Tuntunan Al Qur'an Dalam Menghadapi Musibah
Siapa pun tidak ada yang tahu kapan akhir kehidupan di dunia, WaAllahu ‘alam, hanya Allah yang tahu, namun akhir kehidupan dunia yang pada umumnya disebut dengan istilah kiamat terdapat tanda-tanda, diantara tandanya, alam mengalami kehancuran di mana-mana baik daratan, lautan maupun langit, bahkan semua daratan menjadi lautan, jika hal itu terjadi maka tidak ada lagi tempat kehidupan bagi manusia, melainkan kematian semua makluk hidup.
Tuntunan terbaik dalam menyikapi segala musibah yang terjadi, yaitu :
1. Iman dan ridha terhadap ketentuan (qadar) Allah.
Setiap Muslim wajib beriman bahwa musibah apapun itu seperti kecelakaan pesawat, gempa bumi, banjir, wabah penyakit telah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Sesuai kewajiban menerima ketentuan Allah ini dengan lapang dada (ridha). Allah SWT berfirman, “Tiada salah satu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS al-Hadid [57]: 22)
“Kita pun wajib menerima taqdir Allah ini dengan rela, sesuai sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Tirmidzi, “Sesungguhnya besarnya pahala itu seiring dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah jika mencintai satu kaum, maka Allah memberi cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (terhadap cobaan itu), maka dia mendapat ridha Allah. Barangsiapa yang murka, maka dia mendapat murka Allah,” tulis KH. M. Shiddiq Al-Jawi.
2. Sabar menghadapi musibah.
Sabar, menurut Imam Suyuthi dalam Tafsir al-Jalalain, adalah menahan diri terhadap apa-apa yang Anda benci (al-habsu li an-nafsi ‘alaa maa takrahu).
Sikap inilah yang wajib dimiliki saat seseorang menghadapi musibah. Selain itu, disunnahkan ketika terjadi musibah mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun ). Allah SWT berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” . (QS al-Baqarah [2] : 155-156)
Dengan demikian, bersabarlah. Jangan sampai meninggalkan sikap sabar dengan berputus asa atau berprasangka buruk seakan Allah tidak akan memberikan kebaikan di masa depan. Ingat, putus asa adalah su`uzh-zhann billah (berburuk sangka kepada Allah). Su`uzh-zhann kepada manusia saja tidak boleh, apalagi kepada Allah.
3. Mengetahui hikmah dibalik musibah.
Seorang muslim yang mengetahui hikmah (rahasia) dibalik musibah, akan memiliki ketangguhan mental yang sempurna. Hikmah musibah antara lain diampuninya dosa-dosa. Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Muslim yang mati kecelakaan pesawat atau tertimpa tembok, tergolong orang yang mati syahid. Sabda Nabi SAW, “Orang-orang yang mati syahid itu ada lima golongan; orang yang terkena wabah penyakit tha’un, orang yang terkena penyakit perut (disentri, kolera, dsb), orang yang tenggelam, orang yang tertimpa tembok/bangunan, dan orang yang mati syahid dalam perang di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Allah akan mengampuni bagi orang yang mati syahid setiap-tiap dosanya, kecuali utang.” (HR Muslim).
Hikmah lainnya ialah, jika anak-anak muslim meninggal, kelak mereka akan masuk surga. Sabda Nabi SAW, “Anak-anak kaum muslimin [yang meninggal] akan masuk ke dalam surga. Mereka diasuh oleh Nabi Ibrahim AS dan Sarah (istrinya), hingga mereka akan dikembalikan kepada ayah ibunya pada Hari Kiamat.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Hakim. Dinilai sebagai hadis hasan oleh Al Albani dalam As Silsilah Al Shahihah, no. 1467).
4. Tetap berikhtiar.
Yang dimaksud ikhtiar, ialah tetap melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari bahaya-bahaya yang muncul akibat musibah. Jadi, seorang Muslim tidak boleh diam saja, atau pasrah berpangku tangan menunggu bantuan datang. Olehnya itu, beriman kepada ketentuan Allah tidaklah berarti kita hanya diam termenung meratapi nasib, tanpa berupaya mengubah apa yang ada pada diri kita. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS ar-Ra’du [13] : 11)
Rasulullah SAW pun memberi petunjuk bahwa segala bahaya (mudharat) wajib untuk dihilangkan. Misalnya ketiadaan logistik, rusaknya tempat tinggal, robohnya masjid, rusaknya sekolah, dan sebagainya. Nabi SAW bersabda, ”Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan bahaya bagi orang lain.” (HR Ibnu Majah)
5. Memperbanyak berdoa dan berdzikir.
Disunnahkan memperbanyak doa dan dzikir bagi orang yang tertimpa musibah. Orang yang mau berdoa dan berdzikir lebih mulia di sisi Allah daripada orang yang tidak mau atau malas berdoa dan berdizikir. Rasululah SAW mengajarkan doa bagi orang yang tertimpa musibah, “Allahumma ajurnii fii mushiibatii wa-akhlif lii khairan minhaa.” (Ya Allah, berilah pahala dalam musibahku ini, dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya.) (HR Muslim)
Dzikir akan dapat menenteramkan hati orang yang sedang gelisah atau stress. Dzikir ibarat air es yang sejuk yang dapat mendinginkan tenggorokan pada saat cuaca panas terik di padang pasir. Allah SWT berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Ar-Ra'd · Ayat 28 :
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ٢٨
alladzîna âmanû wa tathma'innu qulûbuhum bidzikrillâh, alâ bidzikrillâhi tathma'innul-qulûb
Artinya :
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.
Tafsir Wajiz / Tafsir Tahlili
Mereka yang mendapat petunjuk adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, dan hati mereka menjadi tenang dan tenteram dengan banyak mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan banyak mengingat Allah hati menjadi tenteram.
Dzikir yang dianjurkan misalnya bacaan istighfar,”Astaghfirullahal ‘azhiem”. Sabda Nabi SAW, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya, akan membebaskannya dari kesedihan, dan akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (HR. Abu Dawud).
Semoga dengan mengenal tuntunan mulia tentang cara menghadapi segala musibah tersebut dapat menyadarkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aamiin
Terkait dengan kejadian alam yang mengerikan di dunia ini, semua atas kehendak dan kekuasaan Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Surat At-Taubat ayat 51:
قٌلْ لَنْ يُصِيْبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللهِ فَالْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad): tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami, Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal”
Pada ayat diatas Allah menegaskan bahwa, setiap peristiwa yang terjadi semuanya telah digariskan Allah dan hanya kepada Allah, kita berlindung, tetapi benarkah setiap peristiwa alam yang dapat meluluhlantahkan kehidupan manusia itu murni ketetapan dan kehendak Allah semata tanpa ada kaitanya dengan ulah manusia dimuka bumi ini ?
Kalau memang di daratan, lautan dan angkasa mengalami kerusakan nyata atas ulah tangan manusia dan keserakahan manusia yang rakus terhadap eksploitasi alam secara besar-besaran, maka sudah dapat dipastikan bahwa setiap kejadian alam yang mengerikan itu ada kaitanya dengan ulah manusia yang dapat mempengaruhi ketetapan dan kehendak Tuhan. Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41:
ظَهَرَ اْلفَسَادَ فِي اْلبَرِّ وَالْبَحْرِ بِماَكَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”
Dibalik setiap takdir dan musibah dari suatu peristiwa pasti terdapat makna yang tersembunyi atau hikmah yang dapat dijadikan suatu pelajaran bagi manusia yang selamat dari keganasan dan menjadi anugerah bagi mereka yang mengambil hikmah disetiap musibah. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat: 269
يُؤْتِيَ اَلْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ, وَمَنْ يُؤْتَ اَلْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّااُوْلُوْا الْاَلْبَابِ
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat”
Allah menegaskan lagi dalam surat Al-Hadid ayat: 22-23
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ () لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ () الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalamkitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada bencana yang menimpa bumi dan umat manusia kecuali yang sudah menjadi ketetapan di lauhil Mahfudh, ayat ini juga mengingatkan kepada umat manusia agar jangan bersedih dan berduka cita atas musibah yang menimpanya, serta jangan gembira, sombong dan membanggakan diri terhadap anugerah-Nya. Itulah pandangan Al-Qur’an dalam menyikapi bencana atau musibah yang melanda umat manusia di muka bumi ini.
Orang-orang yang memiliki akal sehat, akan menjadikan suatu pelajaran dibalik musibah yang menimpanya.
Selanjutnya hikmah apa yang dapat kita diambil dalam pelajaran dibalik musibah itu :
1. Pertama: bersyukur saat diberi kenikmatan. Syukur adalah sikap menerima suatu kenyataan agar nikmat yang Allah berikan diperdayakan supaya mendatangkan keridhaan Allah,
2. Kedua : Sabar dikala tertimpa musibah, bersabar membuktikan keikhlasanya dengan tidak meluapkan amarah dan emosi dikala tertimpa musibah,
3. Ketiga : Menyadari bahwa manusia itu lemah, hamba yang tidak memiliki daya dan upaya untuk menolak kehendak Tuhan,
4. Keempat : menyadari bahwa didunia itu tempat menguji dan kepayahan umat manusia,
5. Kelima : semakin menguatkan kesadaran umat manusia bahwa di dunia ini tidak ada kenyamanan dan ketentraman yang bersifat kekal,
6. Keenam : bencana menjadi teguran bagi orang-orang yang beriman dan yang selamat dari kejadian alam yang mengerikan,
7. Ketujuh : menyadarkan bagi yang mampu secara financial dan sehat fisik agar saling membantu terhadap sesama terutama kepada yang lemah dan yang membutuhkan,
8. Ke delapan, mempererat ukhuwwah wathaniah dan insaniah,
9. Ke sembilan: menjadi tadzkirah bagi siapapun, bahwa bencana dan musibah itu terjadi kepada siapapun, kapanun dan dimanapun.
Bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa, bencana dan musibah akan menjadi ujian untuk mengangkat derajat yang lebih tinggi dan lebih dekat kepada Allah. Jika manusia menyadari bahwa setiap musibah dan peristiwa yang mengerikan selalu ada hikmah dibaliknya, maka akan memperkokoh keimanan dan ketakwaan seseorang kepada Allah SWT.
Kanti Suci Project