibrasi yang dihasilkan.
Dan semakin sering pikiran seperti itu mengalami pengulangan, dampaknya akan sangat merugikan bagi diri sendiri karena vibrasi kacau tersebut secara pasti menarik energi kekacauan dari semesta.
Vibrasi semesta yang cenderung harmonis dan penuh kelembutan, tak mampu menolah energi kekacauan yang tertarik karena energi kekacauan memang sengaja dihadirkan secara sengaja oleh vibrasi kacau dalam diri seorang manusia.
Akan menjadi berbeda jika seorang manusia membiasakan diri untuk berfikir positif.
Pikiran positif akan menghasilkan vibrasi yang tenang, lembut, dan menyejukkan.
Vibrasi seperti ini selaras dengan vibrasi semesta.
Mengutip Karya : Ki Ajar Jawadipa
Koleksi artikel Kanti Suci Project