SPIRITUALITAS CINTA DAN KEINDAHAN
(Cinta Mistikus Jalaluddin Rumi)
Kata-kata tidak lain hanyalah ?bayangan? dari kenyataan.
Kata-kata merupakan cabang dari kenyataan. Apabila ?bayangan? saja dapat menawan hati, betapa mempesona kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan!.
Kata-kata hanyalah pra-teks, aspek simpatilah yang dapat menarik hati orang pada orang lain, bukan kata-kata.
Walaupun manusia dapat melihat ribuan mukjizat yang dimiliki seorang nabi atau seorang suci, hal itu tidak akan membawa keuntungan baginya sama sekali apabila dia tidak memiliki simpati kepada nabi ataupun orang suci itu.
Unsur simpati itulah yang dapat mengguncangkan dan menggelisahkan seseorang.
Apabila tidak terdapat unsur simpati warna gading padi pada batang padi, maka padi itu tidak akan dipesonakan warna gading. Meskipun begitu, simpati yang memiliki kekuatan dahsyat itu tidak dapat diindera oleh seseorang.
Cinta bagaikan sayap
dengannya manusia terbang di angkasa
menggerakkan ikan menuju jala sang nelayan
menghantar si kaya meraih bintang di langit ketujuh
Cinta berjalan di gunung maka gunung pun bergoyang menari
Cinta bagaikan penyakit tanpa obat
setiap penderita meminta ditambahkan penderitaannya
dengan suka cita mereka berharap kepedihan dan derita dilipatgandakan
Takkan ada minuman di dunia yang manisnya melebihi racun ini
Takkan ada lagi kesehatan di dunia yang lebih baik dari penyakit ini
Cinta memanglah penyakit
Tetapi penyakit yang menyembuhkan semua penyakit
siapa saja yang pernah mengidapnya
takkan pernah lagi menderita penyakit lain
Pengembaraan di jalan menuju Taman Kebenaran memerlukan bukan hanya pencapaian dan perwujudan pengetahuan pemersatu, melainkan juga keterbenaman di dalam cinta dan ketertarikan pada keindahan di tingkat tertingginya.
Tuhan telah menjadikan mungkin bagi kita manusia untuk dapat meraih-Nya tidak hanya melalui pengetahuan tetapi juga melalui cinta dan keindahan. Taman itu adalah Taman Kebenaran, sekaligus juga Taman Cinta, yang Keindahannya melebihi dan melampaui semua yang dapat kita bayangkan atau telah kita alami sebagai sesuatu yang menyenangkan dan indah di bumi ini. Tukang Kebunnya juga sang Kekasih, yang tidak hanya harus diketahui, tetapi juga dicintai dan direnungkan dalam keindahannya yang tak berhingga, yang membakar penonton dan menggiring kepada ekstasi penyatuan serta kedamaian puncak. Pria dan wanita mengalami berbagai macam cinta dan menyaksikan banyak objek yang indah dalam kehidupan, tetapi kebanyakan tidak mencapai Taman Kebenaran melalui pengalaman seperti itu.
Oleh karena itu kita harus bertanya pada diri kita sendiri apakah cinta dan keindahan dalam konteks Tasauf dan mengapa kaum Sufi, yang begitu menekankan pengetahuan prinsipal dan mencerahkan, sangat sering berbicara tentang cinta dan keindahan, yang saling terkait tanpa terpisahkan satu sama lain.
Hubungan antara pengetahuan dan cinta,yaitu:
Dia yang mencari-Ku akan menemukan-Ku.
Dia yang menemukan-Ku akan mengetahui-Ku.
Dia yang mengetahui-Ku akan mencintai-Ku.
Dia yang mencintai-Ku, akan Aku cintai.
Dia yang Kucintai, akan Aku tebas.
Dia yang Kutebas, akan Aku tebus.
Dia yang Kutebus, Diriku sendirilah penebusnya.
Jalan menuju Kebenaran menghasilkan penemuan Kebenaran, yang berarti pengetahuan mengenai-Nya. Lebih jauh lagi, Kebenaran itu sedemikian sehingga orang tidak dapat mengetahui-Nya tanpa mencintai-Nya. Dan cinta itu akhirnya mengantarkan ke dalam rengkuhan Allah, yang pada gilirannya mencintai orang-orang di antara hamba-hamba-Nya yang mencintai Dia. Akan tetapi, dalam pengertian metafisik, cinta Allah mendahulu cinta manusia, seperti yang akan kita tinjau di bawah ini.
HAKIKAT CINTA
Apa gunanya menulis tentang cinta?
Orang harus mengalami cinta agar dapat memahami apa itu cinta.
Seperti dikatakan Rūmī, ketika harus menjelaskan hakikat cinta, pena patah dan tak kuasa menulis. Namun demikian, meskipun berhadapan dengan kata-kata dan konsep, menulis tentang cinta dapat membangkitkan kesadaran tertentu dalam pikiran dan jiwa pembaca, yang pada gilirannya dapat membuatnya siap untuk mengalami cinta pada beberapa tingkat.
Tapi cinta itu sendiri tidak dapat direduksi ke dalam deskripsinya meskipun amat jelas dan puitis, sementara pada saat yang sama kata-kata yang berasal dari orang-orang yang benar-benar telah mencinta dapat menghadirkan ingatan dan membangkitkan di dalam diri sebagian orang cinta yang tersimpan di dalam jiwa semua manusia laki-laki dan perempuan. Api cinta dapat dinyalakan melalui kata-kata yang tepat jika substansi jiwa siap untuk terbakar dalam api cinta, yang tanpanya hidup yang menjadi kehilangan nilai, karena sekali lagi mengutip Rumi: “Barangsiapa tidak memiliki api ini, hendaklah ia tidak ada.”
METAFISIKA CINTA
Cinta adalah sebagian dan sepenggal dari kenyataan. Cintalah yang menarik wujud kepada satu sama lain dan kepada Sumber mereka. Cinta tak lain adalah api yang nyalanya menerangi dan yang panasnya menghidupkan hati dan menganugerahkan kehidupan. Ia juga badai yang dapat menjungkirbalikkan jiwa dan menumbangkan keberadaan yang biasa.
Cinta adalah kehidupan tetapi bisa pula kematian. Ia mencakup kerinduan dan pedih keterpisahan serta gairah penyatuan.
Cinta juga tak terpisahkan dari keberadaan dalam berbagai bentuknya.
Bukan hanya dalam Kekristenan Allah dianggap cinta, menurut KALLAM ILAHI salah satu dari Nama-Nya adalah Cinta ( al-Wadūd).
Dan karena cinta adalah bagian dari Hakikat Ilahi, semua keberadaan, yang memancar dari-Nya, dijalari oleh cinta.
Tuhan Maha Pengasih adalah cahaya langit dan bumi, seperti yang ditegaskan dalam KALAM ILAHI.
Kecerahan cahaya ini berkaitan dengan pengetahuan dan kehangatannya dengan cinta.
Tidak ada ranah eksistensi tanpa cinta ada di dalamnya, kecuali jika dilihat dari sudut pandang tertentu pada tingkatan manusiawi, karena Tuhan Maha Penyayang telah memberi kita kehendak bebas untuk mencinta atau tidak; namun demikian, bahkan pada tatanan manusiawi dapat dikatakan bahwa bahkan orang-orang yang tidak mencintai-Nya atau tetangga mereka masih mencintai dirinya sendiri. Sejauh menyangkut kosmos, cinta dapat dilihat di mana-mana andai saja kita sadar akan realitasnya. Cabang-cabang pohon tumbuh ke arah cahaya karena cinta, dan hewan-hewan menyayangi anak-anak mereka sebagai akibat dari cinta.
Bahkan langit bergerak karena kekuatan cinta, yang kita reduksi menjadi sekadar fisika dan kuantitatif, dan kita sebut gravitasi.
Seperti yang ditulis Dante pada bagian paling akhir dari Divine Comedy, kesatuan rohani tertinggi melibatkan pengalaman dan realisasi dari “l’amor che move il sole e l’altre stelle,” yaitu, “cinta yang menggerakkan matahari dan bintang-bintang lainnya.”
Kanti Suci Project